Mimbar-Rakyat.com (Jakarta) – Gunung Merapi kembali meluncurkan guguran lava pada Rabu, 15 November 2023. Balai Penyelidikan dan Pengembangan Teknologi Kebencanaan Geologi (BPPTKG) merekam guguran lava dimuntahkan Gunung Merapi di perbatasan Jawa Tengah dan Yogyakarta sebanyak lima kali dengan jarak luncur sejauh satu kilometer.
Petugas Pos Pengamatan Gunung Merapi Yulianto mengatakan guguran lava pijar itu mengarah ke kali sebelah barat daya.
“Pada 15 November 2023, periode 00.00 sampai 24.00 WIB, teramati lima kali guguran lava ke arah kali barat daya dengan jarak luncur maksimum 1.000 meter,” kata Yulianto dalam laporan yang diterima di Jakarta, Kamis, 16 November, dilansir Antara.
Berdasarkan pengamatan kegempaan, tercatat ada 112 kali gempa guguran dengan amplitudo 3 hingga 23 milimeter dan lama gempa berlangsung antara 13,84 detik hingga 139,32 detik.
Kemudian, terdapat pula 286 kali gempa fase banyak atau hibrid dengan amplitudo antara 3 sampai 12 milimeter selama 4,92 detik hingga 11,64 detik.
Selama 90 hari terakhir, gempa hibrid dan gempa guguran tercatat mendominasi aktivitas kegempaan yang terjadi di Gunung Merapi.
BPPTKG menyatakan potensi bahaya saat ini berupa guguran lava dan awan panas pada sektor selatan hingga barat daya meliputi Sungai Boyong sejauh maksimal lima kilometer, Sungai Bedog, Krasak, Bebeng sejauh maksimal tujuh kilometer.
Pada sektor tenggara meliputi Sungai Woro sejauh maksimal tiga kilometer dan Sungai Gendol lima kilometer. Sedangkan, lontaran material vulkanik bila terjadi letusan eksplosif dapat menjangkau radius tiga kilometer dari puncak.
Merapi Meletus, Begini Suasana Tiga Desa di Magelang
BPPTKG mengimbau masyarakat agar tidak melakukan kegiatan apa pun di daerah potensi bahaya dan mengantisipasi gangguan akibat abu vulkanik dari erupsi serta mewaspadai bahaya lahar terutama saat terjadi hujan di sekitar Gunung Merapi.
Sejak 5 November 2020 hingga sekarang, tingkat status Gunung Merapi berada pada level III atau siaga. Suplai magma dari kantong magma masih berlangsung dan sewaktu-waktu dapat memicu terjadinya awan panas di daerah potensi bahaya.
Sepanjang pekan lalu, deformasi yang terpantau melalui alat electronic distance measurement (EDM) menunjukkan pemendekan jarak tunjam rata-rata sebesar 0,02 sentimeter per hari. (ds/sumber Liputan6.com)