MIMBAR-RAKYAT.Com (Jakarta) – Presiden Joko Widodo bakal kedatangan tamu kenegaraan pada tanggal 1 Maret 2017, yakni Raja Arab Saudi, Sri Baginda Raja Salman bin Abdulaziz Al Saud. Sesuai rencana, Raja Salman membawa rombongan besar sekitar 1.500 orang, termasuk 10 menteri dan 25 pangeran.
Kunjungan Raja Salman, selain ke Jakarta juga akan beristirahat ke Bali pada 4-9 Maret. Itu merupakan kunjungan pertama Raja Saudi ke Indonesia setelah yang terakhir pada tahun 1970. Dari kunjungan itu, sejumlah keuntungan yang bakal didapat Indonesia.
“Ini adalah kunjungan yang sangat bersejarah bagi kita karena kunjungan Raja Arab Saudi terakhir ke Indonesia yaitu pada tahun 1970. Jadi 47 tahun yang lalu dan kunjungan ini akan membawa rombongan terbesar,” ujar Sekretaris Kabinet Pramono Anung di Kompleks Istana Kepresidenan, di Jakarta.
Ada sejumlah kerjasama yang akan dilakukan, di antaranya mengenai kerjasama investasi Arab Saudi melalui perusahaan tambang negara Saudi, yakni Aramco, dengan nilai sebesar 6 miliar dolar AS di Indonesia.
“Kemudian juga akan ada proyek lain yang akan ditandatangani dengan nilai kurang lebih sebesar 1 miliar dolar AS dan proyek proyek lainnya,” katanya, kemarin.
“Bapak Presiden mengharapkan bahwa investasi Arab Saudi ini di Indonesia secara keseluruhan diharapkan sampai senilai 25 miliar dolar AS,” tutur Pramono.
Selain itu, ada kerjasama di bidang penanggulangan terorisme dan radikalisme, termasuk adanya pemberian santunan bagi anggota Densus 88 Anti Teror yang gugur dalam melaksanakan tugas.
“Jadi untuk anggota Densus yang meninggal dunia, orangtuanya akan dihajikan Kerajaan Arab Saudi, sebanyak 5 orang per tahun,” katanya.
“Sebab, anggota Densus yang meninggal dunia itu dianggap sebagai syuhada (martir yang mati karena membela kebenaran,” tambah Pramono.
Mengenai kunjungan ke Bali, Wakil menteri Luar Negeri (Wamenlu) AM Fachir menambahkan, Raja Salman tertarik dengan Pulau Dewata tersebut. Tetapi belum diketahui apa agenda Raja Salman selama 4 hari di Bali nanti.
“Bayangan saya, ada sejumlah informasi yang diterima Istana Raja bahwa Bali memiliki daya tarik. Tidak sedikit warga Saudi dan warga negara-negara Timur Tengah lainnya yang berbulan madu di Bali.”
“Bali justru terkenal karena banyak yang ke sana untuk berbulan madu. Bisa jadi karena itu,” kata Fachir.
Rencana kedatangan Raja Salman selain memenuhi undangan Presiden Jokowi juga berkaitan dengan isu‑isu yang masih mengganjal dalam investasi Arab Saudi di Indonesia.
Anggota DPR RI Komisi VI Inas N Zubir menjelaskan, program Pemerintahan Jokowi di sektor pengilangan minyak, menarik minat Arab Saudi untuk berinvestasi. Apalagi, kata Inas, industri kilang selama 10 tahun terakhir ini terabaikan.
“Dalam program pembangunan kilang, Jokowi telah menginstruksikan Pertamina segera merevitalisasi dan membangun kilang baru,” ujar Inas.
Inas memaparkan Pertamina, menerjemahkannya dalam road map Grass Root Refinery (GRR) dan Refinery Development Master Plan (RDMP). Lalu Saudi Aramco dan NOC (perusahaan minyak negara Arab Saudi) telah dilengserkan posisinya sebagai invenstor di GRR Tuban oleh Rosneft.
Inas mengatakan Saudi Aramco juga menjadi investor di RDMP Cilacap, dimana JV Agreement‑nya sudah ditandatangani pada November 2016.
Tetapi, kata Inas, hal itu menuai protes dari Federasi Serikat Pekerja Pertamina Bersatu (FSPPB).
“Dalam JV Agreement tersebut tampak benar bahwa Saudi Aramco memperoleh keuntungan yang lebih besar ketimbang Pertamina,” ungkap Inas.
Dalam RDMP Cilacap tersebut, Saudi Aramco akan membenamkan investasinya sebesar 5 miliar dolar AS untuk meningkatkan kapasitas kilang Cilacap dari 350 MBCD menjadi 400 MBCD.
Kemudian, Inas mengungkapkan, komposisi kepemilikan kilang Cilacap berubah menjadi 55 persen Pertamina dan 45 persen Saudi Aramco.
“Isu tentang GRR Tuban dan RDMP Cilacap tersebut diperkirakan akan menjadi topik utama pembicaraan Pangeran Salman dengan Jokowi,” kata Inas. (joh)