MIMBAR-RAKYAT.com (Damaskus) – Kondisi keamanan di Suriah semakin tercabik-cabik, setelah berkecamuk pertempuran sengit antara prajurit militer Suriah dan gerilyawan di Provinsi Daraa di bagian selatan negeri itu, di tengah keterangan bahwa gerilyawan mendapat bantuan besar melalui perbatasan Jordania.
Observatorium Suriah bagi Hak Asasi Manusia menyatakan Angkatan Udara Suriah melancarkan 40 serangan udara pada Selasa terhadap gerilyawan, yang berusaha menyerbu dan merebut Daerah Manshiyeh pada Selasa waktu setempat.
Jika gerilyawan berhasil merebut daerah tersebut, itu mengancam kejatuhan Kota Daraa ke tangan gerilyawan.
Kelompok pengawas yang berpusat di London, Inggris, seperti dilansir antaranews, mengatakan bahwa 16 perwira dan prajurit Suriah tewas sehari sebelumnya, selama pertempuran di Daraa.
Observatorium tersebut menambahkan di antara kelompok gerilyawan ada Front bagi Pembebasan Levant –yang sebelumnya dikenal dengan nama Front An-Nusra, yang memiliki hubungan dengan Al-Qaida.
Sementara itu, satu sumber militer mengatakan kepada Xinhua bahwa pertempuran berkecamuk di Daraa setelah gerilyawan menerima dukungan besar logistik melalui perbatasan Jordania, termasuk senjata berat dan kendaraan.
Ratusan petempur gerilyawan, serta tank dan kendaraan sampai kepada gerilyawan di Daraa, kata sumber tersebut –yang tak ingin disebutkan jatidirinya.
Gerilyawan belum lama ini meningkatkan serangan mereka di Daraa untuk merebut Permukiman Manshiyeh, yang meliputi tiga bukit yang menjorok ke sebagian besar permukiman di Daraa.
Ada kekhawatiran bahwa jika Manshiyeh jatuh ke tangan gerilyawan, seluruh kota Daraa akan jatuh juga.
Abdul-Aziz Farez, seorang ahli politik, mengatakan Jordania mendukung gerilyawan di Daraa karena dua alasan utama: yang pertama ialah air, sebab Daraa berisi dua sumber air.
Yang kedua, ia menambahkan, ialah ukuran geografis dan lokasinya di dekat perbatasan Jordania, yang akan memungkinkan Jordania, dengan bantuan gerilyawan, membuat Daraa jadi zona penyangga.
Reaksi Indonesia
Pemerintah Indonesia menyatakan prihatin atas serangan rudal yang dilancarkan militer Amerika Serikat ke Suriah, pada insiden sebelum kejadian di Provinsi Daraa.
Indonesia memberikan respons atas dugaan serangan senjata kimia ke sebuah kota di Suriah yang dikuasai kubu pemberontak.
“Adanya serangan rudal Tomahawk AS ke Suriah sebagai respon serangan senjata kimia dua hari lalu, posisi Indonesia sangat mengutuk penggunaan senjata kimia yang memakan banyak korban. Pada saat yang sama, Indonesia prihatin serangan unilateral dari pihak manapun,” kata Juru Bicara Kementerian Luar Negeri Arrmanatha Nasir di Jakarta, Jumat.
Menurut Arrmanatha, serangan rudal AS ke Suriah itu merupakan tindakam militer sepihak karena dilakukan tanpa persetujuan Dewan Keamanan PBB, dan tidak sejalan dengan prinsip-prinsip hukum internasional dalam penyelesaian konflik secara damai.
“Bagi Indonesia, stabilitas dan perdamaian di Suriah hanya bisa tercapai melalui dialog, proses politik yang inklusif, dan dengan mengedepankan diplomasi,” ujar dia.
Untuk itu, Pemerintah Indonesia menekankan kepada semua pihak untuk dapat menahan diri, menghentikan seluruh tindak kekerasan serta melindungi dan menghormati hak asasi manusia.
“Indonesia mendorong agar akses kemanusiaan terus dibuka agar bantuan kemanusiaan bisa masuk ke Suriah,” tutur Arrmanatha.
Dia menambahkan, Menteri Luar Negeri RI Retno Marsudi juga terus berkoordinasi dengan Wakil Tetap RI di PBB untuk menekankan bahwa Indonesia terus mendesak Dewan Keamanan PBB segera mengambil langkah agar situasi dan masalah di Suriah dapat diselesaikan.
Sebelumnya, seorang pejabat Departemen Pertahanan AS mengatakan sekitar 50 rudal jelajah Tomahawk ditembakkan dari beberapa kapal perusak di perairan Laut Mediterania menuju sebuah pangkalan udara Suriah.
Dalam pidato yang ditayangkan di televisi, Presiden AS Donald Trump mengklaim pangkalan udara tersebut merupakan tempat serangan senjata kimia berasal.
Trump juga menjuluki Presiden Suriah, Bashar al-Assad sebagai seorang “diktator” yang telah “meluncurkan serangan senjata kimia yang mengerikan kepada warga sipil tak berdosa”.
Departemen Pertahanan AS mengatakan Rusia, yang menyokong militer Suriah, telah diberitahu sebelum serangan rudal ke Suriah dilaksanakan.
Serangan rudal AS itu merupakan tanggapan atas dugaan penggunaan senjata kimia dalam satu serangan udara di Provinsi Idlib di bagian barat-laut Suriah.
Menurut laporan media, sebanyak 70 orang tewas, 200 orang lagi cedera pada Selasa, dalam serangan gas di daerah yang dikuasai gerilyawan di Idlib Selatan, Suriah. (An/KB)