Dari hari ke hari orang semakin jarang tertawa, sehingga lama kelamaan kelihatannya akan ada kursus untuk tertawa. Ini amat ironis, karena tertawa sudah menjadi bagian yang mulai ditinggalkan orang di dunia yang sibuk ini.
Orang sudah menjadi seperti robot, tanpa perasaan, maka dapatkan kita menjadi orangtua yang baik dengan sikap seperti ini?
Jawaban paling sederhana adalah “tidak”. Anak-anak menginginkan kehidupan yang berwarna dan penuh perasaan, seperti warnan kehidupan yang diberikan orangtua kita kepada kita.
Kita selalu membuat anak kita berada dalam tekanan dan terus berkompetisi dengan lingkungan, sehingga mereka lupa akan arti sebenarnya kehidupan ini.
Anak-anak pun sekarang lebih banyak bermain dengan alat-alat elektronik, ketimbang yang kita lakukan dahulu saat bermain dengan kupu-kupu, pasir, kembang dan air.
Banyak psikiater meneliti dan memprihatinkan tingginya tingkat depresi pada anak-anak. Siapa yang mau disalahkan? Orangtua, masyarakat atau sistem pendidikan kita? Kendati selalu berada dalam tekanan, sebenarnya anak-anak memiliki sifat dan gaya hidup menyenangkan yang diungkapkan mereka lewat tindakan dan sikapnya.
Nah, kini kita sebaliknya harus belajar dari anak-anak, sedikitnya ada tujuh pelajaran yang dapat kita amati dari mereka, seperti disarikan dari boldsky.com berikut ini.

Anak-anak tidak pernah dendam seperti tabiat orang dewasa. Bila mereka dimarahi atau bahkan dipukul, mereka menangis, tapi itu tidak akan lama, setelah itu mereka kembali terawa dan memeluk orangtuanya. Bagaiman dengan sikap orangtua? Bila mereka sakit hati kepada orang lain, selalu dipendam, bahkan sampai mati. Masya Allah.