MIMBAR-RAKYAT.com (Doha) – Duta Besar RI untuk Qatar, Muhamad Basri Sidehabi, memuji peran dan kontribusi komunitas Wong Kito Qatar dalam berbagai kegiatan yang mendukung misi KBRI terutama diplomasi khususnya promosi sosial budaya di Qatar.
Hal itu disampaikan Ketua Dharma Wanita Persatuan (DWP), Andi Una Sidehabi, saat menyampaikan sambutannya pada acara silaturahmi Masyarakat Sumatera Selatan di Qatar (KOMPAQ), Sabtu 30 April 2016, didampingi Pelaksana Fungsi Politik KBRI Doha, Boy Dharmawan.
KOMPAQ melaksanakan kegiatan itu guna memperingati Hari Kartini yang juga bertepatan dengan rangkaian peringatan 40 tahun hubungan diplomatik RI-Qatar.
Acara yang dihadiri sekitar 100 warga Wong Kito dilaksanakan di Museum Islamic Art (MIA) Park, merupakan salah satu icon kota Doha terletak di Corniche, kawasan reklamasi yang dikenal memiliki taman dengan panorama indah, kombinasi antara kawasan modern dan tradisional unik sehingga menjadikannya tempat favorit yang selalu ramai dikunjungi warga asing di Qatar.
MIA merupakan museum Islam yang letaknya menjorok ke laut, memamerkan peninggalan sejarah Islam mulai dari jaman pra sejarah seperti artefak, prasasti, karpet koin kuno, senjata yang dikumpulkan dari berbagai belahan dunia.
Andi Una Sidehabi menyambut baik acara promosi sekaligus ajang silaturahmi guna memperat tali persaudaraan sebagai sesama anggota KOMPAQ. Organisasi warga Wong Kito ini merupakan salah satu dari 50 ormas Indonesia yang tergabung dalam Persatuan Masyarakat Indonesia di Qatar (Permiqa) dipimpin Edwin Kurniawan.
Pada acara ini turut dilombakan makanan khas Palembang, Pempek yang tampilkan Wakil-wakil KOMPAQ dari berbagai kota seperti Doha, Dhukan, Alkhor, Messaid dan Wakrah.
Setiap daerah seolah-olah bersaing menunjukan kebolehannya memamerkan kuliner “wajib” Pempek. Beragam pempek dipamerkan seperti pempek kapal selam, model, kulit, lenggang, baik yang direbus atau digoreng. Pameran ini menjadikan silaturahmi berlangsung meriah bagaikan ajang kompetisi yang memanjakan lidah.
Cara makannya pun diperagakan khusus bagi warga non Wong Kito. Pempek dicocol ke kuah cuka dan jika kurang puas, maka kuahnya disruput atau diminum. Maka dari itu disediakan mangkuk plastik kecil untuk menyeruput atau meminum kuah cuka tersebut. Bagi Wong Kito Pempek dianggap sebagai makanan wajib mengalahkan nasi. “Sarapan pun mereka makan pempek”, ujar Hamid, tokoh Wong Kito di Qatar.
Selain itu dipromosikan pula berbagai kuliner khas dari Palembang seperti mie celor, tekwan, pindang, martabak, sambal nanas, kue srikaya ketan, bolu kojol, kemplang, tempoyak, gulai ikan khas ala Wong Kito. Perut sepertinya rasanya pecah akibat melebihi kapasitas. “Wow….semuanya Maknyooos”, ujar Andi Una ketika ditanya pendapatnya setelah mencicipi hidangan yang dipamerkan.
Istri Dubes Sidehabi yang menginjakkan kaki di Qatar pada pertengahan Februari 2016, ikut merasakan betapa akrabnya warga Wong Kito.
Ia mengakui, silaturahmi ini sangat bermanfaat guna menghilangkan rasa kangen dan menghibur suasana hati ketika jauh dari tanah air tercinta. Meski DWP KBRI Doha telah menyelenggarakan Pagelaran seni Wonderful Indonesia pada 21 April 2016, namun kegiatan ini tetap memberi aura antusiasme dan keceriaan bagi komunitas Wong Kita, khususnya bagi yang tidak hadir dalam acara budaya tersebut.
Warga Wong Kito terkenal dengan “besak kelakar”, dimanapun berkelakar dan bercanda saat berkumpul. Dengan budaya ini mereka merasa dekat dan menjadi keluarga, walaupun di antaranya belum pernah saling kenal sebelum tiba di Qatar.
Dalam menyongsong hubungan diplomatik Indonesia-Qatar ke-40, Dubes Sidehabi menyampaikan apresiasi atas kontribusi Wong Kito di Qatar.
Diingatkan agar komunitas Wong Kito sebagai duta bangsa selalu menjaga sikap dan patuh pada aturan setempat yang mencerminkan kepribadian bangsa. Dubes juga menghimbau agar menjaga rasa persatuan dan kesatuan. Mantan Komandan Sesko TNI tersebut menyatakan kebanggaannya bahwa hanya 0,4% WNI yang menghadapi masalah dari jumlah sekitar 40 ribu.
KOMPAQ sudah memiliki Anggaran Dasar dan Anggaran Rumah Tangga (AD/ART) sebagai patokan menjalankan organisasi atas dasar persaudaraan dan persamaan visi guna meningkatkan kontribusi masyarakat Sumsel di Qatar.
Acara juga dimanfaatkan sebagai menjadi ajang perpisahan bagi sesepuh Wong Kito, Abdul Hamid yang juga Ketua pertama KOMPAQ di Qatar. Hamid yang bekerja di Rasgas telah memasuki pensiun. Acara juga turut berduka dengan meninggalnya istri Muklas pada bulan lalu.
Komunitas Wong Kito terbentuk sejak 2009. Pada 16 Desember 2005, komunitas berganti nama menjadi KOMPAQ.
Forum ini bersifat sosial guna mempererat silaturahmi serta menggalang persaudaraan dan persatuan sesama warga Indonesia yang berasal atau memiliki ikatan emosional dengan Sumatera Selatan.
Kepengurusan KOMPAQ telah mengalami empat kali pergantian. Ketua pertama Abdul Hamid dari Al-Khor, sedangkan saat ini dipimpin Edi Ujang dari daerah Dukhan. (SP/arl)