Mimbar-Rakyat.com (Jakarta) – Keluarga Bripda Ignatius Dwi Frisco Sirage atau Bripda IDF (20) menduga kematian polisi junior itu bukan karena kelalaian, melainkan pembunuhan berencana. Bripda Ignatius merupakan korban polisi tembak polisi di Rumah Susun Polri Cikeas.
Kecurigaan keluarga atas penyebab tewasnya Bripda Ignatius itu disampaikan melalui kuasa hukum keluarga, Jajang. “Kami menduga Pasal 340 pembunuhan berencana karena yang saya bilang tadi tiba-tiba meletus kelalaian,” kata Jajang.
Dia menuturkan Bripda Ignatius dan dua orang rekannya yang menjadi tersangka merupakan anggota Detasemen Khusus alias Densus 88 Antiteror Polri yang memiliki keahlian khusus serta terlatih, terutama dalam memegang senjata api.
Oleh karena itu, keluarga belum puas dengan penjelasan penyidik yang disampaikan melalui konferensi pers pada Jumat 28 Juli 2023, tewasnya Bripda Ignatius disebabkan karena kelalaian rekannya yang membawa senjata api rakitan ilegal.
Padahal, lanjut dia, keterangan penyidik dalam konferensi pers itu disampaikan, tersangka Bripda IMS awalnya memperlihatkan senjata api ilegal rakitan itu kepada dua saksi lain yang berada di kamar, tetapi tidak meletus karena magasin tidak terpasang.
Senjata api tersebut lalu disimpan di tas bersama magasin. Saat Bripda Ignatius tiba di tempat kejadian perkara, senjata api sudah terisi magasin. Hal inilah, kata Jajang, kecurigaan keluarga muncul, penembakan sudah direncanakan, bukan kelalaian.
“Bagaimana ceritanya anggota Densus 88 bisa lalai? Itu orang terlatih loh, enggak bisa itu diterima kami seperti itu. Makanya, tewasnya Bripda Ignasius kami duga ada hal lain di balik semua itu. Makanya, kami duga memang si korban direncanakan dibunuh secara matang,” tutur Jajang.
Bakal Lapor ke Mabes Polri
Untuk mengungkap hal itu, kata Jajang, pihak keluarga akan mendatangi Mabes Polri untuk membuat laporan polisi terkait dengan dugaan pembunuhan berencana terhadap Bripda Ignatius.
“Kami akan kejar Pasal 340, kami tidak yakin sekelas Densus 88 ada kelalaian sepele seperti hal ini, tidak bisa kami meyakini itu,” ujar Jajang.
2 Tersangka
Kasus tewasnya Bripda Ignatius sedang dalam penyidikan Polres Bogor, sedangkan pelanggaran etiknya ditangani oleh Divpropam Polri.
Dua anggota Densus 88 Antiteror ditetapkan sebagai tersangka, Bripda IMS (23) yang memegang senjata api dan Bripka IG (33) selaku pemilik senjata api.
Pada saat kejadian, Bripka IG tidak berada di lokasi kejadian. Akan tetapi, menurut keterangan saksi dan tersangka IMS bahwa senjata api ilegal rakitan itu milik Bripka IG.
Dalam konferensi pers di Mabes Polri, Jumat (28/7), Direktur Kriminal Umum (Dirkrimum) Polda Jawa Barat Kombes Surawan menyebut saat ini masih pendalaman terkait dengan senjata api ilegal rakitan yang dipegang oleh Bripda IMS tersebut.
Dalam hal ini, pihaknya akan mengonfrontasi kepada Bripka IG, bagaimana senjata api tersebut bisa ada pada orang yang bukan pemiliknya.
“Kami masih melakukan pendalaman, nanti kami akan lalukan konfrontasi kepada kedua orang ini terkait dengan asal usul senjata,” kata Surawan.
Terkait dengan isu tentang bisnis senjata api di antara tersangka dan korban, Surawan mengatakan bahwa hasil penyidikan sementara belum menemukan adanya transaksi jual beli senjata. (ds/sumber Antaranews.com/Liputan6.com)