Thursday, November 21, 2024
Home > Berita > Korban tewas di Gaza mendekati 30.000, Anak-anak kekurangan gizi akut

Korban tewas di Gaza mendekati 30.000, Anak-anak kekurangan gizi akut

Seorang anak laki-laki Palestina menangis ketika dia berdiri di tengah puing-puing kamp Maghazi. (Foto: AFP/Arab News)

Mimbar-Rakyat.com (Gaza Strip, Wilayah Palestina) – Jumlah korban jiwa warga Palestina yang dilaporkan dalam perang Gaza mendekati 30.000 orang hingga hari Rabu, ketika pertempuran berkobar di wilayah yang dikuasai Hamas meskipun para mediator bersikeras bahwa gencatan senjata dengan Israel mungkin hanya tinggal beberapa hari lagi.

Menurut laporan Arab News, korban terus berjatuhan; “91 orang lainnya tewas dalam pemboman Israel semalam,” lapor medisa tersebut mengutip  sumber di kementerian kesehatan.

Mediator dari Mesir, Qatar dan Amerika Serikat telah berusaha menemukan jalan menuju gencatan senjata di tengah pertempuran sengit, dan para perunding mencari jeda enam minggu dalam perang yang telah berlangsung hampir lima bulan tersebut.

Setelah serangkaian diplomasi, para mediator mengatakan kesepakatan akhirnya bisa tercapai – termasuk pembebasan beberapa sandera Israel yang ditahan di Gaza sejak serangan Hamas pada 7 Oktober dengan imbalan beberapa ratus tahanan Palestina yang ditahan oleh Israel.

“Harapan saya adalah pada Senin depan kita akan melakukan gencatan senjata” tetapi “kita belum selesai,” kata Presiden AS Joe Biden pada hari Selasa.

Juru bicara Kementerian Luar Negeri Qatar Majed Al-Ansari mengatakan Doha “berharap, belum tentu optimis, bahwa kami dapat mengumumkan sesuatu” sebelum Kamis.

Namun dia memperingatkan bahwa “situasi di lapangan masih tidak menentu.”

Doha memperkirakan jeda pertempuran akan terjadi sebelum awal Ramadhan, bulan puasa umat Islam yang dimulai pada 10 atau 11 Maret, tergantung pada kalender lunar.

Hamas telah mendorong penarikan penuh pasukan Israel dari Gaza – permintaan yang ditolak mentah-mentah oleh Perdana Menteri Israel Benjamin Netanyahu.

Namun sumber Hamas, yang berbicara tanpa mau disebutkan namanya, mengatakan bahwa kesepakatan itu mungkin akan membuat militer Israel meninggalkan “kota-kota dan daerah berpenduduk”, sehingga memungkinkan kembalinya beberapa warga Palestina yang terlantar dan bantuan kemanusiaan.

Kampanye militer Israel di Gaza telah menewaskan sedikitnya 29.954 orang, sebagian besar perempuan dan anak-anak. Begitu menurut kementerian kesehatan wilayah tersebut.

Perang tersebut dipicu oleh serangan Hamas yang belum pernah terjadi sebelumnya di Israel selatan yang mengakibatkan kematian sekitar 1.160 orang, sebagian besar warga sipil. Demikian menurut penghitungan resmi AFP.

Militan juga menyandera sekitar 250 orang, 130 di antaranya masih berada di Gaza, termasuk 31 orang diperkirakan tewas, menurut Israel.

Sejak perang dimulai, ratusan ribu warga Gaza telah mengungsi, dan hampir 1,5 juta orang kini memadati kota Rafah di bagian selatan, tempat Israel telah memperingatkan rencana mereka untuk melancarkan serangan darat.

Kelompok bantuan kemanusiaan memperingatkan bahwa mereka yang masih tinggal di Gaza utara menghadapi situasi yang semakin menyedihkan.

“Jika tidak ada perubahan, kelaparan akan segera terjadi di Gaza utara,” kata wakil direktur eksekutif Program Pangan Dunia Carl Skau kepada Dewan Keamanan PBB pada hari Selasa.

Rekannya dari kantor kemanusiaan PBB OCHA, Ramesh Rajasingham, memperingatkan akan terjadinya kelaparan yang meluas yang “hampir tidak bisa dihindari”.

WFP mengatakan tidak ada kelompok kemanusiaan yang dapat mengirimkan bantuan ke wilayah utara selama lebih dari sebulan, karena bantuan dihalangi oleh pasukan Israel untuk masuk.

“Saya belum makan selama dua hari,” kata Mahmud Khodr, warga kamp pengungsi Jabalia di utara, tempat anak-anak berkeliaran dengan panci kosong.

“Tidak ada yang bisa dimakan atau diminum.”

Sebagian besar truk bantuan telah dihentikan, namun militer asing telah menjatuhkan pasokan melalui udara termasuk pada hari Selasa di Rafah dan kota utama di selatan Gaza, Khan Yunis.

Bantuan apa pun yang masuk ke Gaza melewati perbatasan Rafah dari Mesir, sehingga memicu peringatan dari Sekjen PBB Antonio Guterres bahwa serangan apa pun terhadap kota tersebut akan “menancapkan paku terakhir di peti mati” operasi bantuan di wilayah tersebut.

Israel bersikeras akan memindahkan warga sipil ke tempat aman sebelum mengirim pasukan ke Rafah, namun Israel belum merilis rincian apa pun.

Mesir telah memperingatkan bahwa serangan terhadap kota tersebut akan menimbulkan “dampak bencana di seluruh kawasan,” dan Kairo khawatir akan masuknya pengungsi.

Juru bicara militer Israel Laksamana Muda Daniel Hagari mengatakan pada hari Selasa bahwa Israel akan “mendengarkan rakyat Mesir dan kepentingan mereka,” menambahkan bahwa Israel “tidak dapat melakukan operasi” dengan populasi besar yang ada di Rafah saat ini.

Menjelang ancaman serangan darat, wilayah tersebut telah berulang kali terkena serangan udara Israel.

Seorang koresponden AFP melaporkan bahwa semalam beberapa serangan udara menghantam kota Khan Yunis dan Rafah di selatan, serta Zeitun di Gaza tengah.***(edy)

 

 

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *

Hallo kawan, silahkan klik tombol Like / Follow untuk mendapatkan berita dan tulisan terbaru