MIMBAR-RAKYAT.Com (Jakarta) – Kasus bom bunuh diri di Pos Pantau Kartasura membuka fakta baru bahwa pelaku yaitu Rofik Asharudin (22) sempat mengajak kedua orangtuanya untuk ikut jadi pelaku teror…
Kapolda Jawa Tengah Irjen Pol.Rycko Amelza Dahniel menyebut orangtua pelaku, yaitu Muhtadi, dan Sukinem, sempat diminta baiat (mengucapkan sumpah setia) dan untuk ikut sebagai pelaku teror bom. Hanya saja, kedua orangtua pelaku menolak.
“Kedua orangtuanya sempat diajak, namun menolak,” kata Kapolda usai melaksanakan Salat Idul Fitri di Semarang, Rabu.
Rycko mengungkapkan bahwa kedua orang tua pelaku tahu aktivitas yang dilakukan anaknya dan sempat menegur dan memperingatkannya.
Rofik, pelaku bom Kartasura ini disebut polisi kerap berkomunikasi dengan pimpinan ISIS di Suriah sejak 2018. Setelah aktif berkomunikasi melalui media sosial, menurut keterangan polisi, Rofik pun dibaiat pada akhir 2018. Sejak saat itu, lanjut dia, pelaku memiliki motivasi untuk melaksanakan perintah jihad.
Rofik melancarkan aksinya meledakkan bom bunuh diri pada Senin (3/6) malam. Tak ada korban jiwa dalam insiden ini karena delapan polisi yang sedang berada di Pos Pantau berhasil menyelamatkan diri dan bom hanya melukai Rofik seorang.
Berdasarkan hasil analisis forensik polisi, Rofik menggunakan bom daya ledak rendah dengan jenis bom pinggang.
Kapolri Jenderal Tito Karnavian mengatakan pelaku belajar cara merakit bom dari internet.
“Di rumahnya ditemukan bahan-bahan pembuatan bom dan alat untuk membuat bom. Dia belajar (merakit) dari internet melalui handphone,” ujar Tito usai salat ied di Masjid Al Ihlas, Mabes Polri, Jakarta Selatan, Rabu (5/6).
Saat ini, pelaku masih dalam penahanan dan perawatan di Rumah Sakit Prof Awaludin Djamin atau RS Bhayangkara, Kota Semarang. (C/d)