Padang…
adalah tanah datar luas , tidak ditumbuhi pohon berkayu besar
padang gembala kambing, sapi dan binatang lainnya
padang golf hamparan rumput tempat bermain golf
padang belantara
padang mahsyar, kelak menjadi tempat orang mati dibangkitkan pada hari kiamat
padang minyak tanah luas mengandung minyak bumi
padang pasir
padang perburuan banyak dihuni binatang
padang tekukur belantara
padang tempat latihan menembak
Padang..
Dalam bahasa Jawa berarti terang..bersinar
Tapi
Padang ini adalah
Kota terbesar di pantai barat Sumatera
adalah ibu kota Provinsi Sumatera Barat, luas wilayah 694,96 km²
Nah, apakah Anda pernah mendengar kata
Pagi Sore
Roda
Sari Bundo
Sari Ratu
Natrabu
Garuda
Sarimande Metropolitan
Sederhana
Simpang Raya
Kasihan Ombak
Bundo Kanduang?
Itu rumah makan Padang yang bertebaran di berbagai pelosok kota di Indonesia.
mulai dari restoran besar sampai rumah makan kaki lima atau di pojok sempit pasar.
Bahkan ada juga di Amerika Serikat, Tiongkok, Singapura, Qatar, Malaysia, Australia
Ada yang namanya Restoran Pondok Buyung , didirikan Peter Sjarif yang merantau ke Sydney pada 1976.
Ini dapat penghargaan rumah makan termurah dan terbaik dari Sydney Morning Herald pada Februari 2011.
Di Amerika Serikat ada Indo Kitchen di Four Street Alhambra, Kalifornia, ada juga Indonesia Restaurant di Hollywood dan berbagai kota besar lainnya.
Tapi jangan heran
Anak kandung pun harus bayar bila bersantap di rumah makan Bundo Kanduang
Dan anehnya, di Padang dan kota lain Sumbar tidak ada yang namanya rumah makan Padang.
Padang beruntung mendapat nama makanan ini.
Padahal pedagang banyak berasal dari
Agam, Lima Puluh Kota, Padang Pariaman, Tanah Datar. Kini, orang Jawa pun banyak yang memiliki warung Padang.
Perantau Minang lah yang menebar pupuk restoran Padang ini
Mereka keluar dari tanah asalnya
tersebar di Minangkabau
dan berbagai wilayah di Indonesia
juga di Malaysia, Singapura , Brunei, Australia, Eropa, Amerika, Timur Tengah.
Entitas perantau Minang
Jumlahnya diperkirakan setara banyak orang Minang di tanah asalnya, Minangkabau.
Mereka hidup di tanah rantau
disebabkan beberapa faktor
seperti eksistensi diri, adat matrilineal, perang, dan faktor ekonomi
serta beragam motivasi , yaitu mencari kekayaan, ilmu pengetahuan, dan kemasyhuran.
Para perantau Minang terdahulu meninggalkan tanah pusaka sejak berabad-abad lalu
Keturunannya menjadi warga masyarakat berbeda dengan masyarakat Minangkabau saat ini.
Perantau Minang baru masih punya keterkaitan emosional dengan budayyya dan tanah kelahirannya.
Peribahasa Minang yang berbunyi Karatau madang di hulu, berbuah berbunga belum.
Ke rantau bujang dahulu, di rumah berguna belum
(Daripada malu pulang ke kampung, lebih baik rantau diperjauh)
Ini membuat banyak perantau Minang tidak pernah pulang ke kampung halaman
Walau pun rindu dendam pada ranah bundo dan segala isinya berkecamuk seakan tak terperi.
Era globalisasi dewasa ini.
Batas negara semakin terbuka dan sarana transportasi semakin baik
wilayah perantauan Minang juga semakin meluas.
Malaysia sebagai negara terdekat juga dijadikan tujuan bagi ‘perantau Minang baru’.
Mereka menambah populasi etnis Minang di negara jiran
sejak berabad lalu di Negeri Sembilan, Pulau Pinang, Malaka, dan berbagai wilayah lainnya pada masa Kesultanan Malaka.
