Tuesday, April 01, 2025
Home > Berita > Siwo 80-an Lomba Panahan Meriahkan 17 Agustusan

Siwo 80-an Lomba Panahan Meriahkan 17 Agustusan

Anggota Siwo 80-an foto bersama. (arl)

Anggota Siwo 80-an foto bersama. (arl)

MIMBAR-RAKYAT.com (Jakarta) – Pada 30-40 tahun lalu, tugas mereka meliput berbagai acara perlombaan, tapi sekarang berlomba. Bayangkan, umumnya pesertanya belum pernah memegang busur dan anak panah, tapi pada Senin (15/8/2016) dengan sigap berlomba untuk mendapatkan poin tertinggi dan waktu tercepat.

Sekitar 50-an wartawan peliput olahraga berkumpul di lapangan panahan Senayan, GBK, suasana begitu meriah, antara bernostalgia, saling peluk, cipika-cipiki, berfoto bersama berulang kali, tapi suasana kompetisi tetap terjadi.

Ada lomba panahan, lari cepat dan ini yang paling meriah..tarik suara alias Siwo 80-an Idol. Acara ini digagas mantan wartawati Tabloid Bola, Indrie HP Koentjoro, yang sejak aktif meliput sudah tidak asing lagi dengan dunia panah memanah itu.

Para wartawan tersebut umumnya sudah pada memutih rambutnya, gigi mulai tanggal satu persatu, berusia mulai dari kepala enam hingga tujuh. Ada yang membawa obat khusus, ada yang masih kuat merokok dan minum kopi. Tapi tarikan busur saat memanah masih gesit, jalan cepat masih saling pacu dan suara masih lantang mendendangkan lagu.

“Puji Tuhan saya tidak terlalu larut emosional ketika bertemu teman lama. Saya awalnya khawatir itu dapat berpengaruh pada kesehatan saya,” kata Ignatius Sunito, mantan wartawan Kompas yang usianya sudah kepala tujuh. Ia membawa obat khusus, yang kalau dibutuhkan diletakkan di bawah lidah.

Anggota Siwo 80-an foto bersama. (arl)
Anggota Siwo 80-an foto bersama. (arl)

Apa kata para pemenang lomba? “Kalau jalan sih gue masih mampu bersaing, buktinya gua menang nomor satu,” kata Andrew Sunyoto, mantan fotografer Antara yang tampil sebagai juara pertama jalan cepat, disusul Mamusung (Tempo) dan Eddy Lahengko (Suara Pembaruan). Sunyoto juara kedua pada lomba panahan.

“Yang bikin aku menang ini mungkin karena membawakan lagu dangdut..hehe,” kata Jimmy S Haryanto, yang dahulu meliput berbagai lomba saat bekerja di Kompas, sebagai juara pertama Siwo 80-an Idol. Juara kedua adalah Atal S Depari (Sportanews / SK) dan ketiga Sarwono (RRI).

“Untung Sakti (Saung Umbaran) gak ikut, kalau tidak pasti dia deh juaranya,” celetuk rekan lainnya. Sakti yang selalu kocak dan jago nyanyi hanya sebagai juri. “Gue sih jadi juri aja,” kata Sakti, salah seorang pengurus PWI Jaya, pensiunan Pos Kota.

Juara gerak jalan bersama mantan sprinter Emma Tahapari. (arl)
Juara gerak jalan bersama mantan sprinter Emma Tahapari. (arl)

Sedangkan juara panahan, Brata Triyana pensiunan kantor berita Antara, beberapa kali mengatakan “kayaknya sih gua menang nih”, karena anak panah yang melesat dari busurnya beberapa kali menembus titik kuning. Brata memang tampil sebagai juara pertama pada laga panahan 15 meter itu, disusul Sunyoto dan Ahmad Istiqom (MM/MR.com).

Bersama atlet doeloe

Acara 17 Agustusan di Senayan itu semakin meriah, karena ada beberapa mantan atlet yang hadir, sehingga saling sapa, saling foto bersama dan nostalgia membahas masa lalu pun semakin berkepanjangan.

Mereka adalah legenda 100m putri Caroline Riewpassa, Emma Tahapari si jagoan 400m yang rekor nasionalnya masih belum pecah, dan salah satu srikandi medali perak Olimpiade Seoul 1988, Nurfitriyana Saiman.

Juara panahan bersama srikandi panahan Indonesia Nurfitriyana. (arl)
Juara panahan bersama srikandi panahan Indonesia Nurfitriyana. (arl)

Ketiga atlet nasional itu, kelihatannya juga amat gembira bertemu dengan teman-teman lama, yang dahulu kerap mewawancarai mereka. Bahkan karena gembira dan akrabnya, mereka saling berpelukan melepas rindu, seperti yang dialami para peliput atletik TD Asmadi (Kompas) yang pernah mengikuti mereka terus pada laga nasional dan internasional.

Ian Situmorang yang pernah bekerja di Tabloid Bola, dalam kesempatan itu mengimbau agar para peliput “old crack” itu dapat melakukan sesuatu, baik untuk para junior mau pun membicarakan tentang berbagai hal menyangkut olahraga nasional.

Dan memang sudah ada dalam perencanaan, kumpulan Siwo 80-an akan menerbitkan buku, tentang bunga rampai liputan masing-masing, utamanya tentang lika-liku dan pengalaman paling berkesan selama meliput olahraga berpuluh-puluh tahun.

“Buku kenang-kenangan itu harus terbit. Itu perlu untuk kita, anak cucu kita dan untuk masyarakat umum,” kata Jimmy S Haryanto, penulis Kompas yang kini banyak berkecimpung di bidang koleksi mengoleksi keris.

Para juara Siwo 80-an Idol menerima piala dari Indrie HP Koentjoro.
Para juara Siwo 80-an Idol menerima piala dari Indrie HP Koentjoro.

Profesi wartawan memang “tidak ada matinya”, boleh pensiun di kantor masing-masing, tetapi umumnya para wartawan Siwo 80-an masih banyak yang aktif di berbagai bidang profesi, tapi umumnya ya..tulis-menulis lah.

Kelompok wartawan peliput olahraga (Siwo) 80-an selalu jadi perhatian, karena kekompakan kendati sudah melewati rentang waktu 30-40 tahun – yang jarang terjadi pada peliput di bidang lainnya. Pada tahun ini, mereka sudah melakukan silaturahim dua kali.

TD Asmadi legenda wartawan olahraga pensiunan Kompas diapit legenda sprinter Emma Tahapari (kanan) dan Caroline Riewpassa. (arl)
TD Asmadi legenda wartawan olahraga pensiunan Kompas diapit legenda sprinter Emma Tahapari (kanan) dan Caroline Riewpassa. (arl)

Nostalgia memang selalu membuat hati dan jiwa segar. Ini dinantikan, bahkan ada yang datang sejak siang, seperti yang dilakoni Bang Prayan Purba, yang sudah duduk di dalam kantor PB Perpani, mengedit berita-berita untuk media kantornya.

Mungkin, ini salah satu inti hakekat persahabatan. See you again, Siwo 80. (arl)

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *

Hallo kawan, silahkan klik tombol Like / Follow untuk mendapatkan berita dan tulisan terbaru