Mimbar-Rakyat.com (Kuningan) – Direktur Perumda AU (PDAU) Kuningan Dr. Nana Sutisna memberikan tanggapan soal aksi unjuk rasa menilai kurang optimalnya kepemimpinannya di BUMD tersebut oleh Gerakan Masyarakat Bersatu (Gemasku Bersatu) yang digelar Senin, (27/9) kemarin, di halaman kantor PDAU Kuningan.
“Saya mencoba memberikan hak jawab saya sebagai direktur perumda, usia saya di perumda itu baru satu tahun. ada tiga fase, fase yang pertama perumda didirikan tahun 2020, fase kedua sudah tiga kali pergantian kepengurusan. dan Saya adalah orang ke-empat yang memimpin PDAU,” jawabnya di depan awak media, Selasa (28/9/2021) di Cijoho, Kuningan.
Soal tudingan dirinya selama ini tidak berbuat apapun, hal itu menurutnya tidak benar sebab selama satu tahun dirinya bekerja, pihaknya telah membuat melegalkan lima obyek wisata yang berada di kawasan TNGC. “Selama 10 tahun sampai 2016, PDAU mendapatkan setoran modal sebesar Rp. 9,5 Miliar, maka dari 2010 – 2019 direksi yang lama telah belum punya izin. Dan saya memberesi semua selama satu tahun,”ujarnya
Dengan demikian, dijelaskan Dr Nana, pihaknya membereskan terlebih dahulu perizinan yang ada. “Maka saya dalam satu tahun itu, saya tidak berani meminta dana penyertaan kembali, karena saya tidak mau seperti yang dulu meminta dana, sedangkan Obyek wisata masih belum legal. Maka dalam masa itu, saya mengaman investasi seperti izin , PBHTB, agar wisata itu terus berjalan,” tambahnya.
Di masa kepemimpinnya pihaknya meminta APBD, dan tidak berani meminta karena harus membenahkan tata kelola keuangannya. pihaknya menjelaskan saat ini Perumda AU sedang dalam pembenahan yang mendasar dalam semua lini. “Butuh keinginan dan dukungan kuat untuk mengembangkan Perumda AU yang diharapkan dapat turut menjadi motor kebangkitan perekonomian Kabupaten Kuningan,” ujarnya.
Selain itu, Nana menegaskan tudingan nepotisme kepada dirinya dengan mengangkat anggota keluarganya di jajaran PDAU adalah tidak benar.
“Karena ini sudah menyerang pribadi Saya, maka Saya wajib meluruskan (soal tudingan nepotisme ini), ” ujar Nana.
Menurutnya putranya yang bernama Gema, bukanlah karyawan tetap Perumda AU sebagaimana yang disebut-sebut oleh warga yang mendemo kantornya.
“Gema bukan karyawan, tapi sebagai bagian dari Tim percepatan pembangunan strategis Perumda. Pak, dia itu dikasih honor hanya buat transport saja, yang jumlahnya tidak jauh dengan honor THL sebagaimana umumnya, ” jawabnya.
Maka, kalaupun dirinya menetapkan Gema ini sebagai salah seorang kepala unit wisata di salah satu bagian PDAU, diakuinya itu adalah saran dari pihak lain.
“Saya tidak pernah mendudukkan anak Saya sebagai pimpinan unit. Karena Saya faham ada UU nomor 13 tahun bahwa tidak boleh ada hubungan keluarga (dalam perekrutan pegawai). Maka kalau Saya tetapkan Gema, memang dia Profesional, ” paparnya.
Ia menjelaskan sumbangsih pekerjaan anaknya untuk Perumda AU sedang merintis satu sistem merchant aggregator yang bekerjasama dengan link aja.
“PDAU kan enggak punya uang saat ini, maka saat ini kita sedang memproses pembangunan satu anak perusahaan bernama Kuningan Investama, dan kita telah jalin kerjasama dengan merchant aggregator link aja ini, maka kita dibenarkan untuk menghimpun dana dari masyarakat, ” jelasnya.
Hari ini, imbuh Nana, anak perusahaan itu sudah berdiri dan yang mengerjakannya adalah Gema, anaknya, yang hanya dibayar untuk ongkos saja.
Ia meyakinkan bahwa keberadaan dirinya sebagai Direktur di Perumda AU adalah buka untuk mencari uang untuk pribadi dan keluarganya.
“Kalau Saya di PDAU itu niatnya ingin membangun, lho. Kalau Saya mau get money, bukan di sini, ” tandasnya.
Keberadaan anaknya di bagian perusahaan juga diakuinya sudah diberhentikan. Karena anaknya hanya sebatas membantu Tim percepatan pembangunan strategis Perumda.
“Saya tidak menempatkan Gema ini sebagai karyawan (pegawai dengan perjanjian kerja tetap). Dia sewaktu-waktu bisa Saya berhentikan dan saat ini pekerjaannya sudah selesai, ” pungkasnya. (Dien)