MIMBAR-RAKYAT.com (Garut) – Banjir Garut menyisakan berbagai masalah besar bagi pemerintah, di antaranya menyangkut proses belajar-mengajar, karena sebanyak 2.200 anak sekolah menjadi korban terancam terbengkalai belajar karena mereka membutuhkan seragam dan peralatan sekolah.
“Ada sekitar 2.200 anak yang menjadi korban terkena dampak banjir, mereka membutuhkan perlengkapan sekolah,” kata Kepala Bidang Pendidikan Dasar, Dinas Pendidikan Kabupaten Garut, Totong kepada wartawan di Garut, Minggu.
Ia menuturkan seluruh anak yang terkena dampak banjir itu dari 15 sekolah tingkat SD, SMP, dan SMA.
Sejak kejadian banjir, kata dia, kegiatan belajar mengajar tidak optimal karena banyak siswa yang seragam dan perlengkapan belajarnya hanyut terbawa arus banjir.
“Anak-anak tidak mempunyai perlengkapan sekolah karena hanyut dan terendam air,” ucapnya.
Ia mengatakan para anak didik itu membutuhkan bantuan berupa seragam sekolah, buku, tas, sepatu dan peralatan tulis untuk tingkat Paud, SD, SMP, dan SMA.
“Mereka anak-anak sekolah korban banjir membutuhkan itu agar mereka bisa sekolah,” katanya.
Ia menambahkan sekolah yang terkena dampak banjir menyebabkan kursi, meja, lemari dan papan tulis, termasuk buku-buku di kelas maupun kantor rusak dan kotor.
Bahkan, lanjut dia, ada delapan sekolah yang peralatan lab komputer, perpustakaan dan peralatan belajar mengajarnya rusak.
“Ada yang perlengkapan sekolah rusak, bahkan pada hari pertama bencana sekolah diliburkan dulu,” katanya.
Sehari sebelumnya, Mendikbud Muhadjir Effendymeninjau lokasi sekolah-sekolah termasuk Sekolah Luar Biasa (SLB) CYKB yang rusak diterjang banjir bandang.
Dalam kunjungannya itu, Mendikbud berjanji akan berupaya memperbaiki berbagai fasilitas sarana sekolah rusak yang terdampak banjir bandang di Garut. (AN/KB)