Hampir setiap hari di Whattsapp Group, kita menerima pesan kebaikan. Syukurilah kalau teman-teman, yang berasal kampus yang sama, grup yang satu tempat bekerja, bekas teman semasa aktif di suatu pekerjaan tertentu, memberikan tulisan tentang hal baik.
Di tengah rasa suntuk, putus asa, bingung, karena pengaruh pandemic Covid 19 lega rasanya ada penyejuk hati.
Kemarin sore saya mendapatkan pesan dengan judul Ayo Kita Survival. Di sana disampaikan, apabila masih bekerja, perusahaan masih hidup, masih dapat gaji, bersyukurlah. Karena di dunia ini ada ratusan bahkan mungkin ribuan usaha yang sudah tutup.
Ya, betapa banyak yang bangkrut. Bisnis penerbangan hancur lebur. Bisnis hotel mati kutu. Bisnis restoran, kuliner, bergelimpangan. Pariwisata tersengal-sengal di dalam negeri. Negara yang mengandalkan jasa seperti Singapura yang merupakan hub untuk perdagangan internasional lumpuh. Pariwisata Thailand tak berdaya karena pemerintahnya belum mengizinkan turis masuk.
Bisnis baru AirBnB yang berjaya karena inovasinya menyediakan jasa penginapan tanpa memiliki satu pun bangunan, mendadak tak berkutik.
Lockdown, larangan bepergian, larangan penerbangan, membuat mereka tidak mampu mengutip uang jasa, fee, yang semula diperoleh apabila ada pelanggan menginap di aparteman ataupun rumah sebagai pengganti hotel. No activity, no fee.
Tentu kalau kita bekerja di bisnis online, pertumbuhannya bagus. Bekerja di bidang jasa antaran, pekerjaan bertambah. Tetapi jauh lebih kecil serapan pekerjaan dibandingkan dengan kehilangan pekerjaan. Maka syukurilah kalau masih bekerja dan tidak dirumahkan.
Pandemi Covid 19 yang terjadi sekarang sungguh luar biasa dan tidak berbayangkan oleh siapa pun. Begitu dahsyatnya sehingga perusahaan yang semula dianggap kebal dari resesi, justru runtuh.
Memberi semangat, optimisme sangat penting agar kita merasa masih ada cahaya di ujung lorong yang gelap. Dan dorongan dari sahabat atau teman, sangatlah berguna untuk membangkitkan rasa percaya diri.
***
Indonesia masih lebih beruntung dibandingkan negara tetangga seperti Singapura dan Thailand atau Malaysia. Luasnya negara ini membuat bisnis penerbangan kita lebih dapat bergerak karena kebutuhannya memang ada.
Saya belasan kali naik pesawat bepergian ke berbagai provinsi, terlihat geliat di berbagai bandar udara sudah ada meskipun mungkin baru separuh atau sepertiga dari kondisi sebelum Covid 19.
Beberapa jalur penerbangan penuh. Beberapa penerbangan lainnya yang patuh pada imbauan untuk mengisi maksimal 70% dari kapasitas bangku, tingkat isian bisa 70% pula artinya sekitar 50% dari isi bangku terpenuhi. Hotel pun sudah berpenghuni.
Ya karena bisnis sudah mulai hidup, pelahan-lahan bergerak maju sehingga pergerakan orang dari satu tempat ke tempat lain sudah terjadi. Pegawai negeri dan mereka yang bertugas terkait pemberantasan Covid 19 juga melakukan kegiatan lintas provinsi, lintas kota, membantu hidupnya bisnis penerbangan.
Yang mencolok di setiap tempat yang saya kunjungi, pesan untuk taat pada protokol kesehatan selalu kelihatan. Ada kewajiban memakai masker. Karena dikontrol pemerintah setempat, tidak ada restoran yang tidak menyediakan tempat mencuci tangan, dengan sabun dan air mengalir.
Toilet yang digunakan selang seling. Bangku di restoran ditandai dengan pembatas berupa tanda silang, tidak boleh diduduki. Demikian pula dengan kantor-kantor pemerintah dan lembaga. Adaptasi kebiasaan baru ini secara rata-rata sudah dilakukan warga masyarakat meski tentu saja selalu ada yang bandel.
***
Kekalutan yang melanda umat manusia di seluruh dunia sekarang ini sudah pasti membutuhkan pelipur lara. Membutuhkan optimisme dan semangat.
Betapa tidak, kalau dipikir-pikir sungguh berat beban yang kita hadapi. Orangtua kerepotan karena setiap saat mengawasi anaknya yang belajar secara online, padahal dia sendiri sudah pusing. Entah karena terus berada di rumah akibat adanya Work From Home ataupun karena kena PHK.
Suami istri yang biasanya sibuk bekerja dan baru bertemu sore, kini harus bertatap muka setiap hari. Pastilah muncul masalah psikologis. Kena sindrom ruang sempit. Atau bosan mendengar suara cerewet istri atau suara memerintah dari suami.
Tindakan yang relevan tentu memperkuat kesabaran. Memperdalam ilmu agama khususnya untuk memahami bahwa apa yang kita alami sekarang adalah cobaan, yang pasti diberikan karena kita sanggup menjalaninya.
Dengan bersyukur bahwa kita diberi peringatan ketimbang mendapat musibah. Atau bersyukur karena hanya terkena musibah kecil untuk menghindari musibah yang lebih besar.
Akan selalu ada pesan kebaikan dari teman-teman kita yang baik, atau yang juga sedang susah tetapi dia menguatkan diri dengan memberi semangat agar dia juga ikut bersemangat. Itulah nikmatnya banyak teman baik. ***