Thursday, November 21, 2024
Home > Cerita > Cerita Pendek > Tak Ada Jalan Mudah,  Cerpen Hendry Ch Bangun

Tak Ada Jalan Mudah,  Cerpen Hendry Ch Bangun

Ilustrasi - Tak Ada Jalan Mudah, cerita pendek Hendry Ch Bangun. (png)

Hari senang sekali mendengarkan, atau tepatnya menonton di media sosial, seorang pemuka agama dari Afrika yang begitu mumpuni dalam memotivasi manusia agar selalu percaya pada Tuhan Yang Maha Kuasa, Allah Subhanahu wa ta’ala. Bagi Hari dia berbeda dengan dai atau ustad lokal, yang berceramah malah jauh dari substansi keberagamaan itu sendiri.

Salah satu poin yang dia sukai adalah, marilah bersangka baik kepada Allah. Kalau kita berdoa meminta sesuatu dan belum diberi, ada dua kemungkinan. Apa yang kita minta itu nanti membuat kita jauh dari Allah, membuat kehidupan kita malah tidak baik, atau dia ingin menguji dulu agar nanti mampu mengelola apa yang kita dapat itu.

Tuhan selalu memberikan yang terbaik bagi yang berdoa meminta kepadaNya karena dia mencintai kita. Tuhan senang pada orang yang meminta, karena itu pertanda manusia itu mengakui kebesaranNya. Jadi doa itu pasti akan dibalas, tetapi hanya Dia yang tahu kapan pas waktunya untuk diberikan.

“Allah mencintaimu, jadi jangan bersangka buruk. Pikiran manusia terbatas sedangkan kekuasaanNya tidak terbatas. Percayalah, yakinlah karena Dia mencintaimu,”ujar pemuka agama yang berjenggot lebat itu. Selalu ada senyum di wajahnya.

Ada hadirin yang bertanya, dia sudah salat tapi masih melakukan maksiat. Apakah salatnya masih diterima oleh Allah?

“Tangan Allah selalu terbuka. Sebesar apapun dosa Anda, teruslah salat. Salat itu penanda seseorang itu Muslim atau bukan. Jangan tinggalkan dalam kondisi apapun. Kalau salat Anda semakin baik, cepat atau lambat kita akan malu untuk berbuat dosa,” katanya dengan kalimat dan wajah yang sejuk.

Kemudian dia menjawab pertanyaan yang mungkin dilontarkan sebelumnya, mengapa ada kesan semakin seseorang dekat dengan Allah, cobaannya malah semakin besar. Kemudian mengapa orang yang saleh dan taat malah terkadang tidak mampu menjadi  orang kaya dari orang yang tidak mengenal Tuhan atau menentang Sang Pencipta.

“Berbahagialah kita yang mendapat cobaan dari Allah karena artinya kita mampu menghadapinya. Tidak mungkin kita diberi cobaan yang tak mampu kita jalani. Lagipula itu tandanya Dia ingin terus menambah kesalehan kita pada Sang Pencipta. Meningkatkan derajat kita agar semakin dengan dengan Dia. Itu pun artinya kita diperhatikan, disayangi olehNya,” jawabnya cerdas. ***

Tentang kemakmuran yang diperoleh seseorang kadang dengan begitu mudahnya, sementara ada yang bekerja keras, setengah mati, malah hidup pas-pasan, sengsara, bukan karena tidak Tuhan Yang Maha Kaya tidak adil. Di dunia yang semakin materialistik, mereka yang pikirannya sempit, keadaan ini kerap menganggu pikiran. Bahkan untuk Indonesia pernah disampaikan, kok dalam daftar 50 orang terkaya di Indonesia, tidak sampai 10 persen orang Islam.

Penjelasan ahli agama itu panjang lebar dari banyak sisi.

Manusia hidup di dunia ini sebenarnya diberi pilihan, mau hidup senang di dunia atau bahagia di akhirat. Meminta kekayaan dunia, akan diberi. Tetapi sebagaimana disebutkan di kita suci Al Qur’an, akhirat itu lebih baik, karena orang yang masuk surga akan menikmati semua fasilitas yang tersedia untuk selama-lamanya. Sementara harta benda dan kemilau dunia ini hanya sementara, dinikmati sebentar saja seperti gurauan belaka. Oleh karena Allah sayang kepada kita, maka kita diarahkan menuju kebahagiaan abadi itu. Kepada orang kafir, orang yang tahu tetapi tidak menjalankan perintah Allah, justru diberi kekayaan agar yakin bahwa dunia ini lebih baik daripada hari akhir.

