H. Ahmad Syafariel
Mimbar-Rakyat.com (Bekasi) – Ketua Ikatan Penulis Keluarga Berencana (IPKB) Kabupaten Bekasi, H.Ahmad Syafariel, mengapresiasi Gubernur Ridwan Kamil atas programnya ‘Jawa Barat Bebas Stunting 2023’.
Pria yang akrab dipanggil Faril itu mengatakan, penguatan penurunan stunting memerlukan cara baru yang lebih kolaboratif dan berkesinambungan, dari hulu hingga hilir. Dengan dukungan kepala daerah di seluruh Jawa Barat, masyarakat dan juga stake holder, dirinya yakin ala yang diprogramkan Ridwan Kamil akan berhasil.
” Intinya, segenap pemangku kepentingan di Jawa Barat memastikan diri siap berkolaborasi menjemput era baru tanpa stunting,” ujar pria yang juga Ketua Ikatan KB Pria Kabupaten Bekasi ini, Kamis.
Jika sebelumnya lebih sibuk dalam penanganan bayi setelah lahir, ke depan bakal turut menyasar calon keluarga.
Strategi Pemprov Jawa Barat untuk mencapai zero new stunting, sebut Faril , sebagaimana disampaikan Kepala BKKBN, yaitu dengan berfokus pada remaja atau dari hulu. Dengan kata lain, mempersiapkan kondisi pranikah, kehamilan, hingga pascapersalinan.
Dalam webminar tersebut, lanjut Fariel, Kepala Bidang Pemerintahan dan Pembangunan Manusia Bappeda Jawa Barat, Idam Rahmat menjelaskan, upaya percepatan penurunan stunting di Jawa Barat mengacu kepada Rencana Aksi Daerah Pecegahan dan Penanggulangan Stunting Jawa Barat tahun 2019-2023 yang ditetapkan melalui sebuah peraturan gubernur.
Rencana aksi ini mengacu kepada Strategi Nasional Percepatan Pencegahan Stunting Tahun 2018-2024 yang sudah terlebih dahulu diterbitkan sebelum Presiden menunjuk BKKBN sebagai konduktor baru.
Hal lain yang tak kalah pentingnya yang disampaikan Plt Kepala DP3AKB Jawa Barat , Siska Gerfianti dalam webminar tersebut, adalah pernyataannya , bahwa stunting tidak melulu berkaitan dengan masalah kemiskinan. Ada tiga pilar penanganan stunting, yaitu pola makan, pola asuh, dan sanitasi
Apa saja yang sudah dilakukan? Faril mengutip pernyataan Kepala Seksi Kesehatan Keluarga dan Gizi Dinas Kesehatan Jawa Barat, Frima Nurahmi , yang merinci sejumlah intervensi spesifik yang sudah dilakuan dalam beberapa tahun terakhir.
.
Sebut saja misalnya pemeriksaan kehamilan, pemberian makanan tambahan (PMT) bagi ibu hamil kekuarangan energi kronis (KEK), suplementasi tablet tambah darah (TTD) ibu hamil dan remaja putri, suplementasi kalsium, imunisasi, tata laksana gizi buruk, pemantauan dan promosi pertumbuhan, pemantauan tumbuh kembang, suplemen gizi makro, dan lain-lain.
“Dinkes juga melakukan intervensi gizi spesifik pada 1000 hari pertama kehidupan (HPK), mulai periode dalam kandungan (280 hari), ibu nifas dan menyusui, periode 0-6 bulan, dan periode balita 6-23 bulan .
Intervensi terhadap remaja putri berupa pemberian tablet tambah darah. Hal ini untuk mempersiapkan calon ibu yang sehat bebas anemia, terang Frima. (Agus)