Tuesday, April 01, 2025
Home > Cerita > Narkoba, Selebritas dan Nafsu,  Oleh Novy Khusnul Khotimah, S.I.Kom, M.A

Narkoba, Selebritas dan Nafsu,  Oleh Novy Khusnul Khotimah, S.I.Kom, M.A

Novy Khusnul Khotimah, S.I.Kom, M.A. (andien)

Pandemi Covid yang berlangsung lebih dari dua tahun ini, tidak hanya merenggut nyawa manusia dan mendera mata pencaharian masyarakat, melainkan juga menambah terjadinya kasus penyalahgunaan narkoba.

Tidak ayal, penyalahgunaan narkoba yang dilakukan secara umum, bisa jadi, salah satunya disebabkan rasa bosan karena dilarang bepergian.

Seperti kasus yang saat ini tengah viral, dimana penyalahgunaan narkoba dilakukan oleh pasangan publik figur yaitu Nia Ramadhani dan suaminya Ardi Bakrie. Tentu saja ini menimbulkan keprihatinan dan tak sedikit menuai hujatan. Lalu mengapa kasus narkoba selalu menyasar korban selebiritis?

Sebelum saya  membahas kenapa selebiritis tak pernah lepas dengan jeratan narkoba, saya ingin flashback pada kisah pertama kali saya masuk BNN sekitar tujuh tahun lalu.

Saat itu seorang ibu paruh baya bertanya pada saya : “Bagaimana jika kamu bertemu dengan penyalahguna narkoba yang tidak mau berhenti menyalahgunakannya?”

Saya sudah lupa siapa nama ibu itu, mungkin saat ini dia sudah pensiun mengingat saat itu usianya sudah 50-an. Saya memberikan jawaban klasik, “Saya menasihati dia, bu. Bahwa narkoba itu berakibat buruk bagi kesehatan dan kehidupan yang lain.”

Meski saya menjawab dengan ekspresi meyakinkan, tapi  dia menampakkan wajah yang tidak puas sambil menjelaskan bahwa fakta di lapangan tidak semudah itu.

Dalam perjalanan karir saya, tidak pernah saya langsung berhadapan  dengan penyalahguna narkoba secara face to face.

Karena pekerjaan macam ini dilakoni oleh konselor yang notabene konsultasi langsung dengan pasien narkoba. Sebagai penyuluh, saya lebih sering berhadapan dengan orang-orang yang masih “bersih” narkoba walau bisa jadi sebagian orang-orang yang saya suluh menyalahgunakan secara diam-diam ya.. . Walaupun dalam perjalanan hidup saya, pernah memiliki teman sekelas yang menyalahgunakan ganja hingga bikin geger sekolah yang terhitung sekolah favorit di Semarang kala saya masih SMA.

Pemakaian narkoba dan nafsu dasar manusia.

Hal yang sering dipertanyakan masyarakat biasa, ngapain sih pakai narkoba? Kan artis sudah punya segalanya yang kita saja mungkin tidak bisa capai.

Jawaban yang muncul dari pengedar narkoba adalah pertama, karena mereka banyak uang sehingga harga narkoba yang mahal affordable bagi mereka. Kedua, pemberitaan narkoba sekaligus menjadi bahan endorse bagi marketing narkoba yang menyasar penggemar fanatik untuk meniru idolanya. Lalu dari sisi individu selebiritisnya beralasan antara lain ; untuk menambah stamina bekerja, untuk mendapat ketenangan, mengusir kebosanan, dan mencari kesenangan.

Narkoba merupakan salah satu kejahatan tertua dalam sejarah manusia selain pelacuran / seks bebas, pencurian, kecurangan, penipuan, pencurian, homoseksual, dan segala sesuatu yang dilarang oleh agama baik Islam maupun agama lain.

Meskipun ada yang bilang itu bukan dosa karena tidak merugikan siapa pun, narkoba tentu saja merugikan minimal untuk dirinya sendiri dan orang yang mengasihinya.

Bayangkan jika orang menyalahgunakan narkoba mati overdosis, orang yang ditinggalkan pasti sedih karena dtinggalkan dengan orang yang disayanginya. Jadi tidak ada yang diperdebatkan tentang dosa pakai narkoba. Karena kalau opini ini dikuti tentu juga menimbulkan lebih banyak bahaya. Karena jika tidak menyadari itu salah, bagaimana mau bertobat?

Filsafat / spiritual Jawa mengklasifikasikan terdapat empat jenis nafsu yang biasa diejawantahkan dengan sebutan sedulur papat.

