Thursday, November 21, 2024
Home > Cerita > Ricardo Gelael 63 tahun – kejujuran tak ada sekolahnya,   Catatan A.R. Loebis

Ricardo Gelael 63 tahun – kejujuran tak ada sekolahnya,   Catatan A.R. Loebis

Ricardo Gelael. (sean-gelael.com)

Mimbar-Rakyat.com (Jakarta) – Hidup seperti anak panah melesat lepas dari busurnya, tiba-tiba hari kemarin sudah jadi hari ini, sekarang jadi esok, tiba-tiba tahun berubah, tak terasa tiba-tiba usia bertambah sekaligus berkurang.

Semua makhluk hidup mengalami proses alamiah ini, di antaranya Ricardo Gelael, yang pada 13 Januari 2022 usianya berubah menjadi 63 tahun.

Ia sudah melakoni perjalanan panjang kehidupan, merasakan pahit getir dan manisnya persahabatan, berpengalaman dalam mengatur roda bisnisnya serta dapat memahami berbagai karakter orang di lingkungannya, termasuk tentu saja para karyawannya.

Apa moto hidup Pak Ricardo memasuki usia  63 tahun?  Ini ditanyakan beberapa hari sebelum ia berulang tahun.

Jangan pernah berhenti mendengar, dan kesombongan awal dari keruntuhan.

Kejujuran dan loyalitas tidak ada sekolahnya. 

Inilah inti dari sosialisasi kehidupan bermasyarakat Ricardo hingga memasuki usia 63 tahun.

Sebagai makhluk sosial yang berinteraksi di tengah masyarakat, hakekat manusia selayaknya mau mendengar kata orang alias tidak mau menang sendiri, jangan sombong karena intinya derajat atau fitrah manusia itu sama dan yang terpenting harus jujur dan loyal.

Menarik sekali Pak Ricardo. Kemudian, apakah semboyan atau filosofi hidup Pak Ricardo?

Jawabannya amat inspiratif dan senada dengan komentar pada ulang tahun sebelumnya.

Semboyan hidup saya :  “Never die, keep on working. No luck without hard work.”

Orang sukses tidak akan berdiam diri seperti orang mati, melainkan harus tetap bergerak dan harus terus bekerja dan berkarya. Tidak ada keberuntungan tanpa dilakoni dengan bekerja keras.

Ricardo dan Sean Gelael di Reli Danau Toba, Desember 2021. (sean-gelael.com)

Apa nasihat Ricardo pada Sean Gelael, yang memasuki tahun kedua di Kejuaraan FIA WEC 2022?

“Jangan pernah berhenti mendengar dan jauhkan kesombongan.”

“Terus belajar dan tampil penuh rasa percaya diri”

Nasihat si ayah ini sepertinya amat membekas dalam pikiran Sean Gelael, yang masih terus menekuni karirnya dalam dunia balap membalap.

Apa buktinya?

Sean menulis sendiri dalam medsosnya tentang kata jangan berhenti mendengar, terus belajar dan tampil penuh rasa percaya diri itu.

Kesuksesan dan kegagalan proses yang jalan beriringan dalam hidup. Sukses adalah proses, bukan tujuan. Percaya pada diri sendiri kalau kita bisa dan mampu. Proses juga adalah hasil. Kita hargai sebuah proses, karena ada pembelajaran yang berguna di masa depan.” 

“Karena berani berproses, aku jadi berani mengejar mimpi, secara pelan namun pasti.  Aku jalani proses dalam lomba karting, F3, F2 dan WEC. Prestasi itu gak instan dan gak bisa dibeli. Prestasi adalah hasil dari dedikasi, konsistensi dan usaha.” 

“Kesuksesan dan kegagalanku menjadi motivasi untuk bangkit dan melangkah. Pengalaman baik atau buruk jadi pijakan untuk terus berproses jadi lebih baik, karena Real Men harus percaya diri. Proses itu adalah hasil.  Aku, Sean Gelael siap untuk terus berproses dan meraih banyak prestasi di tahun 2022.” 

Luar biasa pembelajaran yang sudah mendewasakan Sean Gelael, berasal dari pengalaman dan tekad kuat yang terus belajar dengan penuh rasa percaya diri.

Sean melakukan auto-sugesti pada diri sendiri dengan menanamkan dalam bawah sadarnya, “Aku Sean Gelael, siap terus berproses dan meraih banya prestasi pada 2022”. 

