MIMBAR-RAKYAT.COM (cirebon) – Salah satu terduga ‘calon pengantin bom’ teroris, DYN yang ditangkap Densus 88 di Bekasi pada Sabtu (10/12), wanita asal Cirebon, Jawa Barat. Rumahnya di Blok Jati Waluyo, Desa Bakung Lor, Kecamatan Jamblang. Tapi DYN jarang pulang ke kampungnya.
DYN lebih banyak tinggal di Bandung berjualan ikan. Baru pada 2011, DYN pulang ke Cirebon untuk merawat ayahnya yang sakit. Kondisi ekonomi keluarga DYN terus merosot. Akhirnya sebagai anak pertama dari pasangan AS 50 dan DYT, 48, dia memutuskan berangkat menjadi TKW pada tahun 2012.
“Dia datang ke balai desa untuk ngurus administrasi berangkat menjadi TKW ke Taiwan. Tapi berangkat atau nggaknya saya juga tidak tahu,” kata Kuwu (Kades) Bakung Lor, Watma pada wartawan, Minggu (11/12).
Pemdes sendiri mengetahui kasus tersebut dari Polsek Klangengan yang menanyakan tempat tinggal dari DYN di Bakung Lor. Namun pihak Pemdes belum memberitahukan peristiwa penangkapan DYN kepada pihak keluarga. Karena keluarga hanya diberi tahu DYN terkena razia yustisi.
“Orangtuanya sedang sakit, kita khawatir jika disampaikan akan terjadi hal-hal yang tidak diinginkan,” kata Watma. Di mata masyarakat sekitar, DYN adalah warga yang baik dan dikenal dekat dengan keluargannya, meskipun kerapkali terlihat tertutup.
“Setahu kami, DYN memang dikenal baik oleh warga dan sering sekali membantu orang tuannya. Tapi kami tidak tahu penyebabnya apa, tiba-tiba dia (DYN, red) ikut dalam jaringan teroris dan ditangkap polisi,” katanya.
Sementara Kaur Kesra Desa Bakung Lor, Abdul Hamid mengatakan, berdasarkan keterangan yang didapat dari keluarga, DYN merantau mengajar Bahasa Inggris dan Bahasa Arab di Jakarta setelah pulang dari Taiwan.
“Keterangan dari keluarga begitu, katanya ngajar di sekolah, tapi tidak tahu sekolah apa,” ujarnya.
Kondisi ekonomi keluarga DYN yang tak kunjung membaik membuat DYN akhirnya menjadi tulang punggung keluarga. DYN yang kemudian menopang ekonomi keluarganya.
“Keluarganya tidak menjelaskan secara pasti, apakah DYN rutin mengirim uang atau tidak, tapi katanya dialah tulang punggung keluarga,” paparnya. Suasana di sekitar rumah DYN kemarin lebih ramai dari biasanya.
Sejumlah petugas kepolisian dan TNI nampak berjaga-jaga menunggu Tim Densus 88 yang kabarnya akan melakukan penggeledahan di rumah DYN.
Salah satu keluarga DYN mengaku masih menunggu petunjuk pihak kepolisian. Namun pihaknya meminta agar proses yang dilakukan turut pula memperhatikan kondisi kesehatan orangtua DYN.
“Orangtuanya kan lagi sakit, kalau ada ramai-ramai pasti ngedrop. Kita khawatir nanti sakitnya malah nambah parah. Jadi mohon agar bisa diperhatikan juga kondisi kesehatan orang tuanya,”tukasnya.
Kabid Humas Polda Jawa Barat Kombes Yusri Yunus kemarin mengatakan, DYN merupakan ‘calon pengantin’ yang akan meledakkan bom bunuh diri di Istana Negara.
Tiga terduga teroris dicokok Tim Densus 88 Antiteror Polri di Bintara Jaya, Bekasi, Jawa Barat, (10/12). Mereka menyiapkan bom yang dikemas dalam panci dengan kekuatan tinggi (high explosive).
Densus mendeteksi jaringan tersebut memiliki target meledakkan bom di Istana Negara. Pasukan berlambang burung hantu itu akhirnya memutuskan untuk meledakkan bom di lokasi kejadian.
Dua di antara tiga terduga teroris tersebut adalah laki-laki berinisial NS dan AS. Seorang lainnya perempuan dengan inisial DYN. Ketiganya kini diperiksa intensif.
Mereka dideteksi merupakan jaringan Bahrun Naim, warga negara Indonesia yang bergabung dengan ISIS. Naim juga membiayai aksi teror Thamrin dan Majalengka.
Kapolresta Bekasi Kombespol Umar Fana menjelaskan, dalam rangkaian penangkapan tiga terduga teroris itu, petugas menemukan bom seberat 3 kilogram. Bahan peledak tersebut berkekuatan melebihi trinitrotoluene (TNT).
”Bom tersebut diledakkan di lokasi karena tidak bisa diuraikan tim gegana dan puslabfor. Jenis bom belum diketahui. Tapi, dari bahan-bahannya diketahui, bila meledak, kekuatannya bisa lebih besar daripada TNT biasa,” terang Umar.
Karopenmas Divhumas Mabes Polri Kombespol Rikwanto menyatakan, bom dengan daya ledak tinggi itu ditemukan di kamar kos nomor 104 di Jalan Bintara Jaya VIII, Bekasi yang disimpan dalam ransel.(joh)