Thursday, November 21, 2024
Home > Cerita > Renungan Rohani: Pemimpin Ideal Kuat dan Amanah, Takut pada Allah

Renungan Rohani: Pemimpin Ideal Kuat dan Amanah, Takut pada Allah

Mesjid Raya Sebilal Muhtadin, Banjarmasin. (ist)

MIMBAR-RAKYAT.Com (Rohani) – Pemimpin yang ideal dalam pandangan Islam adalah yang kuat (mampu) dan amanah (bisa dipercaya).

Kepemimpinan merupakan titipan Allah SWT. Sebab kepemimpinan itu melahirkan kekuasaan dan wewenang untuk memudahkan menjalankan tanggung jawab melayani rakyat yang memilihnya.

Makin tinggi kekuasaan seseorang, mestinya makin meningkat pelayanannya kepada rakyat. Bukan sebaliknya digunakan sebagai peluang memperkaya diri, bertindak zalim atau sewenang-wenang.

Balasan dan upah seorang pemimpin, sesungguhnya hanyalah dari Allah semata di akhirat kelak, bukan kekayaan dan kemewahan di dunia.

Kepemimpinan menuntut keadilan. Keadilan merupakan lawan dari penganiayaan, penindasan, serta pilih kasih. Keadilan harus dirasakan semua pihak dan golongan.

Pemimpin harus tegas dan berani mengambil resiko demi rakyatnya. Pemimpin tak boleh ragu. Karena pemimpin mengurus dan melayani semua lapisan tanpa memandang agama, etnis, budaya, dan latar belakang.

Firman Allah, “Sesungguhnya manusia terbaik yang kamu tunjuk untuk bekerja (memimpin) adalah orang yang kuat dan amanah.” (QS Al-Qashas: 26)

Pengertian kuat di sini, yakni mampu bekerja secara profesional yang disesuaikan dengan kondisi yang dihadapi. Kuat dalam menetapkan hukum di tengah masyarakat, serta memahami keadaan yang diajarkan Alquran dan Hadist.

Sementara terkait amanah, yakni kembali kepada kesungguhan seorang pemimpin untuk takut kepada Allah. Tidak memperjual-belikan ayat Allah untuk kepentingan dunia, juga tidak takut dengan ancaman manusia.

Sesuai petunjuk Alquran dan Hadits, minimal ada empat kriteria yang harus dimiliki seseorang sebagai syarat menjadi pemimpin. Semuanya itu terkumpul di dalam empat sifat yang dimiliki Rasulullah SAW sebagai pemimpin umat:

Pertama, Shidiq, yaitu kebenaran dan kesungguhan dalam bersikap, berucap serta bertindak dalam melaksanakan tugas. Lawannya bohong.

Kedua, Amanah, yaitu kepercayaan yang menjadikan dia memelihara dan menjaga sebaik-baiknya apa yang diamanahkan kepadanya, baik dari orang-orang yang dipimpinnya, terlebih lagi dari Allah SWT. Lawannya khianat.

Ketiga, Fathonah, yaitu kecerdasan, cakap, dan handal yang melahirkan kemampuan menghadapi dan menanggulangi persoalan yang muncul. Lawannya adalah bodoh.

Keempat, Tabligh, yaitu penyampaian secara jujur dan bertanggung jawab atas segala tindakan yang diambilnya (akuntabilitas dan transparansi). Lawannya adalah menutup-nutupi (kekurangan) dan melindungi (kesalahan).

Bila seorang pemimpin jujur, maka tidak akan ada penyimpangan, karena jujur itu membawa ketenangan.

Sebagai umat Islam dan warga negara Indonesia yang baik, mau tidak-mau sebentar lagi kita harus memilih (menentukan) pemimpin baru.

Patokan kita dalam memilih pemimpin (Presiden/Wakil Presiden) adalah yang mendekati ciri-ciri yang dimiliki Rasulullah di atas.

Kita butuh pemimpin yang tegas dan negarawan yang tidak mementing diri sendiri tapi lebih mementingkan rayat yang dipimpinnya. Pemimpin harus berakhlak mulia, serta menghormati orang lain.

Memang, untuk mendapatkan pemimpin yang memiliki dua sifat sekaligus, yaitu kuat dan amanah tidaklah gampang. Tapi setidaknya, setelah kita amati pasangan calon yang muncul pada Pilpres kali ini, ada yang mendekati kedua sifat itu.

Saat ini kita memang membutuhkan pemimpin yang kuat dan amanah, agar negara kita maju dan sejahtera, serta disegani bangsa lain.

Ingatlah, bila kita memilih pemimpin tidak amanah, akan ada persaksian nanti di hadapan Allah. Karena semuanya harus diperpertanggung jawabkan di hadapan-Nya. Jangan gunakan hak pilih sembarangan dan jangan pula mengedepankan hawa nafsu.

Allah mengingatkan kita, “Takutlah kalian terhadap hari yang pada waktu itu kamu semua dikembalikan kepada Allah. Kemudian masing-masing diri diberi balasan yang sempurna terhadap apa yang telah dikerjakannya, sedang mereka sedikitpun tidak dizalimi (QS Al-Baqarah: 281). (H.Johan)

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *

Hallo kawan, silahkan klik tombol Like / Follow untuk mendapatkan berita dan tulisan terbaru