MIMBAR-RAKYAT.com (Garut) – Garut hiruk pikuk menyambut HUT ke-203 medio Februari, dimeriahkan berbagai atraksi dan kebudayaan, lomba kendaraan hias dan yang lainnya, tapi sebagian masyarakat tengah mendapat cobaan bencana tanah retak.
Warga korban bencana tanah retak di Desa Sindangsari Kecamatan Cisompet, meminta agar Pemerintah Kabupaten Garut secepatnya merelokasi mereka ke tempat aman dan mereka siap dan mau menerima.
Kepala Desa Sindangsari, Agus Susanto mengatakan, Kamis, warganya sebanyak 895 jiwa amat berharap segera direlokasi ke tempat lebih aman. Sebagian warga saat ini diungsikan ke tempat aman, ada yang tinggal di tenda dan ada pula yang ikut keluarga di tempat lain.
Menurut Agus, dari 895 orang yang rumahnya berada di kawasan rawan bencana, ada 315 orang dari 91 KK yang mengungsi karena rumahnya terkena dampak dari peristiwa pergerakan tanah.
“Mereka terpaksa mengosongkan rumah karena rusak. Banyaknya dinding rumah retak dan rumah yang bergeser sehingga warga khawatir rumahnya roboh apalagi ancaman bencana susulan
sangat besar. Itulah alasan kenapa warga tak mau lagi kembali ke rumahnya,” kata Kades Sindangsari.
Agus juga menyebutkan, dari informasi sementara yang diterimanya, hasil kajian yang dilakukan tim dari Pusat Vulkanologi dan Mitigasi Bencana Geologi (PVMBG), tanah di lokasi terjadinya bencana dinyatakan tidak layak untuk dihuni.
“Ini membuat warga kian besar keinginannya untuk segera direloaksi. Warga sudah menyatakan kesiapan untuk mengikuti program relokasi jika sudah ditetapkan oleh pemerintah,” kata Agus.
Di tengah suasa gembira di berbagai tempat dalam memeriahkan HUT Garut, mencuat sebongkah kesedihan pada warga yang saat ini tidak memiliki tempat tinggal dan mereka dari hari ke hari menunggu berita dari Pemda menyangkut nasib mereka. (Yat R/KB)