Mirip dengan filsafat dan tasawuf dari Imam Al-Ghozali tentang jenis nafsu yang memberikan jenis kategori berbeda. Demikianpun Al Quran juga menyebutkan jenis nafsu-nafsu ini didalam diri manusia ini. Saya tidak akan memaparkan semuanya, tapi minimal menganalisanya sesuai kasus.

Kasus Nia Ramadhani

Dalam kasus Nia Ramadhani dan suaminya yang menyalahagunakan sabu, adalah bentuk pengumbaran pada salah satu nafsu yang dalam konsep sedulur papat adalah nafsu sufiyah. Saya akan jelaskan bagaimana karakter pemakai narkoba jenis sabu.

Berdasarkan kasus yang selama ini ditangani oleh BNN, sabu biasanya memang disalahgunakan oleh orang kaya karena harganya yang mahal berbeda sebelum era 1998 yang masih harga receh. Kemahalan harga sabu ini tentu karena dipengaruhi banyak hal, salah satu di antaranya karena ketatnya hukum terhadap narkoba sejak terciptanya UU No.35 Tahun 2009 tentang narkotika selain juga efek yang ditimbulkannya.

Sebelum disalahgunakan oleh Nia Ramadhani, sabu pernah juga menyeret kasus profesor Unhas yang ada affair dengan mahasiswinya atau Fredy Budiman yang karena uangnya bisa memasukkan pacarnya ke lapas untuk in the hoy. Dengan kata lain sabu merupakan doping bagi mereka yang mengumbar nafsu seksual / berahi.

Menurut Gus Rofiq seorang guru spiritual dalam channel Youtubenya, nafsu berahi dalam sudut pandang sedulur papat adalah termasuk dari jenis nafsu sufiyah yang menghendaki hidup serba enak dan berorientasi pada kenikmatan. Misalnya, seksualitas yang berlebihan, selain penyalahgunaan narkoba jenis sabu ini yaitu penyimpangan seksual yang bermacam-macam jenisnya. Namun ketika nafsu sufiyah dapat terkendali akan menjadikan orang yang bersifat arif-bijaksana.

Sedulur Papat Limo Pancer

Unsur nafsu yang lain dari konsep sedulur 4 yaitu :

Nafsu Lawamah, Nafsu yang berorientasi pada kemakmuran/rezeki, kekayaan, uang. Sifat yang terlalu ekstrem pada nafsu ini mengakibatkan rakus. Pengendalian yang positif menjadikan orang rajin bersedekah.

Nafsu Amarah : Nafsu yang berorientasi pada kekuatan, kekuasaan, kehormatan, kekuasaan, dan harga diri. Pada titik ekstrem akan mengakibatkan sifat arogan, egois, dan sombong/congkak. Sedangkan pengendalian positif akan mewujud pada sikap ridho, ikhlas, legowo, dan pemaaf.

Nafsu Mutmainah : Nafsu ini berorientasi ketenangan batin dan jiwa seperti mendapat kenikmatan dalam melakukan ibadah dan muamalah. Nafsu ini pula yang mengantarkan kita pada diri sejati atau disebut  limo pancer.

Diri sejati adalah ruh kita yang terlepas ketika sakaratul maut. Ketika salah satu atau beberapa nafsu menguasai tubuh, ruh ini tak berdaya. Namun ketika para nafsu ini dapat terkendali, ruh ini berjaya. Setidaknya itu konsep yang saya tangkap tentang sedulur papat limo pancer.

Memang masih banyak versi, bahkan Imam Al-Ghozali juga punya konsep yang hampir mirip mengenai teori nafsu ini yang lebih bertendensi pada fisafat / psikologi Islam. Pada intinya hampir sama sebagai manusia, selama masih hidup dan ruh menempel pada raga selama itu dalam diri manusia terjadi saling usaha dominasi antar nafsu dan ruh sejatinya. Inilah peperangan diri seumur hidup dalam diri seseorang.

Narkoba adalah alternatif pemuasan nafsu secara instan, itulah kenapa dari ribuan tahun yang lalu hingga (bila masih ada) ribuan tahun yang akan datang akan tetap ada penyalahgunaannya.

Karena manusia tidak selalu mampu menang memerangi nafsunya. Satu hal yang penting dan menjadi pegangan adalah selalu berada dalam keadaan sadar dan berdoa pada Tuhan, jangan sampai nafsu  mencoba mengambil alih kesadaran diri sejati. Karena saat diri sejati tak berdaya, saat itulah nafsu merajalela.

Wallahu a’lam Bisshowab.

(Novy Khusnul Khotimah, S.I.Kom, M.A, adalah  staf di salah satu instansi pemerintah di Kuningan / arl)

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *

Hallo kawan, silahkan klik tombol Like / Follow untuk mendapatkan berita dan tulisan terbaru