Mimbar.Rakyat.com (Jakarta) – Anggota Komisi IV DPR Ravindra Airlangga mendorong seluruh pihak bisa berkolaborasi dalam menyelamatkan pangan akibat Food Loss and Waste (FLW).
Menurut dia, data menunjukkan titik kritis FLW terjadi pada sektor konsumsi, yakni food waste di angka 5-19 juta ton per tahun.
Angka ini, mayoritas disumbang sektor tanaman pangan, terutama dari jenis padi-padian sebesar 12-21 juta ton per tahun.
Selain itu, sektor hortikultura jenis sayuran menjadi pangan paling tidak efisien karena angka kehilangannya mencapai 62,8 persen dari seluruh suplai domestik sayur-sayuran yang ada di Indonesia.
“Butuh kolaborasi seluruh pihak, bukan hanya pemerintah maupun NGO (Lembaga Swadaya Masyarakat), tapi juga keterlibatan masyarakat untuk mengurangi angka food waste ini. Sangat sayang jika sebagian masyarakat membutuhkan makanan yang bergizi untuk menyambut bonus demografi Indonesia Emas, tapi angka food waste masih besar,” tutur Ravindra dalam keterangannya, Rabu (27/12/2023).
Politikus Golkar ini menambahkan, berdasarkan data Bappenas 2021, Indonesia kehilangan nilai ekonomi sekitar Rp 213 hingga 551 triliun per tahun akibat FLW pada 2000 hingga 2019 yang mencapai 23-48 juta ton per tahun.
Jumlah rupiah yang hilang akibat FLW itu setara dengan 4-5 persen Produk Domestik Bruto Indonesia per tahun.
Anggota BKSAP DPR ini mengatakan, selain potensi kehilangan nilai ekonomi, timbulan FWLW juga berpotensi membuat masyarakat kehilangan asupan gizi memadai.
Tercatat, food loss and waste mengakibatkan hilangnya sejumlah kandungan energi yang dibutuhkan generasi Indonesia. Antara lain, energi, protein, vitamin A, dan Zat Besi.
Perlu Gerakan Masif
Menurut Ravindra perlu gerakan masif, demi memberikan edukasi ke masyarakat.
“Saya kira perlu gerakan yang masif untuk edukasi kepada masyarakat terkait pencegahan food loss and waste. Sebab, pada kenyataannya potensi food waste ini ada di lingkup terkecil di lingkungan keluarga yang kurang memperhatikan cara yang benar memperlakukan makanan,” ujarnya.
Ravindra juga mendorong munculnya lebih banyak usaha yang membutuhkan bahan baku sisa makanan.
Saat ini, sudah mulai bermunculan start-up yang memanfaatkan sisa makanan untuk digunakan dalam budidaya Black Soldier Fly (BSF). Dari larva yang dihasilkan itu bisa diolah menjadi feed untuk peternakan yang memiliki nilai protein tinggi. (ds/sumber Liputan6.com)