Inti kehidupan terus belajar dan percaya diri yang ditanamkan Ricardo diejawentahkan Sean dalam kehidupan kesehariannya yang teraplikasi dalam kata proses dan pembelajaran.

Ini searah dengan ungkapan akademisi Slameto (2010: 2),  yang menyatakan, ”belajar adalah suatu proses usaha yang dilakukan seseorang untuk memperoleh suatu perubahan tingkah laku yang baru secara keseluruhan, sebagai hasil pengalamannya sendiri dalam interaksi dengan lingkungannya”.

Ricardo bersama ibunda Rini dan Sean Gelael.

 

Sukses adalah proses sedangkan proses itu adalah hasil, kata Sean Gelael, sementara pengalaman baik atau buruk jadi pijakan untuk berproses lebih baik, dan ingat!!, semboyan ini hanya untuk “the real men”, alias pria sejati.

Proses itu dalam kata lain dapat disebutkan sebagai “being” (menjadi) untuk membedakannya dengan “to be” (jadi).  Sean tetap berproses “menjadi” dan hal ini merupakan pekerjaan rutin yang tak semua orang dapat melakoninya.

Sean menjadi pebalap Indonesia pertama yang berlaga di FIA WEC dan pertama pula yang berlaga di Le Mans Prancis, sekaligus menempati urutan kedua di laga internasional itu.

Adakah bibit pebalap muda nasional yang akan menggantikan Sean Gelael di ajang laga internasional? Semua berpulang kembali kepada hakikat proses dan selayaknya klub otomotif sebagai salah satu soko guru perpanjangan tangan IMI, memikirkan hal itu.

Tentang kekayaan

Nah, apa pendapat Ricardo Gelael tentang harta kekayaan?

Harta hanya merupakan angka idaman yang tidak pernah cukup. Kekayaan bukanlah mencari uang sebanyak mungkin, tetapi bagaimana membelanjakannya dengan layak, kata Ricardo.

Membelanjakannya dengan layak? Ya, kalimat ini jarang terdengar dari mulut siapa pun. Tapi kata-kata itu dengan jelas diungkapkan Ricardo, pengusaha dan pemilik Tim Jagonya Ayam Indonesia, yang mendukung penampilan Sean Gelael di ajang laga internasional.

Pak Ricardo, apa sebenarnya yang tersirat di balik kalimat tersurat itu?

“Kenyataan yang saya rasakan dan umumnya dialami semua orang di mana pun, ada tiga hal yang tidak bisa Anda beli dalam hidup ini,” kata mantan pebalap dan juara nasional reli 2006 itu.

“Apa tiga hal yang tidak bisa dibeli itu Pak?”

“Kesehatan, waktu dan teman baik. Jadi kalau Anda punya ketiga hal itu, Anda adalah orang paling bahagia dan kaya,” kata Ricardo, kelahiran Jakarta, 13 Januari 1959.

Ricardo menyadari ia memiliki ketiga hal itu – dan mengetahui banyak orang yang tidak memiliki salah satunya – sehingga ia sadar betapa pentingnya mempertahankan ketiga hal itu dalam perjalanan hidup.

Ricardo, putera Dick Gelael (10 September 1934 – 4 September 2014) – pendiri pasar swalayan Gelael dan pembawa usaha waralaba KFC ke Indonesia sejak 1978 – sehat jasmani dan rohani, memiliki waktu untuk bergerak dan banyak teman. Beberapa teman selalu datang ke kantor dan rumahnya atau ia sendiri yang mendatangi para sahabatnya.

Dalam memasuki usia senja, ia tetap lekat dengan hobinya, sehingga ikut tampil dalam kejuaraan nasional reli mobil di Danau Toba, Desember 2021, dan finis di urutan ke-10.  Sean tampil sebagai juara nasional 2021.

Dalam memasuki usia 63 tahun, Ricardo tetap tegar, karena ia “never die but keep on working” dan usia atau harta hanyalah berupa angka-angka, yang terpenting bagaimana merawat dan memanfaatkan angka-angka itu.

Selamat HUT Pak Ricardo.  (arl)

oOo

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *

Hallo kawan, silahkan klik tombol Like / Follow untuk mendapatkan berita dan tulisan terbaru