Hari raya Idul Fitri 1442 H kali ini suasanya sangat jauh dibading tahun-tahun sebelumnya. Pemerintah memberlakukan larangan mudik Lebaran pada 6-17 Mei 2021. Tradisi berkumpul dengan sanak saudara di kampung halaman yang biasanya dilakukan banyak orang, kali ini tidak akan dirasakan banyak masyarakat. Larangan itu merupakan salah satu upaya dari pemerintah menahan lajunya ancaman pandemi Covid-19.
Ketentuan pemerintah itu harusnya mendapat tanggapan posisif dari semua lapisan. Pemeritah mengajak masyarakat bersabar dan merayakan hari raya bersama keluarga secara virtual. Kita harus berkaca memperhatikan perkembangan virus ini di dunia. Kabar terbaru dari Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) telah terjadi kenaikan kasus Covid-19 secara global dalam kurun waktu satu minggu sejak 25 April hingga 2 Mei 2021, dibandingkan dengan jumlah kasus pada enam bulan pertama pandemi. Kawasan Asia Tenggara, termasuk Indonesia, mengalami lonjakan kasus baru tertinggi hingga 19 persen.
Kemudian simak pula yang telah terjadi di dua negara dengan jumlah penduduk banyak seperti Amerika Serikat (AS) dan India. Akibat longgarnya pengamanan penahan virus corona, hingga kini di kedua negara itu penularan Covid-19 tetap tinggi. Di AS ketika dipimpin Presiden Donald Trump ajuran WHO agar masyarakat menggunakan masker diabaikan. Corona-19 dianggap tak berbahaya. Kemudian di India, ketika penularan corona menurun, pemerintah melonggarkan “kuncian”.
Di India kini berjatuhan korban, rumah sakit penuh sesak, pasokan oksigen jauh dari cukup. Obat-obatan anti-virus tak memadai. India dianggap lengah ketika virus tampaknya terkendali selama musim dingin, dan pemerintah mengizinkan dilakukan pertemuan besar seperti pernikahan dan festival.
Perdana Menteri India Narendra Modi menghadapi kritik karena menangani rapat umum politik yang padat untuk pemilihan lokal dan membiarkan festival Hindu terus berlangsung di mana jutaan orang berkumpul.
Banyak contoh bahwa kerumunan, keramaian dan sejenisnya menjadi ladang subur berkembanya virus Corona-19. Karena itu apa yang dikatakan Ketua Satuan Tugas (Satgas) Penanganan Covid-19 Letjen TNI Dr. (H.C.) Doni Monardo, beberapa waktu lalu, agar masyarakat bersabar dalam menghadapi pandemi selayaknya dipatuhi.
Masyarakat harusnya menahan diri untuk tidak mudik dalam merayakan hari raya bersama orang tua dan famili. Langkah itu memang sangat penting dilakukan demi kepentingan yang lebih besar bagi seluruh masyarakat Indonesia.
Dalam Islam ada hadits yang mengingatkan kewaspadaan umat dalam menyikapi penyakit. “Rasulullah pernah bersabda: Wabah thaun adalah kotoran yang dikirimkan oleh Allah terhadap sebagian kalangan bani Israil dan juga orang-orang sebelum kalian. Kalau kalian mendengar ada wabah thaun di suatu negeri, janganlah kalian memasuki negeri tersebut. Namun, bila wabah thaun itu menyebar di negeri kalian, janganlah kalian keluar dari negeri kalian menghindar dari penyakit itu.” (HR Bukhari-Muslim)
Karena itu selayaknya kita meahan diri. Pandemi yang tak kunjung terkedali selayaknya kita sikapi dengan bijak. Tak sepantasnya kita menantang dengan ungkapan semuanya sudah diatur oleh Allah. Ingat kita arus berusaha, bukannya pasrah. Doa dan upaya harus kita lakukan. Kita harus bersabar dan memafaatkan vasilitas yang ada untuk bersilturahmi.
Zoom, paggilan video grup, hubungan orang per orang, dan banyak cara lainnya, bisa kita lakukan. Ingat, tingginya mobilitas seseorang mendorong tinggi pula potensi penyebaran Covid-19 kepada orang-orang terdekat di kampung halaman, termasuk kepada orang tua. Akhir kata, Selamat Hari Raya Indul Fitri 1442. Semoga keimanan dan kehidupan kita lebih baik.***