MIMBAR-RAKYAT.com (Garut) – Perajin bambu di Kecamatan Selaawi, merupakan perajin tradisional yang turun temurun, tapi keahlian warga itu tidak pernah direspon positif oleh Pemkab sendiri.
Padahal hasil pekerjaan perajin bambu dari Selaawi ini sudah banyak dikenal di dberbagai daerah lain.
Dari generasi ke generasi, para pengrajin bambu Selaawi ini tak pernah mendapat lirikan dari Pemkab Garut maupun Disperindagpas.
Untuk itu, keberadaan para perajin yang terampil ini pun tidak bisa optimal alias jalan di tempat. Bahkan para pengrajin ini pun ahirnya lebih dekat dengan ijon dan para rentenir.
Namun di ahir tahun ini, angin segar menghantar para perajin lewat Festival Kecamatan Selaawi ke-33, karena ada 7 rekor MURI yang rencana akan dipecahkan dalam festival tersebut, termasuk pembuatan sangkar burung raksasa dari bambu.
Camat Selaawi Ridwan Effendi mengatakan, festival Selaawi ke-33 yang resmi dibuka 11/12/16, telah banyak mendatangkan perhatian.
Selain mendongkrak market, juga ada perhatian dari Pemkab Garut, yang rencananya akan menganggarkan Rp250 juta sebagai bantuan permodalan para perajin.
Ridwan Effendi menjelaskan, Museum Rekor Indonesia Dunia (MURI) dan Original Record Indonesia (ORI) telah mencatat festival Selaawi, namun tambah Ridwan, jauh lebih penting kalau Pemda Garut manpu mengangkat harkat kehidupan dan ekonomi para perajin bambu itu.
Bupati Garut, Rudy Gunawan mengaku, saat ini hasil karya para perajin Selaawi, harganya masih terbilang di bawah rata-rata.
Kendalanya, katanya, mereka belum memiliki alat teknologi dalam proses finishing, karena semua masih menggunakan alat manual.
Untuk itu, Bupati Rudy pada APBD 2017 menjanjikan akan mengalokasikan anggaran bagi para perajin Selaawi. (Yat/KB)