“Situasi keuangan kami buruk,” kata Fatema Ali Yahya, ibu dari anak yang kekurangan gizi. “Hanya kadang-kadang mendapatkan cukup uang untuk membeli makanan. (Tapi) jika salah satu dari tujuh anak saya jatuh sakit, saya tidak bisa membawa mereka ke rumah sakit karena tidak punya uang untuk pengobatan.”
Mimbar-Rakyat.com (Jenewa) – Sebanyak 17 juta orang masyarakat Yaman terancam kelaparan, kecuali jika dunia mengirimkan bantuan kemanusiaan sesegera mungkin. Peringatan itu disampaikan Sekjen PBB Antonio Guterres, Selasa (25/4), di Jenewa.
PBB telah menerima janji dari negara-negara donor hampir 1.1 miliar dolar Amerika Serikat (AS), namun menurut PBB jumlahnya itu hanya separuh dari yang dibutuhkan untuk memerangi apa yang disebutnya “krisis kelaparan terbesar di dunia”.
Lebih dari dua juta anak-anak menderita kekurangan gizi akut di Yaman. Pekerja bantuan, menurut laporan Al Jazeera, mengatakan hampir setengah dari mereka menderita gizi buruk akut yang merupakan kondisi yang mengancam jiwa.
Guterres mengatakan bahwa rata-rata satu anak di bawah usia lima tahun meninggal setiap 10 menit. “Ini berarti 50 anak di Yaman akan meninggal dalam konferensi hari ini – dan semua kematian itu bisa dicegah,” katanya.
“Situasi keuangan kami buruk,” kata Fatema Ali Yahya, ibu dari anak yang kekurangan gizi. “Hanya kadang-kadang mendapatkan cukup uang untuk membeli makanan. (Tapi) jika salah satu dari tujuh anak saya jatuh sakit, saya tidak bisa membawa mereka ke rumah sakit karena tidak punya uang untuk pengobatan.”
Yaman sudah menjadi salah satu negara termiskin di kawasan ini, dan konflik yang terus berlanjut antara pasukan pemerintah dan pejuang Houthi telah memperburuk keadaan.
“Akibatnya perang, suami saya tidak bekerja lagi,” kata Um Salem, warga Yaman Hodeida. “Dia tidak bisa pergi ke laut untuk memancing. Semua orang menganggur. Kami menderita kekurangan makanan.”
Malnutrisi mempengaruhi semua bagian rentan masyarakat Yaman, termasuk orang cacat dan orang tua.
“Sudah satu setengah tahun sejak menghadapi kesulitan untuk mendapatkan cukup makanan untuk diri kami dan keluarga kami. Kami mendapatkan sedikit makanan hanya untuk bertahan hidup dan terkadang tetap lapar,” kata Taha al-Nahari, seorang Penduduk Hodeidah.
Berbicara kepada Al Jazeera dari Sanaa, Shabia Mantoo, juru bicara badan pengungsi PBB UNHCR, mengatakan, tidak akan ada akhir krisis kemanusiaan tanpa solusi politik di Yaman. “Kesalahan dan penyebab penderitaan adalah konflik,” katanya.***(janet)