Thursday, December 12, 2024
Home > Cerita > Puisi Gulon Oleh A.R. Loebis

Puisi Gulon Oleh A.R. Loebis

Ilustrasi - Puisi Gulon. (pilihanrakyat.id)

GEMURUH (1)

Angin mengurung ketika asap pecah-pecah
tapi langit menyibak warna saat kilat membelah
getaran itu inti sebab gemetar dan kata meluncur tanpa sudah
terlentanglah terlentang menghadap bintang kemukus
kilat seperti asap pecah
angin menyeruak membawa bintang membelah tanah

tanah terbelah ditoreh bintang dihunjam angin
rumah plastik biru-biru
haru-biru melaut kelap-kelip
seperti bintang-bintang
seakan kunang-kunang di laut hitam
denyut nafas meraung dalam kelam

tapi tetap seperti dan seakan
tidak seperti belahan tanah
tumpukan rumah bermukim
dan haru-biru yang tetap membisu dalam gemuruh kata-kata
gemuruh itu meninggalkan gemuruh dalam lorong-lorong dalam dada
lorong-lorong dalam dada yang digemuruhi kata-kata

di dalam kedalaman dada yang dibasuh air mata
tidak lama
karena air mata sudah menjadi seperti dan seakan
tidak seperti belahan tanah
tumpukan rumah bermukim
sehingga lorong-lorong dada kerontang
karena mata air air mata sudah berubah menjadi banyu kecemasan
yang membasuh kerontang dengan debur gelombang menyebar debar
gemetar di getar alam walau bulan mengintip mesra
kita
porak-poranda di lirih suara

-000-

Dusun Gulon, Bantul, 03 Juni 2006

GEMURUH (2)

“Kami hancur leburkan penduduk negeri itu” *
Ini lebih dahsyat ketimbang gemuruh
tapi seperti pemurahnya Yang Maha Pencipta
pasti ada tapi sebagai prosedur segala ada
“itu bagi yang melakukan kedurhakaan”
karena cobaan merupakan perjalanan proses

Ombak berdebur
dada berdebar
alam gemuruh
tapi hijau daun tetap
lambai nyiur menyapa
embik domba nyaring
nyamuk terus menyapa kulit
angin semilir
mengelus gerah dalam tenda
tanda gerak aliran darah dalam nadi
ada gelombang angin di relung dada
ini lah proses yang menjalar dalam puisi tengah malam
ketika
terlentanglah terlentang menghadap bintang kemukus

Inilah gemuruh
mengilukan tulang
proses keberadaan dengan Yang Maha
prosedur menuju luluhlantakkan “negeri itu”

Inilah proses dari kesirnaan bumi
menuju daur ulang jagad makro

betapa ciliknya jagad mikro
betapa
betapa gemuruhnya hati dalam hari-hari ini.

-ooo-

Dusun Gulon, Bantul, 04 Juni 2006

  • Sajak ini ditulis setelah gempa besar melanda kawasan Gulon, Bantul, Yogyakarta, 2006.
  • *Dinukil dari.. “Dan jika Kami hendak menghancurkan suatu negeri (bangsa) maka Kami perintahkan orang-orang yang bermewah-mewah (untuk mentaati Allah) tetapi mereka tetap melakukan kedurhakaan dalam negeri itu, maka terjadilah kutukan Kami lantas Kami hancurleburkan (penduduk) negeri itu.” (Q.S. Al-Isra’ : 16)

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *

Hallo kawan, silahkan klik tombol Like / Follow untuk mendapatkan berita dan tulisan terbaru