Teka-Teki Ali dan Unta Jantan
MIMBAR-RAKYAT.com (Jakarta) Teka-Teki Ali dan Unta Jantan.Siang terik tanpa angin, panasnya menampar muka. Ali pulang kelelahan, usahanya hari itu tak menghasilkan apa-apa. Jangankan keuntungan, satu daganganpun tak juga didapatkan. Isterinya , Fatimah dirumah melihat siratan kemurungan, namun tetap menyambutnya dengan segelas air. ” Sayang, adakah makanan dirumah, rasanya lapar sekali hari ini ?”
“Sayang sekali suamiku. Tak ada apa-apa dirumah. bahkan untuk anak-anak kita belum juga ada yang bisa diberikan,” Jawab Fatimah. Tetapi wanita ini segera bergegas membuka dompetnya, ” Tapi ini ada a 6 dirham dari Salman sebagai upah saya memintal. Tunggu ya biar Sepertui aku belikan makanan , sekalian untuk anak-anak kita ,Hasan dan Husain.
” Mari , biar aku saja yang beli. Mana uang itu?. sahut Ali sembari beranjak.
Fatimah segera menyerahkan uang 6 dirham kepada Ali.
Belum juga sampai ditempat juala makanan, Ali bertemu seorang laki-laki yang kelihatannya dalam perjalanan. Bajunya kusut berdebu, mukanya berpeluh. Lelaki asing itu menghampiri Ali yang belum pernah mengenalnya sambil mengatakan,”Apakah Anda bersedia meminjamkan uang kepada saya. Karena saya kehabisan bekal dan dari kemarin belum menyentuh makanan apapun. Siapa yang mau meminjamkan karena Allah, sesungguhnya Tuhan Yang Maha Pengasih dan selalu menepati janji?”
Aneh kata-katanya. Seperti teka-teki Ali. Tetapi Ali seperti tersihir. Bukan, bukan tersihir. Tepatnya tersentuh sehingga tanpa berpikir dua kali ia berikan 6 dirham yang ditangannya kepada lelaki asing itu. Ia lupa tujuannya untuk membeli makanan untuk keluarganya.
Tanpa berpikir panjang, Ali menyerahkan uangnya yang 6 dirham kepada laki-laki itu. Ia juga tidak berpikir jawaban apa yang akan dikatakan pada isterinya. Lalu ia pulang dengan gontai dengan tangan hampa. Fatimah yang mengetahui kedatangannya menyongsong dengan antusias karena sebentar lagi 2 anaknya akan segera makan .
Tapi manakala ia mengetahui kejadiannya, Fatimah tercenung kecewa. Tapi hanya sesaat. Setelah tahu niat suaminyayang luhur ia segera memahami. Tapi persoalan belum selesai. Anaknya kelaparan. Suaminya juga, apalagi dirinya. Trus gimana dong…
Ali juga tak tahu harus bagaimana. Tatapi bukan kepanikan apalagi kebingungan, Rasa tenang dan damai justru merayapi hati, meski pikiran tetap buntu. Ali tahu pikiran buntu tak harus diendapkan di rumah. Kakinya seperti dituntun kekuatan di luar dirinya, melangkah keluar rumah.
Penjual Unta
“Mau kemana Bang ?,” tanya isterinya
“Mencari rizqi Allah.” kata Ali sekenanya.
Ali sesungguhnya memang tak tahu harus kemana. Obyekannya seharian tak menghasilkan apa-apa. Sedikit upah yang didapat isterinya justru sudah dipinjamkan kepada seorang yang tak jelas identitasnya.
Melangkah pelan dipinggir jalan berdebu, Ali lebih ke pinggir lagi tatkala berpapasan dengan