Bertepatan dengan menghadiri World Press Freedom Day (WPFD) di Addis Ababa, ibukota Ethiopia, saya Hendry Ch Bangun dan beberapa teman berkunjung ke pabrik Indomie dan B29 yang berjarak sekitar 1 jam perjalanan ke luar kota. Idenya datang dari Dubes RI, Al Busra Basnur yang baru dua bulan bertugas.
Kunjungan dilakukan pada hari Sabtu menjelang Ramadhan kali ini, sehabis WPFD karena itulah satu-satunya waktu tersedia. Acara padat 1-3 Mei membuat kami tidak bisa nyuri waktu.

Begitu ke luar dari kota di ketinggian 2200 meter dari permukaan laut itu, jalanan lancar. Sudah ada jalan tol yang lengang. Hanya Ada sedikit truk barang atau angkot antarkota yang melaju di aspal.
Sekitar 30 menit di tol kami masuk ke jalan dengan kiri kanan tanah pertanian atau pabrik atau greenhouse pertanian.
Seperti di Indonesia, tidak semua jalan mulus. Ada yang bergelombang, ada yang rusak meskipun tidak banyak. Beban truk besar tampaknya berperan memperpendek umur aspal.

Pertama kami ke pabrik B29, yang di tanah air dikenal dengan produk sabun batangan/cair untuk mencuci pakaian. Dan bintang iklan pelawak Ratmi, yang dijuluki Ratmi B29 karena begitu identik.
Taryat Suratman, sang General Manager PT Peace Success Plc, anak perusahaan PT Sinar Antjol, yang menjadi produsen B29.
Menerima kami dengan sikap hangat, karena senang didatangi orang sebangsa yang dipisah jarak 12.000 km. Dia langsung mengajak kami melihat proses produksi di sebuah bangunan mirip gudang. Ternyata yang dibuat di dalam adalah lotion merk Kris, sementara kegiatan sabun batangan/cair dan sabun detergen sedang istirahat.
Lotion Kris konon sangat terkenal dan menguasai pasar karena harganya yang terjangkau.
Pegawai di pabrik B29 ini tidak banyak, sekitar 50 orang, umumnya lulusan SLTA dengan gaji terendah sekitar 60 dollar AS, sesuai dengan kebutuhan di sana.
Menurut Taryat, produk sabun B29 yang populer di Ethiopia memang ditingkatkan kualitas sehingga lebih lembut dan dapat dipakai sebagai sabun mandi selain untuk mencuci. Maka berbeda dengan di Indonesia B29 lebih dikenal sebagai sabun cuci.

Menurut Taryat, pabrik akan diperluas, produk ditambah karena besarnya pasar di negara ini. Berbagai produk seperti cuci piring, cuci kamar mandi, dan sejenis akan dikembangkan, apalagi saingan belum banyak.
Sekitar 25 menit dari sini, kami mendatangi pabrik Indomie. Deputy GM Adrianto Yuniar Salam dan Staf menerima kami dengan tangan terbuka. Indomie ini merupakan pabrik negara kelima di Afrika. Ada juga di Nigeria dll.
Indomie sebenarnya sudah banyak beredar di luar negeri, praktis ada dijual di lima benua. Eropa, Australia, Amerika, juga sejumlah negara Asia. Namun tidak di semua tempat ada pabrik, sebab didirikan pabrik apabila permintaan sudah begitu tinggi.

Ethiopia yang penduduknya 107 juta menjadi pertimbangan. Makanan merupakan kebutuhan pokok jadi pasti laku. “Apalagi mereka suka pasta karena pernah dijajah Italia,” ujar Adrianto
Beda Indomie di Ethiopia dengan Indonesia adalah tidak ada minyak sayur, karena alasan biaya produksi dan juga bukan kebutuhan dasar orang setempat. Karena berasal dari minyak sawit, dan harus impor dari Indonesia, biaya produksinya jadi tinggi kalau jadi bagian dari Indomie. Maka yang ada selain mie adalah bumbu-bumbu saja. Semua bahan, seperti tepung ada di sini jadi harga bisa murah.
Pabrik sendiri tidak terlalu luas, hampir satu hektar, tapi itu dianggap cukup untuk saat ini. Dengan shift kerja 3 kali dapat diproduksi tak kurang 5000 dus isi 40 perhari.
Indomie ini lalu didistribusikan ke seluruh negeri oleh pihak yang sudah mengikat kontrak. Jadi tidak dengan sistem distributor tunggal dan keagenan karena belum ada perusahaan khusus distribusi seperti di Tanah Air.
Pabrik Indomie di Ethiopia ini adalah anak dari perusahaan di Arab Saudi, yang mengembangkan bisnis melihat pasar besar di Ethiopia. Dalam waktu dekat sudah beroperasi pula pabrik di Bosnia.
Sebagai pemimpin pasar, saingannya produk dari Vietnam. Namun Adrianto dkk optimistis Indomie akan selalu terdepan karena produknya cocok dengan selera lokal.
“Indomie rasa sayur menjadi makanan favorit mereka yang puasa konsumsi hewan, itu salah satu contoh mengapa produk kita laku,” kata Adrianto.
Sekadar informasi, mayoritas penduduk Ethiopia menganut Kristen Orthodoks yang ibadat puasanya sangat sering, disebut mencapai sampai 200 hari dalam setahun. Dan mereka disebut sebagai bangsa paling religius di dunia.***(mimbar-rakyat.com/Hendry Ch Bangun).