Tak terasa Kereta Api Senja yang membawaku ke Jogya, sudah hampir tiba. Tepat pukul 4.30 saat itu, kereta sudah masuk Stasion Tugu. Terasa udara panas mulai menjalar di tubuh, membuat keringat bercucuran.
Suasana di Stasion Tugu sangat ramai, walaupun pagi baru merangkak. Para pedagng asongan dan gemuruh suara mesin kereta bersahutan. Sungguh indah kudengar di telingaku.
Saat kuinjakan kaki di Stasion Tugu, tiba tiba Hp berdering. Ternyata Nuniek perempuan Jogya, yang baru aku kenal di FB beberapa waktu lalu. Dia menanyakan sudah sampai mana. Aku tersenyum sambil sesekali kuhirup udara Jogya yang masih pagi. Terasa segar, membuat rasa kantuk hilang seketika.
Sambil menunggu waktu agak siang, aku sengaja jalan kaki. Sementara langit di atas Malioboro nampak indah dengan dihiasi beberapa gores awan putih. Bahkan masih ada satu dua bintang yang sempat
kulihat.Sesekali kuseka keringat yang membasahi wajah. Dan di sebuah kedai kopi di pinggir jalan aku berhenti untuk istirahat. Lalu kupesan kopi hitam.
Saat kuisap rokok yang baru saja kubakar, Hp kembali berdering. Perempuan Jogya yang telah membuat gila hati ini kembali bertanya, sudah sampai mana ? Aku tersenyum setelah kujawab. Lalu
kuhabiskan sisa kopi yang tinggal separohnya itu dan bergegas mencari taksi.
Selama dalam taksi, terbayang raut wajah perempuan yang baru kukenal lewat dunia maya itu. Terasa perempuan yang memiliki paras cantik itu ada dihadapanku. Tapi sayang lamunanku buyar takala sopir taksi menghentikan mobilnya. Dan dia mengatakan bahwa aku sudah sampai di tempat yang dituju.
Aku berdiri sejenak di depan sebuah rumah mewah bercat putih.Lalu kulihat nomor rumahnya, dan betul itu rumah yang akan kukunjungi. Mentari sudah mulai berada di atas gunung. Namun udara panas begitu amat menyiksa, membuat sekujur tubuh basah kuyup.
Sepasang burung kecil terbang dari ranting pohon yang rimbun, seakan tengah menikmati suasana pagi yang teramat cerah. Aku menatapnya sejenak, tak terasa muncuk perasaan iri melihat kebahagiaan sepasang burung kecil yang tengah menikmati suasana pagi.
***
Kuambil Hp, lalu kukirim dia sms. Tak berapa lama pintu rumah terbuka dan muncul seorang perempuan cantik yang telah membuat gila hati
ini. Dia melemparkan senyumnya yang indah sambil menyuruh ku masuk.
“Masuklah mas…..”
Aku tersenyum membalasnya. Ku ikuti perempuan itu dari belakang. Sejenak kunikmati aroma parfum yang dipakainya. wanginya menusuk sampai ke jantung. Dan aku dipersilahkan duduk setelah sampai ke
ruangan tamu.Ruangan tamunya tertata begitu artistik, rapih indah dan cantik seperti pemiliknya.
Sebuah Foto keluarga yang berukuran besar, terpajang di dinding tembok sebelah kiri, lalu kuhampiri Dan perempuan yang ada dihadapanku sekarang berada ditengah tengah keluarganya dalam
foto itu.
“Hemm…….”
Aku tersentak dan agak malu juga. Nuniek sudah berada dihadapan ku dengan membawa dua gelas minuman. Lalu dia menyimpan minumanya di atas meja. “Apa kabar kang mas ?” dia menjulurkan tanganya sambil tersenyum.”Cape yah ?”
“Baik….aku baik baik saja.” sambil kujabat tanganya yang lembut. Aku nervous juga. “Rasanya kalau untuk bertemu bidadari secantik dikau,perjalanan sejauh manapun tidak akan terasa melelahkan.”