Para ‘perantau Minang baru’ ada kota besar Malaysia, seperti, Kuala Lumpur, Johor Bahru, Subang, Shah Alam dan lainnya.
Wilayah yang belum jadi tujuan perantauan pada masa lalu
Australia, Amerika Serikat, Eropah, dan lainnya, dijadikan tujuan bagi para perantau Minang masa kini.
Mencari kehidupan di wilayah perantauan yang relatif baru itu sebagai profesional, wirausaha, dan lainnya.
Untuk menjembatani perantau Minang dengan masyarakat di ranah Minang, tokoh Minang rantau
Azwar Anas, Emil Salim, Harun Zain, Bustanil Arifin, Hasyim Ning, Hasan Basri Durin, Fahmi Idris, Saafroedin Bahar, Sjafaroeddin Sabar.
Mendirikan lembaga Gerakan Seribu Minang atau Gebu Minang pada 20 Januari 1990.
Awalnya lembaga ini mengumpulkan uang seribu rupiah per bulan
dari setiap warga perantau Minang untuk pembangunan berbagai sarana di Sumatera Barat.
Keberhasilan lembaga ini jadi role model
berbagai kelompok masyarakat Indonesia, seperti masyarakat Karo dan masyarakat Sulawesi Selatan dan lainnya.
Selain Gebu Minang,
organisasi masyarakat perantau Minang yang lebih kecil
dan berdasarkan asal-usul kabupaten atau nagari juga banyak didirikan
ada Sulit Air Sepakat (SAS),
organisasi perantau Minang asal Sulik Aia (Sulit Air) Solok
Sudah berdiri pada sekitar awal abad ke-20.
memiliki 80 Dewan Perwakilan Cabang (DPC) di seluruh Indonesia da nada juga di Malaysia, Sydney dan Melbourne (Australia) serta Washington DC, Amerika Serikat.
Masyarakat Minang ingin hidup sejati
Seperti diungkap Buya Hamka,
Kalau hidup hanya sekedar hidup
kera di rimba juga hidup
kalau kerja hanya sekedar kerja
kerbau di sawah juga bekerja.
Inilah kisah Buya Hamka
Prof. KH. Abdul Malik Karim Amrullah
masuk penjara, difitnah, disingkirkan, dimiskinkan
tapi kesabarannya berbuah menjadi hikmah luar biasa.
Ia masuk penjara dua tahun empat bulan, 1964-1966, atas perintah presiden Soekarno
tuduhan melanggar UU Anti Subversif Pempres No. 11, yaitu tuduhan merencanakan pembunuhan Presiden Soekarno.
Keluarga menderita, bukunya dilarang, termasuk tak boleh berdawah
Ummi menjual barang dan perhiasan.
Hamka bebas setelah rezim Soekarno jatuh
16 Juni 1970, Sekjen departemen agama Kafrawi bawa pesan terakhir Soekarno
“Bila aku mati kelak, minta kesediaan Hamka untuk menjadi imam shalat jenazahku.”
Pesan terakhir presiden pertama dengan ikhlas dijalankan Hamka. Subhanallah.
Hamka lahir di Nagari Sungai Batang, Tanjung Raya, Kabupaten Agam, Sumatera Barat, 17 Februari 1908 meninggal di Jakarta 24 Juli 1981.
Ia ulama dan sastrawan Indonesia
Ia wartawan, penulis, pengajar
terjun dalam politik melalui Masyumi, menjabat Ketua Majelis Ulama Indonesia (MUI) pertama
aktif dalam Muhammadiyah sampai akhir hayat.
Universitas al-Azhar dan Universitas Nasional Malaysia menganugerahinya gelar doktor kehormatan
Karya terkenalnya Tafsir Al-Azhar, Tenggelamnya Kapal Van der Wijck, Di Bawah Lindungan Ka’bah
Ada lagi orang terkenal dari pulau sebelah barat Sumatera itu
Tulis Sutan Sati penulis cerita rakyat Sabai Nan Aluih
cerita rakyat dari Padang Tarok, Baso, Agam
cerita bertema kepahlawanan
Sabai Nan Aluih, nama anak perempuan Rajo Babanding dan Sadun Saribai
tentang aksi kepahlawanan Sabai Nun Aluih membalaskan kematian ayahnya kepada musuhnya, Rajo Nan Panjang.
