MIMBAR-RAKYAT.com (Madiun) Tangal merah, hari libur dilarang kampanye. Begitu ketentuan dari KPU tapi Jokowi tidak kurang akal. Setelah Minggu kampanye di Malang, Senin ia muncul pagi-pagi di Ngawi. Bukan untuk kampanye melainkan silaturahmi ke rumah bupati dan menyapa masyarakat disekitar pasar.
Sarapan nasi pecel dengan nasi seperempat, maksudnya sedikit saja, lengkap dengan empal goreng, jamuan dari bupati Budi Sulistiyono di Jalan Raya Ngawi, cukup untuk bekal menjelajah Dapil VII Jatim.Jokowi melanjutkan “blusukanya” menyambangi beberapa daerah di Dapil VII Jatim, mulai dari Ngawi, Ponorogo, Trenggalek, Magetan dan Pacitan.
Sebelumnya, Jokowi menyempatkan diri blusukan ke Pasar Hewan Ngawi. Selain menyapa warga, Jokowi juga sempat membeli buah-buahan di pasar tersebut.
Tidak ada pidato kampanye seperti dilakukan di Malang pada hari Minggu. Perjalanan dimulai dari Ngawi. Setelah satrapan Jokowi ikut dalam kegiatan jalan sehat. Setelah itu, melanjutkan perjalanan ke Ponorogo dan kemudian Trenggalek untuk bertemu dengan tokoh masyarakat setempat.
Terakhir, Jokowi berkunjung ke Pacitan, kampung halaman SBY untuk melakukan dialog dengan masyarakat setempat.
“Tidak ada peraturan yang melarang calon presiden PDIP berkunjung ke suatu wilayah. Jadi kemanapun Pak Jokowi mau pergi tidak ada yang bisa menghalangi. Semua capres punya hak yang sama,” kata Tjahjo sekjen PDIP yang mendampingi.
Serangan Udara
Selasa Jokowi balik ke Jakarta elanjutkan kembali tugasnya sebagai gubernur DKI. Tugas kampanye selanjutnya akan diteruskan dengan “serangan udara”. Bakal calon presiden dari PDI Perjuangan ini mengungkapkan, akan melaksanakan serangan udarasebagai penutup menjelang minggu tenang. Yang dimaksud serangan udara adalah menayangkan iklan kampanye yang akan dimulai pekan ini, pada hari Selasa (1/4/2014).
“Yang lain pasang iklan 5 tahun, kami pasang 3 hari cukup. Soalnya memang nggak punya duit gimana? Selasa kami pasang,” ujar Joko Widodo atau akrab disapa Jokowi di Malang, Jawa Timur, Minggu (30/3/2014) malam.
Alasan Jokowi yang masih menjabat sebagai Gubernur DKI Jakarta ini tidak memasang iklan sejak awal lantaran tidak memiliki anggaran yang besar. Padahal, iklan televisi mampu mempengaruhi suara pemilih hingga 85 persen. (AL)