Ya gaduh lagi. Sepertinya kegaduhan sudah jadi hobi menterinya kabinet Presiden Jokowi. Padahal presidennya sudah nyinyir memperingatkan para menteri agar fokus dalam kerjanya dan menghindari kegaduhan.
Menteri senior Luhut Panjaitan kali ini bersitegang urat dengan menteri KKP Susi Pudjiastuti. Soalnya klasik pula soal penenggelaman. Luhut bilang stop, Susi bilang ini perintah undang undang.
Namun, Susi menyatakan tetap konsisten pada kebijakannya karena merasa hal tersebut sesuai ketentuan undang-undang.
Presiden mengatakan sempat meminta Susi untuk fokus meningkatkan ekspor ikan. Permintaan itu disampaikan Presiden kepada Susi dalam rapat kabinet.
“Saya sampaikan ke Bu Susi, Bu sekarang konsentrasinya ke industri pengolahan ikan terutama yang mendorong untuk ekspor, ikan untuk ekspor karena ekspor kita turun. Itu saja,” kata Presiden di Hotel Sahid, Jakarta, Rabu (10/1/2018).
Ironinya, masalahnya baru saja dibahas dalam sidang kabinet. Presiden mengingatkan, penenggelaman mmang diperlukan namun sekarang fokus sudah harus bergeser ke peningkatan ekspor ikan.
Entah siapa yang memelintir. Tiba tiba Luhut mencanangkan perintah stop. Lebih seru lagi kemuduan wakil presuden Jusuf Kalla nimbrung dukung Luhut.
Maka berseliweranlah rumor ada udang di balik perahu. Luhut pun sigap. Belum ada yang menuduh menteri serba bisa ini pasang badan. “Sikap saya ini bukan saya membackingi mafia illegal fishing,” begitu ujarnya.
Menurut Kalla, sejak awal ia dan Luhut mendukung penuh penenggelaman ikan untuk memberikan peringatan kepada para pelaku illegal fishing.
Namun setelah tiga tahun kebijakan itu dilakukan dan dieksekusi oleh Menteri Kelautan dan Perikanan Susi Pudjiastuti, Kalla mengatakan pemeritah menilai penenggelaman kapal sudah cukup. Sebanyak 351 kapal sudah kandas didasar laut selama tiga tahun ini. Semua setelah pengadilan menjatuhkan vonisnya.
“Dengar kata-kata Pak Jokowi, bahwa penenggelaman kapal memang dibutuhkan, tapi sekarang harus yang difokuskan ialah ekspor,” kata dia.
Masalahnya tidak rumit. Hanya ada aroma adagium lama tercium “kalau bisa dipersulit kenapa dipermudah “.
Hasilnya kegaduhan yang tidak elok di mata publik. Jangan sampai ada kesan seperti adegan film kartun Tom dan Jerry. (*)