Mimbar-Rakyat.com (Jeddah) –Adanya pengembalian dana kepada setiap jemaah haji, yang dimaksudkan sebagai uang saku atau living cost sebesar 1.500 riyal atau setara 6 juta rupiah, dirasakan para jemaah sangat bermanfaat. Uang itu diberikan saat jemaah masuk asrama haji, jelang berangkat ke tanah suci.
Yaqub, salah seorang jemaah asal Demak, Jawa Tengah, menyatakan bahwa uang saku (pengembalian) diberikan Kemenag itu digunakan untuk membayar dam (denda) dan untuk berkurban saat berada di tanah suci.
Yaqub yang berangkat bersama istrinya juga memanfaatkan uang saku untuk keperluan tambahan beli oleh-oleh keluarganya di kampung. “Selain buat bayar dam, sama qurban, juga kita manfaatkan buat oleh-oleh saat kembali ke rumah,” kata Yaqub, di Jeddah, Sabtu (23/7), seperti diungkap website haji.kemenag.go.id.
Uhat Suhatma, jemaah asal Majalengka Jawa Barat juga punya cerita yang sama. Pengembalian uang saku dimanfaatkan untuk keperluan bayar dam dan berqurban saat di Mekkah.
Hal senada disampaikan Huda Arifin. Jemaah asal Jakarta Timur ini mengaku bahwa uang tersebut dibuat beli kambing untuk beribadah qurban dan bayar denda (dam). Sebab, dia bersama istrinya Rach Alida Bahaweres malakukan haji tamattu’.
“600 riyal untuk dam haji tamattu’, 700 riyal untuk berqurban untuk seekor, kebetulan aku sama istriku berkurban kemarin,” ujarnya.
Aslam, jemaah asal Pati Jawa Tengah juga memanfaatkan hal yang sama. Ia dan istrinya menggunakan uang tersebut untuk keperluan bayar dam dan dan berqurban. Bahkan menurut jemaah yang mempunyai usaha Gerai Sate Kambing ini uang sakunya masih sisa.
“Aku bayar kurban limangatus (500-red), wedus limangatus, bayar dam wolongatus. Jadi iseh sisa rongatus,” katanya dengan bahasa Jawa.
Jemaah lainnya, Muhammad Julung Prastiono asal Tulungagung Jawa Timur menyebutkan bahwa pelayanan, fasilitas dan konsumsi yang disediakan panitia haji kepada jemaah melimpah dan lebih dari cukup.
“Dari penyambutan di bandara, di hotel. Semuanya top markotop. Saya berharap meski tahun depan mungkin kuota ditambah, layanan kalau bisa bertahan seperti ini atau lebih baik,” kata Julung.
Sebagai pecinta kuliner, Julung mengaku uang saku yang dia terima mayoritas dihabiskan buat wisata kuliner, atau mencicipi berbagai makanan berbeda selama di Arab Saudi.
“Soal uang saku, namanya kita seneng kuliner, jadi uangnya dipakai buat beli kuliner macam-macam. Kalau makan kebulinya seminggu sekali, cukuplah. Sebab kalau setiap hari pagi dan sore, kurang (uangnya),” kata Julung.***(edy)