Mimbar-Rakyat.com (Jakarta) – Haji dan umrah bukanlah wisata (wisata religi). Pemerintah Arab Saudi menegaskan hal itu dan menyatakan penggunaan istilah ‘wisata religi’ (siyaahah ad-diiniyyah) dilarang untuk penyelenggaraan haji dan umrah.
“Informasi tentang kebijakan baru ini kami ketahui berdasarkan surat Muassasah Muthawwif Jemaah Haji Asia Tenggara kepada Ketua Kantor Urusan Haji Indonesia, ” kata Konsul Haji atau Staf Teknis Haji KJRI di Jeddah, Endang Jumali, Minggu (10/3).
“Sekarang, istilah itu dilarang untuk kegiatan apapun yang terkait dengan haji, umrah, atau ziarah ke Masjid Nabawi,” tuturnya seperti tertera dalam siara pers Kementerian Agama.
Surat tentang larangan itu merupakan tindak lanjut dari surat Wakil Menteri Haji dan Umrah Saudi tanggal 2 Jumadil Akhir 1440 H (7 Februari 2019) yang merujuk pada Dekrit Kerajaan.
“Kami sudah bersurat kepada Dirjen Penyelenggaraan Haji dan Umrah untuk ikut mensosialisasikan kebijakan baru tersebut, baik kepada Kanwil Kemenag Provinsi, maupun penyelenggara perjalanan ibadah haji khusus dan umrah,” katanya.
Penggunaan istilah “wisata religi” sering ditemui dalam paket-paket penyelenggaraan ibadah umrah dan haji khusus. Istilah tersebut biasanya dikonotasikan dengan kunjungan ke tempat-tempat yang memiliki sejarah dalam dakwah Islam.
Wisata semacam itu adakalanya hanya di wilayah Saudi, namaun ada pula yang sampai ke negara-negara timur tengah lainnya yang disatukan dalam paket perjalanan ibadah umrah dan atau haji khusus.***(edy)