Semua perbuatan manusia akan ditimbang di hari akhir nanti. Semakin banyak harta akan semakin banyak pertanyaan: didapat dari mana, digunakan untuk apa, apakah bermanfaat banyak orang, untuk memperkuat agama, atau dijadikan kebanggaan bagi diri dan keluarga. Ibaratnya, setiap sen uang harus dijelaskan dan dipertanggungjawabkan. Diandaikan, seribu satu pertanyaan akan dijawab tangan, kaki, mata, kulit kita karena mulut kita sudah terkunci.

Maka sebaliknya orang yang sedikit hartanya mungkin hanya diajukan dua-tiga pertanyaan. Semakin sedikit pula peluang seseorang yang kekayaannya kecil untuk menyelewengkan uang itu dari fungsi dan hakikat kebendaan yang ditetapkan Allah.

Dia menyitir kisah, bagaimana sahabat Nabi Muhammad SAW, pernah menyatakan kesedihan karena Rasul hidup dengan sahat sederhana. Tidur beralaskan pelepah kurma, rumah hanya sekian kali sekian meter. Tidak ada perabot kecuali yang penting. Sering kelaparan kalau sedang tidak punya uang karena tidak mendapat uang dari pekerjaannya.

“Wahai Rasul, kenapa engkau utusan Allah yang mulia mau hidup seperti ini. Sementara kaisar Bizantium istananya megah dan mewah, tidur beralasakan kasur yang terbal, berpakaian sutra mewah, makan dengan hidangan yang lezat, nikmat.”

Lalu si penceramah itu menyampaikan jalan yang ditempuh nabi justru untuk menjadi teladan, pilihan, kepada ummatnya karena beliau tahu apa yang baik dan apa yang tidak, berkat semua pengetahuan dan pengalaman yang telah diberikan Allah Swt kepadanya.

“Tidak kah kau ingin agar seluruh ummat Islam kelak semua hidup surga abadi? Dunia ini hanya sekejap saja dibandingkan kehidupan di surga kelak,” jawab Nabi Muhammad SAW. ***

Hari menjadi terobsesi dan terinspirasi, khususnya untuk selalu memandang Allah Swt dari sisi positif. Dia percaya bahwa Tuhan sayang kepadanya, terbukti dengan apa yang telah dicapainya kini dengan kondisi kehidupannya di masa kecil. Mengingat hidup di desa, pendidikan yang kerap tersendat-sendat karena keuangan keluarga ayahnya sebagai PNS yang bergaji kecil, kehidupan sederhana sehingga misalnya tidak bisa itu study tour bersama teman-temannya di sekolah.

Begitu pula cobaan dalam seluruh aspek kehidupannya. Dalam keluarga, pekerjaan di kantor, keterlibatan di organisasi, penugasan di lembaga negara, yang tidak pernah dari ujian dan tantangan, tetapi pada akhirnya selalu berakhir baik dan berhasil.

“Karena Allah sayang maka kita diuji agar semakin kuat, diberi tantangan agar semakin mampu melewati persoalan yang akan muncul, diberi kesulitan agar tahu bahwa untuk mendapatkan sesuatu kita harus bekerja keras,” kata Hari kepada anaknya .

Setiap kali berpikir demikian, Hari semakin bersyukur pada Yang Maha Agung. Dia merasa dulu sering ragu dan mempertanyakan keberadaan Allah ketika dia ditimpa masalah dan bahkan menggugat lewat puisi-puisinya ketika merasa terpuruk tak berdaya. Dia merasa ditinggal, merasa diabaikan, merasa doa-doanya tidak pernah dijawab walau dia sujud tengah malam sambil menangis mencari pertolongan.

“Allah tahu yang terbaik untukmu. Jadi bersabarlah. Saat itu akan datang, ketika kau sudah pantas untuk menerimanya, Allah akan mengabulkannya,” dia ingat ucapan pemuka agama itu.

Mengingat itu Hari segera bersujud dan sajadahnya menjadi basah. Maafkan aku ya Allah…

***

Ciputat 28 Juli 2023

 

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *

Hallo kawan, silahkan klik tombol Like / Follow untuk mendapatkan berita dan tulisan terbaru