Aku mencoba menguasai diri dari perasaan nervous. Kami duduk berdua di sofa. Lalu perempuan cantik itu berkata, “Itu foto keluarga kami dulu.” katanya sambil menyilahkan ku meminum minuman
yang sudah ada di meja.
“O ya ? lalu kemana sekarang ?”
” Itu mah kehendak Tuhan Kang mas.Takdir nya harus seperti itu mungkin. Dah ah jangan bahas topik yang itu.” dia menghindar.
“O ya sorry.” kata ku sambil kureguk kopi yang masih panas.”Rasanya aku rindu untuk menikmati indahnya Pantai pParangtritis.” tiba tiba terucap kata kata itu dari mulut ku.
***
Perempuan itu tersenyum. Cantik sekali. “Kang mas pernah punya kenangan indah yadi sana ?”
“Tidak, justru akang ingin mengukir dan membuat kenangan indah bersama mu di Parang Tritis. Mau kan ?”
Nuniek tersenyum sambil menganggukan wajahnya. Dan aku berkali kali
sempat menikmati keindahan senyumannya.
Saat waktu unjuk pkl 9,00, kami berdua meluncur menuju pantai Parang Tritis. Sebuah mobil Blazer berwarna gelap membawa kami menuju Pantai terindah di Jogyakarta. Aku mengemudikan mobil milik perempuan yang kini berada di sampingku. Sebuah kaca mata hitam menghiasi sebagian wajah
perempuan itu. Dan berkali kali aku melirik lewat ujung mata mencuri pandang menikmati indahnya wajah perempuan itu.
Mobil terus melaju ke arah selatan dengan kecepatan agak tinggi. Sementara Nuniek tak henti hentinya bercerita tentang pertemuan yang pertama ini. Dan aku hanya senyum sambil asyik mengendalikan
mobil.
Sangat ramai suasana di pantai Parangtritis. Maklum hari libur panjang. Kami berdua menyusuri sepanjang pasir putih yang sesekali airnya menjilati kaki kami. Dan disebuah tempat yang agak teduh, kami duduk menikmati pemandangan alam yang begitu sempurna.
Tak terasa dari mulut ini berkali kali menganggungkan Sang Pencipa, yang telah menciptakan semua langit, bumi dan segala isinya. Perempuan itu menyandarkan kepalanya di pundakku. Rambutnya yang
harum berkali kali membelai wajahku ditiup angin pantai. Dan jemari ku tanpa disuruh membelai rambut indah yang seakan hendak menenggelamkan anganku.
Sungguh tak terasa, waktu seakan begitu cepat berlalu. Matahari yangmemerah sudah berada hampir di ufuk barat. Rasanya kalau bisa, aingin kuperlambat waktu biar bisa lebih lama menikmati keindahan
Pantai Parangtritis bersamanya.
“Kang mas…..kita akan berpisah lagi.” katanya dengan suara yang lemah.
***
” Berpisah sementera kan?” jawab ku sambil kubelai wajahnya penuh lembut. “Kita hanya berpisah untuk sementara waktu. Percayalah, walau kita jauh tapi hati kita tetap satu dan selalu dekat. Sedekat gula dan manisnya atau sedekat Pantai Parangtritis dengan ombaknya.”
Wajah yang lembut itu tengadah, seakan meminta kepastian.Dan aku membisikanya ditelinga perempuan itu, bahwa Parangtritis akan menjadi saksi pertemuan ini. Dan di Parangtritis pula kujanjikan berseminya cinta yang tulus ini.
Saat mentari tenggelam kedasar pantai, kuliat air mata membasahi kelopak mata Nuniek. Apalagi saat Kereta senja yang akan membawaku pulang mulai laju. Perempuan itu masih berdiri dan melambaikan
tanganya. Kereta terus laju dan perempuan itu pun menghilang dari pandanganku.
***
Medio 142016