Sabai Nan Aluih memiliki pesan penting
perempuan cantik lemah lembut
tapi tidak takut untuk membela kebenaran
anak yang patuh kepada orangtuanya
Tulis Sutan Sati (Bukittinggi, Sumatera Barat) , 1898 – 1942) menulis
Tak Disangka (1923)
Sengsara Membawa Nikmat (1928)
Syair Rosina (1933)
Tjerita Si Umbut Muda (1935)
Tidak Membalas Guna
Memutuskan Pertalian (1978)
Sabai Nan Aluih (1954)
Ada lagi, AA Navis
Haji Ali Akbar Navis (Kampung Jawa, Padangpanjang, 17 November 1924 – Padang, Sumatera Barat – 22 Maret 2003)
sastrawan dan budayawan terkemuka Indonesia
menjadikan menulis sebagai alat dalam kehidupannya
Ia menulis Robohnya Surau Kami
kumpulan cerpen sosio-religi, terbit pertama 1956
menceritakan dialog Tuhan dengan Haji Saleh, warga Indonesia yang hidupnya hanya beribadah
Cerpen ini salah satu karya monumental dalam dunia sastra Indonesia.
Elly Kamis dengan Ayam den LapehErni Djohan dengan Teluk Bayur
Hingga penyanyi Norwegia Audun Kvitland
dengan tembang Nasi Padang
setelah kepincut wisata kuliner Simpang Kinol
mencicipi rendang, sate Padang, sate ayam, sate danguang-daguang, nasi goreng, hingga skotang.
Nah, ini falsafah luar biasa
Takuruang di Lua, Tahimpiek di Ateh
Konsep Hukum dan pemerintahan
Bahkan raja bukan segala-galanya
Hanya lambang dan daulat sebenarnya terletak pada kebenaran
Kamanakan barajo ka mamak
Mamak barajo ka panghulu
Panghulu barajo ka mufakat
Mufakat sarato alur jo patuik
Alur jo patuik barajo ka nan bana
Nan bana badiri sandirinyo
Maksudnya, tidak ada yang dominan
Kemenakan tidak dapat berbuat sekehendaknya
Mamak tidak bisa sewenang-wenang
Segala keputusannya perlu dimusyawarahkan dengan kaum kerabatnya.
Penghulu orang yang didahulukan selangkah
ditinggikan seranting
didengar petuahnya dituruti
tetapi segala sikap dan perbuatannya harus menurut alur dan patut.
Mamak, Penghulu, Raja ditinggikan secara status
Mereka dihormati, didengarkan, dipatuhi karena menjadi pucuk pimpinan
mereka berada di atas memandang ke bawah yang (terhimpit)
tapi ada pameo
“Raja alim, raja disembah, raja lalim raja disanggah!”
Dia yang tadinya berada di atas akan dihimpit oleh rakyat
“Agak-agak nan di ateh, nan di bawah ka maimpok” (Hati-hati yang di atas, yang di bawah akan menghimpit).
Penguasa berada di atas karena hukumnya demikian
Jika dia menghindar dari ketentuan yang disepakati bersama
maka rakyat akan menghimpok.
Inilah hikayat Datuk Ketumanggungan
membuat aturan yang berbuat kesalahan dijatuhi hukuman seperti apa yang dilakukan
Ia digigit anjing dan meminta anjing dibunuh
Pemilik anjing meminta Datuk Ketumanggungan menggigit anjing yang menggigitnya
Maknanya, hukum yang dikeluarkan oleh penguasa
bukan saja menghukum rakyat tapi juga dapat diberlakukan pada si pembuat hukum
Itulah terkurung du luar, terhimpit di atas
Sama dengan bunyi UUDasar 1945, pasal 27 ayat 1
“Segala warganegara bersamaan kedudukkannya dalam hukum dan pemerintahan dan wajib menjunjung hukum dengan tidak ada kecualinya.”
(arloebis – dari berbagai sumber)