Ketika membuat catatan pada 5 Juli 2021, jumlah penderita Covid-19 pada hari itu sebanyak 29.745 orang dan total penderita se-Indonesia mencapai 2.313.829. DKI Jakarta sebagai pimpinan klasemen dalam sehari mencatat ada 10.485 orang. Angka-angka itu sudah membuat khawatir. Menakutkan, maka saya berharap agar stop di sana.
Harapan tinggal harapan, kenyataan berkata lain. Keesokan hanya penderita yang dites positif tembus batas 30 ribu menjadi 31.189 pada 6 Juli dan terus menerus naik.
Tanggal 7 Juli menjadi 34.378, dua hari kemudian menembus angka 38.124. Pada tanggal 12 Juli, makin tinggi masuk ke angka 40.424, esoknya 47.899. Dan tidak perlu menunggu lama pada tanggal 14 Juli mencatat rekor baru 54.517, Indonesia resmi menjadi juara dunia. Mengalahkan India, Amerika Serikat, Inggris yang juga tinggi penderita Covid-19 nya.
Ternyata angka tertinggi perhari di Indonesia ada di angka 56.775 pada hari Kamis tanggal 15 Juli 2021, dan 982 orang meninggal dunia. Kelak itu akan menjadi catatan hitam bagi kita. Karena betapa pun keras upaya pemerintah melakukan berbagai kegiatan mulai dari pembatasan, sosialiasi protokol kesehatan, vaksinasi, hasilnya akan kembali pada ketaatan warga masyarakat.
Tapi kita bersyukur akhirnya kurva penderita Covid di Indonesia sudah menurun. Di tiga hari terakhir angkanya meski pun masih tinggi, tidak lagi naik.
Pada 16 Juli 2021, jumlah penderita Covid-19 per hari menjadi 54.000 orang, pada 17 Juli menjadi 51.952, dan menggembirakan pada 18 Juli lepas dari kelompok 50.000an menjadi 44.721. DKI Jakarta, yang sudah tiga minggu mencatat lima digit, akhirya pada hari Minggu penderitanya tinggal 9.128 perhari.
Dan pada hari Senin, sehari menjelang Idul Adha dan berakhirnya Pemberlakuan Pembatasan Kegiatan Masyarakat 3-20 Juli 2021, angka harian jumlah penderita Covid anjlok menjadi 34.257. Turun amat tajam dari sehari sebelumnya yang masih di 44.721.
Kita patut bergembira. Amat gembira. Alhamdulillah bahwa Indonesia kini tidak lagi menjadi juara dunia dalam hal jumlah penderita Covid-19 harian. Kira-kira di peringkat 3 atau 4.
Bagaimana agar tren baik itu dapat langgeng dan awet, tentu saja kuncinya ada pada kita semua. Taati protokol kesehatan, dengan memakai masker, menjaga jarak, mencuci tangan, menghindari kerumunan lalu ditambah lagi, berolahraga, makan bergizi dan minum vitamin apabila tersedia.
Di satu sisi pada saat ini pemerintah sedang menggalakkan vaksinasi. Pada bulan Juli ini ditargetkan agar setiap hari ada satu juta warga yang divaksin, lalu meningkat menjadi dua juta per hari pada bulan Agustus, dan naik lagi di bulan berikutnya. Gejala yang terlihat di lapangan, ambisi itu akan tercapai.
Saya membaca di berbagai media lokal, minimal semua lembaga di institusi TNI dan Polri aktif melakukan vaksinasi, di tingkat Kodim, Korem, Pangkalan TNI AL, TNI AU, Satuan Komando, begitupun di Polres, Polda. Lalu ada kerjasama dengan kampus, organisasi sosial dan masyarakat. Rakyat terlihat antusias karena kadang juga diberikan insentif berupa paket sembako.
Diperkirakan apabila target vaksinasi yang dipasang pemerintah bisa tercapai maka pada akhir September, sudah hampir seluruh warga negara Indonesia mendapatkan vaksin pertama, dan sebelum akhir tahun 2021, sudah mendapatkan vaksin kedua. Secara teoritis akan tercipta herd immunity, yakni sebagian besar warga sudah mendapatkan kekebalan sehingga apabila ada serangan virus, seseorang sudah dapat bertahan.
***
Tentu saja Pandemi Covid-19 memiliki dampak sosial luar biasa, apalagi dengan diberlakukannya PPKM, PSBB, atau apa pun namanya.
Banyak terjadi pemutusan hubungan kerja. Aktivitas ekonomi berkurang sehingga omzet perusahaan atau pengusaha pada umumnya merosot drastis. Angka orang miskin bertambah, sehingga harus ada jaring pengaman sosial agar rakyat kecil tidak kian sengsara.
Kebijakan pemerintah menurut saya sudah cukup baik, walaupun terkadang pelaksanaan di lapangan belum sesuai harapan. Kita tahu yang namanya Bantuan Sosial (Bansos) ataupun dulu namanya Bantuan Langsung Tunai (BLT) kerap kali menjadi arena bancakan. Yang berhak, malah tidak masuk daftar. Sedang kerabat pejabat mulai dari level kelurahan sampai kementerian, malah mendapat keuntungan.
Mentalitas bangsa kita kadang memprihatinkan. Tapi tidak usah heran. Kondisi seperti itulah yang membuat ada pepatah “mencari kesempatan dalam kesempitan”. Itulah juga sifat kekuasaan, yang akan cenderung korup, yang cenderung menjadi peluang penyalahgunaan.
Mari mulai dari diri kita sendiri. Tidak usah berpikir terlalu berat. Biarkan apa yang di luar sana dikerjakan oleh mereka yang mendapat amanah. Kita berdoa agar mereka juga ingat hidup ini hanya sebentar. Kita semua akan kembali dan tidak ada yang dibawa kecuali badan sendiri. Yang menemani kita di alam kubur hanyalah amal ibadah, perbuatan baik.
Sementara kita coba hidup sehat, menjaga diri dan keluarga. Mencari penghasilan yang halal meski dalam kondisi sesulit apapun, seperti sekarang ini. Semoga kita kuat menghadapi cobaan dan hidup yang lebih baik terbentang di depan.
***
Ciputat 19 Juli 2021