Mimbar-Rakyat.com (Jakarta) – Pemerintah melalui Kementerian Agama terus menyampaikan perkembangan data jemaah yang sakit dan meninggal dunia setiap harinya. Perkembangan data jemaah wafat hingga saat ini bertambah 3 orang sehingga total jemaah yang wafat pada penyelenggaraan ibadah haji per hari ini sebanyak 59 orang.
“Jemaah wafat bertambah 3 orang atas nama Nurkharijah Muhammad Yunus, perempuan, 64 tahun, Nomor Paspor C67 14 905, kloter BTJ 05, asal Embarkasi Aceh, Sungkono Samian Ngasijan, laki-laki, 59 tahun, Nomor Paspor C64 37 588, kloter SOC 08, asal Embrakasi Solo dan Sahinunnah Abdul Wahid, perempuan, 63 tahun, Nomor Paspor C84 84 557, kloter JKG 04, asal Embarkasi Jakarta Garuda Pondokgede,” kata Wawan Djunaedi, Plh. Kepala Biro Humas, Data dan Informasi Kementerian Agama, di Jakarta, seperti dikutip dari haji.kemenag.o.id.
Data jemaah sakit berjumlah 121 orang. “Data jemaah sakit saat ini berjumlah sebanyak 121 orang. 25 orang dirawat di Rumah Sakit Arab Saudi (RSAS) Makkah, dan 96 lainnya dirawat di Klinik Kesehatan Haji Indonesia (KKHI) Makkah,” kata Wawan.
Berat Koper Jemaah Dibatasi \
Kerumunan kecil jemaah haji di teras Hotel Safwat Albait Kawasan Mahbas Jin Kota Makkah pagi sekira pukul 10.00 waktu setempat, pada ari Minggu (17/7) menarik perhatian para jurnalis yang tergabung di Media Center Haji (MCH) Panita Penyelenggara Ibadah Haji Arab Saudi Daerah Kerja Makkah untuk mendekat dan melihat aktivitas jemaah haji tersebut.
Seorang jemaah dengan perawakan kurus, berkaos oblong, dan bersarung sibuk mencatat hasil timbangan di form beberapa kemasan paket yang terbungkus rapat dililit lakban coklat. Jemaah lainnya mengerumuni dan membantu membacakan data si pemilik paket dan alamat tujuan pengiriman.
Paket bungkusan dengan beragam ukuran, tertera jelas nama si pengirim dan alamat tujuan pengiriman salah satunya bernama H. Kiswantoro/Syamsiar dengan alamat Jl. Pahlawan, Kab. Lamongan Jawa Timur, tertulis juga nomor telepon selularnya.
Muhammad Fuad (60) jemaah asal Lamongan mengatakan, ia bersama sejumlah jemaah lainnya mengirimkan barang belanjaannya selama haji melalui jasa ekspedisi pengiriman barang yang datang ke hotel tempat ia menginap.
“Karena ketentuan barang bawaan yang dibatasi, maka karpet hambalan, pakaian gamis, dan oleh-oleh khas Arab lainnya yang dibeli di Tanah Suci kita kirim melalui jasa pengiriman,” kata Fuad yang berprofesi sebagai pedagang ikan tawar.
“Harga per kilonya 6 real, dan karena menggunakan jasa pengiriman via laut, estimasi sampai di rumah 1 bulan lebih,” kata Fuad, Minggu (17/7).
Ibadah haji tidak hanya menjadi momentum memperbanyak ibadah khususnya di dua masjid suci Masjidil Haram di Makkah dan Masjid Nabawi di Kota Madinah serta tempat bersejarah lainnya, tapi juga menjadi kesempatan jemaah untuk berbelanja barang yang sejatinya dapat di beli di Tanah Air.
Tak heran, nyaris toko-toko yang berada di Kawasan jemaah haji Indonesia menginap tertulis banner Toko Indonesia dengan bendera merah putih mencolok, tentu untuk menarik perhatian jemaah Indonesia agar belanja. Para pelayan tokonya fasih berbahasa Indonesia meski untuk kosakata terbatas seperti “Murah” “100 ribu rupiah”, “terima kasih”, “bagus”, dan kosakata lainnya.
Pernah ditemui, seorang jemaah wanita tanpa sungkan berbahasa daerahnya menawar barang yang ia minati, sementara si pelayannya hanya mengangguk-angguk dengan dahi berkerut, bingung. Jemaah haji Indonesia selain terkenal ramah, juga senang belanja meski budget yang dikeluarkan mereka berbeda-beda.
Fuad mengatakan, pembatasan berat koper yang masuk di bagasi dan kabin pesawat mengharuskan barang-barang yang ia dan jemaah lainnya beli dikirim melalui jasa ekpedisi. Ditanya berapa ia menghabiskan uang untuk berbelanja oleh-oleh untuk dibawa ke Tanah Air, Fuad mengaku cukup banyak.
“Besaran uang yang dihabiskan beda-beda setiap jemaah, rata-rata habis di atas 10 juta untuk belanja,” terang Fuad yang menunggu haji selama 12 tahun.
Belanjaan yang ia bawa di koper maupun tas kabinnya hanya berupa kurma beberapa kilo saja, sementara kurma dengan jumlah banyak dan akan dibagikan ke tetangga sepulang dari di Tanah Suci sudah ia beli di Tanah Air.
“Oleh-oleh haji seperti kurma dan lainnya sebagian sudah kita beli di rumah, kecuali beberapa jenis belanjaannya yang ia beli di Tanah Suci, agar terasa aroma Makkah dan Madinahnya, malah ada yang dibawa tawaf,” kata Fuad berbinar.
Heri, salah seorang pegawai Jabal Kargo, perusahaan jasa pengiriman yang digunakan jemaah mengatakan, barang-barang tersebut dikirim menggunakan kapal laut dan diperkirakan sampai di Indonesia paling lama 2 bulan.
“Mudah-mudahan tidak sampai 2 bulan sampai di Indonesia,” kata pria asal Jawa Timur yang sudah bekerja di Arab Saudi selama 13 tahun.
Perusahaan tempat dia bekerja berbasis di Jakarta namun memiliki cabang di sejumlah kota termasuk di Makkah. Setiap musim haji perusahaan tempat ia bekerja banyak memperoleh order pengiriman barang jemaah ke Tanah Air.
Suasana serupa terlihat di sejumlah hotel-hotel tempat jemaah haji Indonesia menginap, beberapa petugas perusahaan kargo sedang mengemas dan menimbang barang jemaah yang akan dikirim ke Tanah Air.***(edy)