MIMBAR-RAKYAT.com (Washington) – Telepon Samsung Galaxy Note 7 menjadi bahan perbincangan berkepanjangan belakangan ini, karena baterainya bisa terbakar bahkan meledak, sehingga Pemerintah Amerika Serikat resmi menarik peredaran telepon pintar itu.
Komisi Keselamatan Produk Konsumen AS mengumumkan Kamis, langkah itu akan termasuk penarikan satu juta unit Samsung Galaxy Note 7 yang telah terjual sebelum Kamis.
“Harap para konsumen segera berhenti menggunakan dan segera mematikan Galaxy Note 7 yang dibeli sebelum 15 September, 2016,” bunyi pengumuman tersebut yang beredar di media massa.
“Silakan kontak operator telekomunikasi seluler, toko penjual atau Samsung.com tempat Anda membeli telepon untuk mendapatkan secara gratis Galaxy Note 7 yang baru berisi baterai berbeda, atau uang kembali atau telepon baru penggantinya,” demikian pengumuman itu.
Pengumuman itu menyebutkan bahwa Samsung telah menerima 92 laporan dari wilayah AS soal baterai yang terlalu panas, termasuk 26 laporan baterai terbakar dan 55 laporan kerusakan properti –termasuk munculnya api di mobil dan garasi.
Secara global, Korea Selatan telah menjual 2,5 juta unit Samsung Galaxy Note 7 sejak telepon pintar itu diluncurkan pada Agustus, seperti dilaporkan kantor berita Xinhua.
Samsung memasok Galaxy Note 7 ke Indonesia pada 23 Agustus 2016, setelah flagship teranyar itu pertama kali diperkenalkan di New York, AS, pada awal Agustus lalu.
Seperti seri Note yang sudah-sudah, Samsung melengkapi Galaxy Note 7 dengan Stylus S Pen dan kemampuannya meningkat signifikan dibandingkan seri sebelumnya.
Diameter pena penunjuk layar itu kini lebih kecil 50 persen menjadi 0,7 m, sehingga S Pen lebih sensitif dengan presisi lebih tinggi.
Fisik S Pen juga sudah diperbarui dengan fitur anti-air bersertifikasi IP68 yang serupa dengan perangkat utamanya, Galaxy Note 7.
Artinya, ponsel dan S Pen itu bisa direndam hingga kedalaman 1,5 meter selama 30 menit. Kemampuan itu diharapkan menunjang aktivitas sehari-hari para pengguna Note 7.
Tapi kenyataannya, baterai telepon itu bermasalah sehingga AS harus menariknya dari pasaran. Bagaimana dengan pasar di Indonesia? (AN/KB)
