MIMBAR-RAKYAT.com (Ternate) – Gubernur Maluku Utara (Malut), KH. Abdul Ghani Kasuba, meminta Kota Ternate menjad tuan rumah pelaksanaan Musyawarah Perencanaan Pembangunan (Musrenbang) bersama kedua, Provinsi Maluku dan Maluku Utara 2018 dan permintaan itu direspon baik oleh Gubernur Maluku, Said Assagaff.
“Saya minta Musrenbang 2018, Ternate menjadi tuan rumah. Saudara-saudara dari Maluku datang ke Maluku Utara (Ternate), baru kita sama-sama menuju Maluku dengan merute kapal Ternate – Ambon – Banda – Tual,” ujar Kasuba dalam sambutan perpisahan, di Ternate, Sabtu (8/4) dini hari, ketika KM. Doro Londa yang membawa peserta Musrenbang Bersama, singgah di kota tersebut.
Menurut Kasuba, dia sengaja meminta Malut sebagai tuan rumah, lantaran lebih kurang 10 sampai 15 tahun lalu, hubungan kedua daerah nyaris putus sama sekali.
“Pertemuan bersama Maluku dengan Maluku Utara itu sangat jarang sekali terjadi. Apalagi kondisi kala itu pesawat tidak ada bahkan kapal pun jarang,” ungkapnya.
Lantaran itu, momen Musrenbang Bersama inj, disebut Kasuba, harus dimaknai dan dipakai untuk menjalin silaturahmi yang sempat terputus itu.
“Ini suatu pertemuan yang sangat indah, yang belum pernah terjadi selama ini. Sebelumnya kami semua sempat meragukan pertemuan dua provinsi ini, termasuk saya dan Satuan Kerja Perangkat Daerah (SKPD) yang ada. Ternyata perjalanan ini sangat luar biasa. Mungkin saya bahkan tidak bisa menghadirinya lagi tahun depan, karena harus mengakhiri masa jabatan. Maka saya minta diteruskan oleh gubernur yang menggantikan saya,” harap Kasuba.
Bagi dia, tadinya tidak pernah terpikir untuk bisa kumpul seperti momen Musrenbang ini. Saling berhadapan dan menyapa satu dengan yang lain.
“Tadinya saya tidak pernah tahu Bupati Aru itu seperti apa. Begitu juga Bupati lainnya. Mungkin juga, Bupati Maluku Tenggara tidak pernah kenal dengan Bupati Halmahera Tengah. Tapi melalui momen ini semua bisa saling mengenal,” paparnya.
Kasuba mengakui, Musrenbang ini bukan saja hanya bicara masalah program dan lainnya. Tetapi hal yang paling utama adalah silaturahmi diantara Maluku dengn Maluku Utara, sebagai “adik” dan “kakak”.
“Semua kita yang hadir ini, makan dan berbincang bersama tentang kesulitan bersama Maluku – Maluku Utara. Kita mulai sama-sama sejak hari pertama kapal berangkat dari Ambon. Hampir sebagian besar waktu kita di atas kapal ini, kita gunakan untuk berbincang tentang pembangunan dan saling mengenal potensi di dua provinsi ini dan 21 kabupaten yang ada di dua wilayah, sehingga bisa saling tahu,” ujarnya.
Kasuba yakin, Musrenbang Bersama di atas kapal ini sangat efektif. Karena semua peserta termasuk seluruh SKPD jadi fokus untuk mendiskusikan dan mencari solusi masalah yang dihadapi daerah masing-masing. “Apalagi tidak ada satu SKPD pun yang keluyuran di mall, semua di dalam kapal jadi fokus untuk,” katanya.
Kasuba juga berterima kasih dalam keberadaan Maluku Utara sebagai adik yang 10 tahun lebih dimekarkan, tetapi sebagai orang tertua, Maluku melalui Gubernur Assagaff dan Wakil Gubernur Zeth Sahuburua, selalu membimbing.
“Dulu, apa yang diajukan ke pusat kadang-kadang masing-masing provinsi berjuang sendiri. Syukurlah melalui Pak Gub dan Pak Wagub Maluku, kami juga ikut diperjuangkan. Apakah di sini atau di pusat selalu bersama untuk menyampaikan hal-hal penting diantara dua provinsi ini,” ungkapnya.
Menurut Kasuba, ini menandakan, bahwa ternyata Ternate-Ambon, Maluku-Maluku Utara mulai tersambung silaturahim seperti dahulu. Pela gandong akan berlanjut. Juga akan saling memahami dan mengerti kesulitan bersama.
Persaudaraan ini yang harus dijalin, saling mengenal, mengetahui bersama. Sehingga ketika bangun Maluku-Maluku Utara, ini sama-sama dirasakan.
“Hal ini begitu terasa ketika baru pada periode ini di dua tahun terakhir. Satu minggu ini, tiga pesawat yang berbadan lebar mendarat dari rute Ternate – Ambon. Tadinya, pesawat kecil pun tidak pernah ada. Sekarang sudah tiga maskapai melayani rute Ternate – Ambon.Penerbangan tidak pernah kosong bahkan banyak orang yang tidak mendapatkan kursi untuk terbang menuju Ambon,” terangnya.
Kasuba yakin, apa yang ada di Maluku Utara, ada lebihnya mungkin kita bisa sharing ke Maluku. Mungkin juga Maluku punya kelebihan, bisa di-sharing ke Malut, dengan hubungan yang mulai lancar ini.
“Insya Allah kita akan jadi satu kembali Maluku dan Maluku Utara. Merasakan bersama segala persoalan bersama dan mudah-mudahan kita selesaikan bersama. Begitu banyak pulau tapi begitu banyak juga kesulitan yang tentu harus kita tahu bersama untuk dicarikan solusinya.Kita berpisah tapi insya allah hati kita tak pernah terpisah,” pungkasnya. (sp/arl)