MIMBAR-RAKYAT.com (Jakarta) -“Assalamualaikum,” sapa ramah Dubes Inggris untuk RI yang baru Moazzam Malik kepada wartawan. Dubes Inggris pertama yang seorang muslim ini menceritakan segala kesannya tentang Indonesia.
“Saya seorang Islam. Saya Dubes Inggris untuk Indonesia pertama yang beragama Islam. Di luar negeri, ada 2-3 kolega saya yang Islam yang bertugas.
Setelah menyerahkan surat kepercayaan dari Ratu Elizabeth II kepada Presiden Joko Widodo, Kamis (18/12/2014), Moazzam Malik resmi menjadi Duta Besar Inggris untuk Indonesia. Uniknya, Moazzam adalah duta besar Muslim pertama Inggris di Indonesia.
Hal itu disampaikan Malik dalam konferensi pers dengan wartawan di rumah dinasnya di Jl Teuku Umar 72-74, Jakarta Pusat, Jumat (19/12/2014). Tentu bukan semata-mata agamanya yang membuat Malik ditugaskan ke Indonesia, melainkan karena kemampuan dan profesionalistasnya.
“Bukan hanya saya seorang Islam, tetapi karena saya punya pengalaman lama di Asia Selatan, Timur Tengah dan Afrika Timur. Saya punya kepercayaan diri akan kapabilitas saya,” jelas Malik.
Dalam jumpa pers yang digelar di kediaman resminya, Jumat (19/12/2014), Moazzam mengaku tak kaget jika latar belakangnya yang Muslim menjadi perhatian khusus di Indonesia yang adalah negeri dengan penduduk Muslim terbesar di dunia.
Namun, kata Moazzam, Pemerintah Inggris memilihnya untuk bertugas di Indonesia bukan karena semata-mata latar belakangnya yang keturunan Pakistan dan memeluk agama Islam. Dia menegaskan, pengalamannya bertugas mewakili Inggris di berbagai belahan dunia yang menjadi pertimbangan penugasannya ke Indonesia.
“Pemerintah Inggris menilai saya bisa memenuhi tugas untuk meningkatkan hubungan dengan Indonesia. Dan saya sudah banyak pengalaman bekerja di Asia Selatan, Timur Tengah, dan Afrika,” ujar penggemar klub sepak bola Liverpool itu.
Bapak tiga anak itu melanjutkan, dirinya memang memiliki darah Pakistan meski lahir di London. Inggris, tambah dia, adalah sebuah negeri yang penuh keragaman karena banyak bangsa dan warna kulit yang tinggal di negeri itu.
“Saya mewakili wajah modern Inggris di luar negeri. Kami ingin menunjukkan bahwa semua bangsa dan ras mendapatkan kesempatan yang sama dan bisa sukses di Inggris,” papar pria kelahiran London tersebut.
Saat ditanya apakah latar belakangnya yang adalah seorang Muslim bisa menjadi keuntungan dalam menjalankan tugasnya di Indonesia? Moazzam menegaskan, dirinya tak mau menganggap hal itu sebagai sebuah keuntungan.
“Bukan keuntungan, tapi bisa menjadi gambaran bahwa kami sangat menghargai latar belakang dan warisan kami. Yang jelas saya adalah seorang diplomat profesional dengan tujuan yang jelas selama bertugas di Indonesia,” Moazzam menegaskan.
Sebelum bertugas di Indonesia, Moazzam menjabat direktur jenderal di Departemen Pembangunan Internasional Inggris. Saat itu dia bertugas mengawasi kerja sama Inggris di Timur Tengah, Asia Barat, dan memimpin hubungan Inggris dengan berbagai organisasi multilateral.
