Mimbar-Rakyat.com (Kuningan) – Puluhan karya seni ditampilkan dalam Pameran Kuningan Biennale 2021, yang mengangkat tema “Niaga” memamerkan sejumlah karya seni diantaranya seni instalasi, literasi, video kreatif, seni rupa dua dimensi dan tiga dimensi, di Gedung Kesenian Raksawacana, Kuningan, Sabtu (11/09) hingga Kamis (30/9).
Direktur Kuningan Biennale, Agung M Abul mengungkapkan tema niaga diambil dari kondisi perekonomian saat ini terutama yang berasal dari wilayah timur Kabupaten Kuningan. “Kami meriset dari tahun 2017, Kita petakan ada jasa, pertanian, di timur lebih ke perniagaan seperti merantau ke luar kota, sedangkan wilayah barat lebih ke pertanian ,” ujar Agung.
Sebanyak 25 penggerak seni, baik secara individu maupun perorangan mengikuti KB 2021. “Ada 25 penggerak seni yang ikut, 20 dari Kuningan, 5 dari luar kota seperti Surabaya, Cirebon, Jakarta dan Tanggerang,” ujar Agung.
Pameran Seni KB sendiri , digelar di beberapa titik diantaranya Seri Performamce Art pada tanggal 16 September nanti di situs Purbakala Cipari, selanjutnya pemutaran film dokumenter dan Stand Up Comedy Sunda yang akan digelar pada tanggal 18 September 2021 di Desa Cisantana, Kecamatan Cigugur, Kunungan.
Nampak hadir dalam Kuningan Biennale, Sekda Kuningan, H Dian Rachmat Yanuar, Aktor Ence Bagus, Pengarah Musik Yusuf Oeblet dan pengunjung yang mayoritas merupakan mahasiswa.
Sekda Kuningan, H Dian Rachmat Yanuar mengapresiasi adanya KB dan berharap menjadi agenda rutin yang diselenggarakan selama dua tahun sekali di Kabupaten Kuningan. “Karya yang ditampilkan cukup unik, menghadirkan sesuatu yang baru, jadi untuk menterjemahkan karya ini perlu perlahan – lahan. Saya kira ini keren sekali karena bisa membuka cakrawala, wawasan masyarakat Kuningan,” kata Sekda Kuningan.
Menurutnya, Kuningan Biennale adalah pameran yang menarik karena banyak pesan yang tersampaikan. “Apa itu kreatifitas, kemandirian, konsistensi, Saya lihat tadi di beberapa spot sangat keren. Saya berharap pameran ini perlu ditradisikan,” harapnya.
Ada spot yang menarik perhatiannya, yakni pijat tradisional Yumeho, yakni tekhnik oijat refleksi gabungan modern dan tradisional. “Saya lihat yang menarik ada Yumeho, yang baru. Ada yang khas dari gerakan – gerakannya, ini baru Saya lihat, selain itu ada lagi dari seniman tanggerang yang mengekspresikan hegemumi kapitalis melalui karyanya yang kreatif dan keren,” terang Dian.
Pihaknya berharap di masa pandemi Covid-19, para Seniman kreativitas tetap dijaga meskipun dengan keterbatasan namun mampu menyampaikan pesan – pesan dengan sarat makna melalui karya seninya. Dien