Bukan hanya di Jawa atau di Sumatera saja kuburan yang tak mempan gusuran . Dikeramatkan, dipuja atau sebab lain. Sehingga niat apapun harus mengalah demi kelestarian kuburan. Di komplek perkantoran Walikota Jakarta Selatan juga ada kuburan yang dilestarikan, yakni kuburan Ade Irma Suryani, putri Jendral Nasution yang tewas oleh aksi PKI dalam peristiwa G-30-S.
Kuburan biasanya berada di lokasi yang jauh dari hiruk pikuk keramaian. Sebagai tempat akhir peristirahatan akhir memang selayaknya begiitu . Sehingga kalau lokasi kuburan sudah terdesak pembangunan kota lazimnya lokasi tersebut dipindahkan. Bukan soal seram atau tempat jin buang anak.
Tidak bisa disalahkan beberapa kuburan di dunia ini memiliki fenomena yang tidak biasa, unik, aneh, dan menyeramkan. Bahkan menyesatkan. Tidak sedikit pula kuburan yang dipuja, dan digunakan dalam ritual tertentu seperti ingin kaya dan terkenal, yang banyak dilakukan di Indonesia. Seperi di Gunug Bromo atau makam=-makam wali Di Jawa.
Namun jika Anda berkunjung ke jalan East County Road 400 South, dekat Amity, di negara bagian Indiana, di Amerika Serikat. Ada kuburan yang tak mempan gusuran. Ada sebuah gundukan kecil, yang membagi jalan aspal menjadi dua, dan itu adalah makam Nancy Kerlin Barnett. Nancy bukan wali, apalagi nabi.
Tetapi bahkan pemerintah yang sah pun tidak berhasil menggusurnya , ketika lokasi tersebut akan dijadikan jalan raya.
Nancy Kerlin (1793-1831), saat itu berusia empat belas tahun saat menikah dengan William Barnett pada tahun 1808, dan mereka menetap di dekat apa yang akan menjadi Amity, Indiana
Ketika dia meninggal pada tahun 1831 pada usia 39, ia dimakamkan di atas sebuah bukit kecil yang diabaikan di Sugar Creek–salah satu tempat favoritnya. Dalam tahun-tahun berikutnya, beberapa orang lain juga dikuburkan di sana, dan pemakaman kecil ini bertambah besar.
Sekitar pergantian abad, Johnson memutuskan untuk membangun jalan langsung melalui pemakaman, yang berarti bahwa kuburan perlu direlokasi. Salah satu putra Nancy keberatan jika kubur ibunya dipindahkan.
Sementara itu, kuburan lainnya telah dipindahkan, dan para pengembang jalan tidak keberatan meninggalkan satu makam ini di sisi jalan, di mana terbaring jasad Nancy di sana.
Masalah juga dimulai jauh kemudian, ketika kota ini ingin melebarkan jalan. Pihak kota mengharuskan makam dipindahkan. Kali ini, sang cucu, Daniel G. Doty, keberatan. Tapi ketika dewan kota mendorong rencana mereka, Daniel Doty meraih senapan dan tinggal di kuburan neneknya.
Persisnya berapa lama ia tinggal di sana tidak diketahui, tetapi tampaknya tantanganya sudah cukup untuk memaksa dewan kota untuk membagi jalur, dan menempatkan makam tepat di tengah jalan. Sebuah struktur beton ditempatkan di atas kuburan untuk melindunginya, dan penanda sejarah ditempatkan di lokasi itu juga.