Fasih Berbahasa
Sebelum menjadi Duta Besar, Malik sempat menjabat Dirjen Sementara di Departemen untuk Pembangunan Internasional Inggris, mengawasi kerjasama Inggris di Timur Tengah dan Asia Barat. Sebelum pindah ke Jakarta, Malik sempat duduk di Badan Penasihat untuk UK All Party Parliamentary Group bidang Konflik dan anggota Kelompok Penasihat di Sekjen PBB untuk Pendanaan Darurat serta sempat bekerja untuk LSM dalam menghapus tenaga kerja anak di industri karpet Asia Selatan.
Dalam jumpa pers, Malik banyak memakai bahasa Indonesia yang cukup fasih. Malik mengaku sudah belajar bahasa Indonesia selama 6 bulan sebelum dia benar-benar bertugas di tempat barunya pada 20 Oktober 2014 lalu.
“Saya belajar bahasa Indonesia selama 6 bulan. 5 Bulan di London dan 1 bulan di Yogyakarta, bulan Juni 2014,” imbuh pria yang kini sedang memperlancar bahasa Indonesianya melalui novel-novel Agatha Christie yang berbahasa Indonesia
Saat belajar bahasa Indonesia di Yogyakarta selama 1 bulan itu, Malik sempat indekos dan makan makanan lokal.
“Saya kos di sana. Ibu kos saya baik sekali,” ujarnya.
Tentang makanan lokal, Malik mengaku suka sekali lotek yang mirip gado-gado. “Saya suka lotek. Hampir setiap hari saya makan lotek. Soalnya pedas, enak. Yang seperti lotek itu gado-gado ya,” imbuh pria keturunan Pakistan yang lahir dan besar di London ini.
Penggemar Liverpol
Duta besar Inggris untuk Indonesia, Moazzam Malik meski lahir dan besar di kota London, ternyata dia adalah penggemar fanatik Liverpool.
Pada Minggu (21/12/2014), Liverpool akan meladeni Arsenal dalam lanjutan Liga Primer Inggris di stadion Anfield. Lalu apa prediksi Moazzam terkait big match itu?
“Insya Allah, Liverpool menang 2-1. Waktu kalah dari Manchester United, Liverpool kurang beruntung,” ujar Moazzam yang adalah duta besar Islam Inggris pertama di Indonesia.
Mengapa Moazzam begitu yakin anak-anak asuhan Brendan Rodgers itu bisa mengatasi Arsenal dalam pertandingan itu?
“Saya rasa permainan Liverpool terus membaik dan Arsenal juga tidak terlalu bagus belakangan. Jadi, Insya Allah, Liverpool menang,” Moazzam menegaskan.
Tentang Jakarta
Saat ditanya tentang kondisi Jakarta yang identik dengan macet, Malik malah mengatakan bahwa Jakarta adalah kota yang nyaman.
“Kebanyakan waktu saya mengawasi pembangunan di Asia Selatan, Timur Tengah, Afrika Timur. Jadi menurut saya Jakarta itu ibu kota yang nyaman dan menarik. Saya lihat juga semua orang Indonesia tersenyum,” tutur Malik yang juga selalu tersenyum selama jumpa pers ini.
Menurutnya, setiap kota dan negara selalu punya permasalahannya sendiri. Namun, di balik masalah itu, ada sisi-sisi menarik dan peluang yang bagus.
“Di Jakarta banyak hiburan, cuacanya cerah, bagus, tapi tidak terlalu panas. Karena saya sudah mengalami cuaca di Asia Selatan yang lebih panas,” tutur pemilik akun Twitter @@MoazzamTMalik ini.
Tentu saat terjebak kemacetan di Jakarta, Malik punya benda-benda ‘pembunuh waktu’.
“Saya ada beberapa buku bacaan di mobil saya, juga HP kalau kondisi macet. Tapi saya senang di sini, anak saya senang sekolah di sini, bahkan istri saya pun senang belanja di sini,” kata ayah 3 anak yang sempat mengikuti keriuhan pelantikan Presiden Jokowi di Bundaran Indonesia hingga Monas pada 20 Oktober 2014 ini. (ai/dn/kc)