Tak semua kebaikan itu baik. Terkadang baik pada awal atau hilirnya, tetapi tak baik pada ujung atau hulu perjalanan kebaikan itu. Bahkan pada pertengahan jalan pun sudah terasa kebaikan itu mengarah pada ketidakbaikan.
Ia dulu selalu bersenda gurau. Ketika petang kami duduk di simpang, ia membuat suasana terkakak-kakak. Tak ada kesusahan yang terpikirkan. Tak ada pikir tak terpecahkan. Tawa lepas tak ada duka luka, apalagi nestapa yang bisa membuat gurat di kening dan tepi kepala. Minta berbalas kasi, pinjam berulur beri.
Tapi lama kelamaan kebaikan itu mulai seperti bara yang harus dijaraki. Karena ia bukan saja belum mampu membalas tapi bahkan tidak dapat membalikkan. Kebaikan itu seperti mencair, hanya lambai dan sesaat sapa tegur. Petang di simpang tak lagi bersua. Tembok semakin lengang seolah cepat sekali tua. Semua seolah menyembunyikan tawa dalam dada. Duh..betapa aneh dan penuh misteri: perjalanan waktu dan hidup ini. Baik dan buruk seperti dua punggung yang menyatu.
Ini terjadi bukan hanya pada dia, tapi juga pada dia! Dua kebaikan bersatu pada awalnya, tapi itu tadi..muncul bara tak disulut. Cairan kebaikan tak dapat memadamkan, karena api sebenarnya bukan nyala, panas sesungguhnya bukan bara, melainkan liak-liuk kisah dan kasih di simpang petang.
Ada kebaikan tak baik, yang dapat membekukan cair. Pasti ada tak kebaikan yang mencairkan beku. Cair dan beku adalah sifat. Siapa yang memaknainya, pasti menemukan baik dan tak baik. Baik yang tak baik. Tak baik yang baik!
oOo
Ciampea, 18012023