Monday, February 03, 2025
Home > Berita > Sanggar Pusaka Aria Kamuning merangkul generasi muda

Sanggar Pusaka Aria Kamuning merangkul generasi muda

Keterangan foto - Seniman Sanggar Pusaka Kamuning 3 sedang berlatih di Kuningan. (dien)

Mimbar-Rakyat.com (Kuningan) – Dalam usaha melestarikan (gamumule)  kesenian Sunda,  Ki Dalang Aan Anjasmara Hamzah AS, berusaha keras merangkul generasi muda melalui Sanggar Pusaka Kamuning 3.

Ini merupakan usaha keras dan butuh keajegan serta pendekatan emosional kepada generasi muda agar berkesenian dengan kearifan lokal ini dapat berlanjut dari generasi ke generasi.

Saat reporter mimbar-rakyat.com menyambangi Sanggar Pusaka Aria Kamuning 3 pada Minggu (4/10/2020),  terlihat para pemuda begitu antusias berlatih menabuh beberapa alat musik tradisional dalam usaha melestarikan kesenian gamelan   Sunda.

Salah satunya adalah mahasiswa Uniku semester 3, Fakultas Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia,  Asep Yana Suryana (19).

Ia mengatakan, ia sudah dua tahun mengikuti latihan kesenian gamelan Sunda di Sanggar Pusaka Aria Kamuning 3 itu dan berbagai pentas di beberapa tempat telah ia ikuti.

“Ikut di sini menyenangkan, karena seneng bisa ngamumule (melestarikan) budaya dan kesenian Sunda. Di sini saya bisa banyak belajar dan banyak pengalaman,” kata Asep.

Berbagai pengalaman unik ia dapatkan saat pentas bersama Pusaka Aria Kamuning 3.

Asep Yana Sunarya (19), mahasiswa Uniku, semester 3. (dien)

“Asyik bisa manggung ke mana – mana,  ke Taman Mini juga pernah,  dan yang paling unik dan bangga,  bisa satu panggung bersama artis ternama, langsung melihat artis cantik,” kata Asep tersipu.

Bila mereka sedang pentas wayang golek, kata Asep, jumlah personil bisa saat mencapai 30 pemain.

“Saat pagelaran pentas wayang golek ada sekitar 30 pemain, dengan perlengkapan musik gamelan yang lengkap. Ada Saron 1 dan 2,  Demung,  Bonang Rincik, Kendang, Goong, Kenong wadon dan Lanang, Ketuk, Simbal, Kecrek,  Tamborin, Gambang,  Rebab, ditambah sinden, dan personil yang lainnya, ” kata Asep.

Dalang bersahaja

Saat ditanya mengenai sosok dari Ki Dalang Aan Anjasmara Hamzah AS, ia menjelaskan Ki Dalang,  merupakan sosok yang bersahaja. “Dia seperti Kakak, Guru juga Sahabat saat memberikan arahan, jadi kami cepat mengerti dan merasa nyaman saat latihan,” ujar Asep.

Ki Dalang Aan Anjasmara Hamzah AS merupakan sosok seniman dan budayawan yang merupakan asli orang Garawangi. Ia tidak menyangka bisa memiliki sanggar seperti yang ada sekarang.

“Awal pertama kali saya berkegiatan kesenian dulu pada tahun 2011. Saya mengikuti guru saya, Dalang Jojo Hamzah. Setelah ikut kegiatan seni itu, saya merasa tertarik dan suka, akhirnya saya terus menggeluti hingga kini,” tutur Ki Dalang Aan Anjasmara yang juga dosen dari Universitas Kuningan.

Maka dari itu saat ia memutuskan membuat grup kesenian, ia menggunakan nama Pusaka Aria Kamuning 3.

“Karena nama itu merupakan pemberian dari guru saya, sebagai Pupuhu dari Pusaka Aria Kamuning, Bapak Jojo Hamzah AS, yang rombongannya bernama Pusaka Aria Kamuning 1. Nah untuk Pusaka Aria Kamuning 2 diberikan kepada Jaja Hamzah AS, kemudian yang Pusaka Aria Kamuning 3 diberikan kepada saya dengan memakai nama Aan Anjasmara Hamzah AS,” kata Anjas.

Ki Dalang Aan Anjasmara Hamzah HS. (dien)

Dalam proses perjalanan dalam kesenian pewayangan, Ki Dalang Aan mendapat banyak dukungan untuk ngamumule (melestarikan) kesenian tradisional Sunda.

“Ini salah satunya saya dapat  gamelan Pelog, dan Madenda pada  2016. Ini dikasih seniman calung waktu itu, kemudian ada kepala desa yang menyumbangkan gamelan Senap,” katanya.

Kemudian pada 2011, Pupuhu Pusaka Aria Kamuning, Dalang Jojo Hamzah memberikan wayang Golek.  “Sedangkan untuk latihan, kami sudah berproses sejak 2014 hingga 2015, kemudian ada pengumuman resmi dari pupuhu sekitar tahun 2017,” imbuhnya.

Anjas pun menegaskan dalam proses perjalanan, ia tidak pernah berhenti untuk latihan dan terus meningkatkan kualitas berkeseniannya.

“Karena latihan itu sendiri merupakan kewajiban dan pentas itu sunah, jadi artinya terus berproses dan berproses, karena panggungan ada batasnya tapi,  latihan harus terus dijalani,” katanya Anjas.

Diakuinya untuk melestarikan kesenian tradisional Sunda, ia mengajak anak muda yang ingin berkesenian, mulai dari tingkat SMP, SMA dan mahasiswa.

“Itu berangkat dari kekhawatiran akan keberlangsungan seni tradisional Sunda terutama wayang golek. Maka saya mengajak anak mereka untuk melestarikan budaya Sunda,kalau nggak sekarang, kapan lagi,” kata Ki Dalang Aan Anjasmara. (andin rahmawati/arl)

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *

Hallo kawan, silahkan klik tombol Like / Follow untuk mendapatkan berita dan tulisan terbaru