MIMBAR-RAKYAT.Com (Rohani) – Manusia dalam kehidupan sehari-hari sering marah-marah. Padahal terkadang masalahnya sepele. Bahkan, hanya karena hati sedang kesal, dilampiaskan kepada orang yang tak bersalah, seperti bawahan atau pembantu.
Rasulullah SAW sangat melarang umatnya pemarah. Karena marah termasuk perbuatan keji dan zalim. Apalagi marah mengatasnamakan agama, Allah sangat membencinya.
Agama mengutamakan akhlak mulia, bukan kekasaran dengan marah-marah.
Firman Allah, “…Maka disebabkan rahmat dari Allah-lah kamu berlaku lemah lembut terhadap mereka. Sekiranya kamu bersikap keras lagi berhati kasar, tentulah mereka menjauhkan diri dari sekelilingmu. (QS Ali Imran: 159)
Memang ada beberapa kondisi yang membolehkan orang marah bahkan mengangkat senjata, terutama terhadap orang-orang yang sangat zalim. Tapi itu ada persyaratan yang berkaitan dengan jihad.
Sabda Rasulullah, “Orang Islam itu adalah orang yang orang-orang Islam lainnya selamat dari lidah dan tangannya, dan orang yang berhijrah (muhajir) adalah orang yang meninggalkan apa yang dilarang Allah.” (HR Bukhari)
Definisi marah, bergejolaknya darah dalam hati untuk menolak gangguan yang dikhawatirkan terjadi atau karena ingin balas dendam kepada orang yang menimpakan gangguan padanya.
Marah banyak sekali menimbulkan perbuatan yang diharamkan, seperti memukul, melempar, menyiksa, menyakiti orang, dan mengeluarkan perkataan yang diharamkan, seperti menuduh, mencaci maki, berkata kotor, serta berbagai bentuk kezaliman dan permusuhan. Bahkan sampai membunuh.
Sabda Rasululah, “Seorang mukmin bukanlah pengumpat, pengutuk, berkata keji atau berkata busuk.” (HR Bukhari)
Seseorang pemarah bukanlah orang Islam dan juga bukan orang beriman, karena orang-orang takut mendekat padanya.
Sabda Rasulullah yang lain, “Orang kuat itu bukanlah orang yang menang bergulat, tetapi orang kuat adalah orang yang dapat menahan dirinya ketika marah.” (Muttafaq Alaihi)
Orang yang suka marah dan zalim pada orang lain, niscaya akan merasa kegelapan pada hari kiamat. Kegelapan yang jauh lebih buruk dari mati listrik di dunia.
Orang yang paling baik akhlaknya dan yang dekat dengan Nabi, bukan orang pemarah. Salah satu penyebab yang paling banyak membuat orang masuk neraka karena mulut suka marah.
Meski rajin salat, puasa, zakat, dan berhaji, tapi jika suka marah tetap masuk neraka. Kebanyakan dosa anak Adam karena lidahnya.
Bagaimana caranya agar kita tidak menjadi manusia pemarah?
Rasulullah mengajarkan pada umatnya, setiap kali timbul keinginan marah, segeralah berwudhu (meski belum tentu untuk salat).
Karena kemarahan itu datangnya dari setan, sedangkan berwudhu mensucikan diri agar terhindar dari bisikan setan. Selain itu, banyaklah berzikir, minta ampun kepada Allah, serta banyak berdoa.
Rasulullah bersabda, “Sesungguhnya aku tahu suatu kalimat (bacaan) yang apabila diucapkan, maka akan hilanglah kemarahan yang didapati, yaitu ‘Aku berlindung kepada Allah dari godaan setan yang terkutuk.”
Orang marah kepada pembantu atau bawahannya, karena dia merasa lebih tinggi. Padahal Nabi saja tak pernah memarahi pembantu/bawahannya, tetapi cukup mengingatkan apabila berbuat salah.
Biasanya orang marah terhadap pembantu/bawahan karena pekerjaan kurang beres. Padahal Nabi memerintahkan untuk memberi pekerjaan hanya yang sesuai kemampuan mereka dan jika perlu kita harus membantu mereka jika menghadapi kesulitan.
Barangsiapa banyak bicara, maka banyak pula salahnya dan barangsiapa banyak salah, maka banyak pula dosanya, dan barangsiapa banyak dosanya maka api neraka lebih utama baginya.
Jika kita marah, maka pahala kita akan diberikan kepada orang yang kita marahi. Jika pahala kita habis, maka dosa orang yang kita marahi dipindahkan Allah ke kita. Inilah orang yang termasuk bangkrut di akhirat kelak. Nauzubillah! (H.Johan)