Tuesday, April 01, 2025
Home > Cerita > Renungan Rohani: Jangan Mengalahkan Cinta Kepada Allah

Renungan Rohani: Jangan Mengalahkan Cinta Kepada Allah

Mesjid di Bandar Sri Begawan, Brunei Darussalam. (ist)

 

MIMBAR-RAKYAT.Com (Rohani) – Setiap suara dan setiap bisikan hati pasti didengar Allah. Apa yang ada di lubuk hati kita yang paling tersembunyi dan paling dalam, pasti diketahui Allah. Tentu pula Allah sangat mengetahui siapa yang mendominasi hati kita.

Allah berfirman, “Katakanlah, jika bapak-bapakmu, anak-anakmu, saudara-saudaramu, istri-istri (pasangan) mu, kaum keluargamu, harta (kekayaan) yang kamu usahakan, perniagaan yang kamu khawatirkan kerugiannya dan tempat tinggal yang kamu sukai adalah lebih kamu cintai daripada Allah dan Rasulnya dan dari jihad di jalan-Nya, maka tunggulah sampai Allah mendatangkan keputusan-Nya. Dan Allah tidak memberi petunjuk kepada orang orang yang fasik.” (QS At Taubah: 24)

Ayat ini merupakan peringatan yang luar biasa tegas. Makanya, kita harus waspada dengan ayat ini. Karena kita akan benar-benar memikul masalah kalau hati kita dipenuhi cinta kepada mahluk dan benda yang membuat Allah terkalahkan di hati kita.

Cinta kepada mahluk dan cinta kepada benda, jangan sampai mengalahkan cinta kepada Allah dan cinta kepada Rasul.

Cinta memang karunia Allah. Tetapi kalau lebih dari kadar yang Allah izinkan, sudah menjadi nafsu namanya. Karena kalau orang sudah cinta, dia akan mendominasi.

Kalau orang sudah mencintai sesuatu selain Allah, cenderung tidak normal dan tidak akan adil. Kalau Allah yang kita cintai, maka Allah akan menempatkan cinta kepada mahluk dengan tepat, sehingga jadi normal.

Rasulullah sangat cinta kepada Allah. Rasul bersikap tepat kepada istri-istrinya. Rasul bersikap tepat kepada keluarganya juga kepada hartanya. Semuanya tepat. Karena hati Rasul dipenuhi Allah yang menempatkan dengan tepat.

Namun, kalau hati kita dipenuhi oleh orang-orang yang kita cintai, Allah hanya mendapat sisanya, pasti akan menjadi masalah dan kita tidak akan bahagia.

Hidup kita lebih bergantung dan bersandar kepada orangtua daripada kepada Allah, juga akan menjadi masalah.

Begitu pula kalau sudah mencintai anak melebihi kadar, tidak perduli anak benar atau salah tetap dibela, pasti juga akan menjadi masalah.

Karena itu kita tidak boleh menempatkan cinta melebihi kadar yang ditetapkan Allah. Lihatlah Rasulullah, seandainya putrinya Fatimah mencuri, tetap saja yang ditegakkan hukum Allah, yakni potong tangan. Tak perduli itu anak sendiri.

Tapi justru ada di antara kita, ketika anaknya menjelang nikah ternyata batal, dia merasa terhina, kemudian siap-siap menuntut ke pengadilan, karena orangtua jauh dipenuhi cinta ke anak daripada cinta kepada Allah.

Coba kalau dia lebih cinta kepada Allah, dia akan sadar bahwa anak bukanlah miliknya melaikan milik dan titipan Allah. Yang paling mengetahui jodoh terbaik buat anaknya adalah Allah, bukan dirinya. Dibatalkan menikah meski sudah menyebar undangan, sama sekali bukan petaka. Karena Allah akan memilihkan yang terbaik.

Kalau hati kita dipenuhi cinta kepada Allah, tidak akan ada kezaliman, baik yang datang dari diri kita maupun dari orang lain. Tapi kalau kembali kepada lebih cinta anak, cinta kehormatan, cinta harta, dan jabatan, pasti muncul kezaliman.

Orang yang cinta kepada selain Allah, seperti mencintai uang pastilah capek. Karena menganggap uanglah sumber kemuliaannya. Hatinya, perilakunya, pikirannya penuh dengan uang.

Tapi bagi yang mengenal Allah, bisnis tidaklah akan jadi masalah. Orang yang bisnisnya karena Allah, tak akan pernah melihat saingan. Siapa saingan, memangnya Allah bingung memberi rizki pada hambanya?

Tapi bagi pecinta uang, bisnis pasti merasa ada saingan, selalu terasa panas. Takut itu laku dan ini maju, lalu timbul sakit hati, tegang dan cemas. Dan merasa puas bila orang lain jatuh.

Bagi yang hatinya dipenuhi Allah, bisnis hanyalah ibadah. Rejeki Allah yang mengatur. Orang lain buka usaha di sebelah kita tidak apa-apa, Allah tidak akan jadi pelit pada kita gara-gara orang sebelah buka toko.

Begitui juga kalau hati sudah dipenuhi pasangan, tidak akan normal kehidupannya. Istri yang sangat cinta pada suami, kadar cinta kepada Allah akan berkurang. Suami yang terlalu cinta istri, juga akan mendominasi siang dan malam. Bahkan malah tak sempat lagi mengingat Allah.

Bila kita ingin membeli sesuatu barang yang bagus, belilah yang tidak mengotori hati. Karena boleh jadi kadar suka kita kepada barang itu akan melebihi suka kepada Allah.

Kita harus berlatih membungkus cinta dan kesukaan dengan cara pasrah kepada Allah. Sehingga apa yang kita lakukan, tidak tergelincir pada yang merugikan diri sendiri.

Allah mengetahui kita punya keinginan. Allah juga tahu kita ingin ini dan itu. Yang terpenting kita berusaha berbuat yang terbaik menurut Allah, bukan menurut hamba. Karena kita adalah hamba Allah. (H. Johan)

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *

Hallo kawan, silahkan klik tombol Like / Follow untuk mendapatkan berita dan tulisan terbaru