MIMBAR-RAKYAT.com (Jakarta) – Arif Fadillah menyatakan amat bangga dan senang ketika terpilih sebagai salah seorang pemain mengikuti kejuaraan sepak bola Olimpiade khusus tunagrahita atau kejuaraan Kim Kallstrom Trophy yang akan berlangsung di kota Gothenborg, Swedia, medio Juli 2017.
“Tentu saja saya senang dan bangga,” kata Arif yang lebih dikenal dengan nama panggilan Lala pada acara silaturahim dengan warga di rumah keluarganya di Jakarta, Kamis malam.
Lala, kelahiran Jakarta 1 Desember 1997, yang berbobot 75 kg dan tinggi 171 cm, merupakan putra keempat dari empat bersaudara, dari ayah Ahmad Fauzy dan ibu Zaitun dan saat ini menempuh studi di sekolah SLB C di Kemayoran.
Menurut ibundanya, Lala yang tinggal di kawasan Kawi-Kawi di Percetakan Negara I Jakarta Pusat, sejak kecil sudah suka bermain sepak bola.
“Sejak kecil ia suka bermain sepak bola,” kata Zaitun mengomentari remaja bertubuh atletis itu.
Pelatih kepala tim Spesial Olimpik Indonesia itu, Muhamad Zakroni, ketika dihubungi mimbar-rakyat.com menyatakan, Lala dan kawannya akan bertanding pada kejuaraan yang berlangsung 16-21 Juli 2017.
Zakroni menjelaskan, pertandingan sepak bola 7 VS 7 itu akan berlangsung dalam waktu 2 X 20 menit dan pemain yang berangkat sebanyak 10 orang. “Lawan-lawan kita baru ketahuan di sana pak. Karena setelah tiba di sana baru diundi siapa lawan siapa dan kita masuk grup mana,” ungkapnya.
Sementara Eko Prabowo yang sebelumnya terpilih sebagai pelatih kepala – tapi karena kesibukannya menjelang SEA Games sehingga digantikan Zakroni yang akrab dipanggil Ussof, menjelaskan bahwa pertandingan sepak bola yang diikuti Lala bersama temannya merupakan laga 7 VS 7.
“Jadi pertandingannya tujuh lawan tujuh. Ini beda dengan futsal, jadi disebut saja sepak bola,” kata Eko menjelaskan jenis laga bola yang disebut “7 a side football” itu.

Kejuaraan sepak bola bernama “Kim Källström Trophy by Gothia Cup” atau disebut juga dengan “World Youth Cup” itu diikuti para pemain muda tunagrahita dari seluruh dunia, yang mendapat kesempatan tampil karena kelebihan talenta mereka.
Dalam laman gothiacup.sw disebutkan, karena orang di dunia ini umumnya menyukai sepak bola, maka turnamen itu diadakan. Acara itu terselenggara atas kerja sama kepanitiaan bersama antara Gothia Cup, Special Olympics Europe / Eurasia, Special Olympics Sweden dan sponsor utama, pemain sepak bola nasional Swedia, Kim Källström.
Turnamen Kim Källström Trophy menurut laman itu diadakan berbeda dengan perebutan Gothia Cup. Penyisihan grup diadakan di Kviberg dari Minggu hingga Kamis dan babak final pindah ke Heden. Selama kegiatan itu diadakan dalam lima tahun ini, sudah 165 tim yang tampil dari 26 negara.
Eko menjelaskan, tim Indonesia yang berangkat ke Swedia merupakan tim U15 Kemenpora yang baru-baru ini melawan tim U16 yang menang telak dalam uji coba melawan Singapura.
Tim Special Olympic Indonesia (SOIna) pernah meraih medali emas dalam kejuaraan Special Olympic World Games (SOWG) 2015 di Los Angeles, Amerika Serikat.

Kemenangan itu terjadi setelah di partai final SOIna pada pesta olahraga penyandang disabilitas intelektual tingkat dunia itu membungkam timnas Malaysia 2-0.
“Dalam tim ini saya mungkin lebih berpengalaman, tapi tak memberi instruksi berlebihan ke teman-teman. Yang penting kita semua merasa sama, karena kalau tak ada tim ini kita semua tidak mungkin kompak,” kata Muhammad Zakroni dalam laman liputan6 dan pada 2015 itu ia bertindak sebagai kapten tim.
“Olahraga individu mungkin berpikir untuk diri sendiri. Kalau di sepak bola, satu orang yang salah, semua bakal ikut salah,” kata Ussof, jebolan Universitas Negeri Jakarta tersebut.
Dalam silaturahim di kediaman Lala, Kamis malam, Ketua masjid Al Istiqomah, Ustad Rapei, S Sos I menyatakan, masyarakat Kawi-Kawi pantas berbangga hati karena ada putra dari daerah itu yang terpilih membela nama negara dan bangsa berjuang ke Swedia.
“Kita bangga, bersyukur dan mendoakan semoga Lala dan teman-temannya berhasil membela nama bangsa dan negara di pertandingan dunia itu,” kata Rapei. (arl)