Mimbar-Rakyat.com (Jakarta) – Tim WRT menapak ke atas podium untuk keempat kalinya dari enam putaran lomba, setelah Sean Gelael, Robin Frijns dan Rene Rast, naik podium pertama di Bahrain, sekaligus sebagai juara pertama untuk ketiga kalinya, dalam kejuaraan FIA WEC 2022.
Sementara mobil Oreca 07 Gibson lainnya, yang juga tim dari Belgia, yang menyandang nama WRT Real Team, dengan pebalap Rui Andrade, Ferdinand Habsburg dan Norman Nato, berada di urutan kelima (P5).
Tim WRT sudah melakukan hal maksimum yang dapat mereka lakukan untuk memenangi perlombaan, namun faktor nasib memegang peranan penting dan Dewi Fortuna ini lah yang menentukan urutan klasemen pada akhir lomba itu.
Namun demikian, tim Belgia itu menyudahi laga tahun ini masih dalam posisi tinggi, berada di urutan kedua untuk mobil nomor 31. Tak bisa dipungkiri, ini terjadi akibat lomba tidak membuahkan hasil yang dialami mereka pada laga kondang di Le Mans.
Vincent Vosse sebagai Principal Team WRT menyatakan gembira setelah usai laga. “Ini terasa sempurna dalam mengakhiri laga musim ini. Tim sudah melakan hal fantastis. Mobil #31 melakukan lomba yang sempurna, mobil #41 kehilangan sedikit waktu dan peluang pada awal laga tapi bersikukuh untuk tetap naik podium.”
“Kita tahu perjuangan untuk meraih gelar merupakan tantangan keras. Tidak ada ampun, harus ada usaha untuk melakukannya. Tapi kita gagal di Le Mans yang kita harapkan. Tapi secara keseluruhan musim ini amat hebat. Bisa naik podium dan memenangi empat laga, luar biasa. Kita akan bangkit lagi musim berikutnya,” kata Vincent Vosse seperti dilansir dalam laman tim WRT, w-racingteam.com, Minggu.
Tim balap Oreca 07 Gibson Belgia itu membuktikan betapa gigihnya mereka, bahkan sejak sesi latihan bebas kejuaraan FIA WEC 2022 yang berlangsung di Bahrain, akhir minggu ini.
Mobil #31 menempati P1 pada latihan bebas ketiga LMP2, tapi di babak penyisihan, mobil #41 yang tercepat, ketika Norman Nato membuat pole position, yang pertama bagi #41 dan kedua untuk tim WRT. Mobil #31 mengalami kualifikasi frustrasi, berada di P8.
Pada awal lomba, dalam cuaca cukup bagus, mobil pengaman (safety car) bereaksi pada akhir lap pertama, karena mobil GTE melintir dan berada pada posisi berbahaya. Situasi itu membuat Ferdinand Habsburg dalam mobil #41 berada pada P2, sedangkan Sean Gelael dalam mobil #31 menanjak ke P7 kemudian ke P6 setelah pit stop pertama, sedangkan Rui Andrade di tangga ketiga ketika mengendalikan mobil #41. Terjadi pit stop untuk semua pebalap pada lap 34, karena bendera kuning. Rene Rast menggantikan Gelael dan berjuang keras di balik kemudi. Memasuki laga jam kedua, Rast berada di urutan kedua dan Andrade ketujuh.
Situasi laga stabil pada seperempat laga kedua, para pebalap mengalami jarak karena terjadi pit stop dan pergantian pebalap. Pada pertengahan waktu balapan, Robin Frijns dalam mobil #31 memimpin lomba dan mempertahankannya pada stint-nya yang kedua.
René Rast mengambil alih kemudi pada putaran ke-165 dan tetap mengontrol situasi kendati terjadi senggolan kecil dengan mobil LMP2 lainnya. Mobil #41 di urutan keenam ketika Ferdinand Habsburg mengalihkan kemudi kepada Norman Nato dua lap kemudian.
Ketika waktu tinggal satu jam 30 menit, Rast memimpin 40 detik sedangkan Nato di urutan keempat, turun satu lap.
Seusai berlomba Robin Frijns mengatakan, “Setelah mengalami kualifikasi buruk, kami mampu berbuat baik pada perlombaan. Kami menjalani start yang bagus bersama Sean, kemudian dua stint yang dijalani Rene membuat mobil memimpin dan saya berusaha menutup celah kami dan saya berhasil.”
“Lomba terasa lancar. Nah kami memenangi empat race dan enam race tahun ini, tapi sayang kami tidak mendapat gelar juara. Tapi kami amat gembira..amat gembica..dengan hasil ini. Kami akan bangkit lagi tahun depan,” kata Robin.
Sementara Sean Gelael berkomentar, “Saya amat gembira dengan tiga kemenangan dalam musim ini, kendati kami tetap berada di urutan kedua dalam klasemen akhir kejuaraan.”
“Amat menakjubkan dengan apa yang dilakoni tim sepanjang tahun ini. Ini merupakan kompetisi amat ketat dengan tim amat kompetitif. Menakjubkan juga bekerja bersama dengan semua anggota tim.”
Sedangkan René Rast berujar, “Saya amat gembira. Ini yang terjadi pada kami pada akhir musim ini. Kami membuktikan betapa bagusnya tim WRT. Semua terasa sempurna, mobil, pit stop dan strategi. Ini kompetisi tingkat tinggi, Sayang, kami belum berhasil meraih gelar. Tapi semua berjalan dengan bagus.”
Cukup membanggakan
Mengomentari jalannya kompetisi tahun ini, ayahanda Sean, Ricardo Gelael, ketika dihubungi mengatakan, pencapaian Sean dan timnya cukup membanggakan.
“Dengan empat podium dari enam race tahun ini, di antaranya tiga kali juara, cukup membanggakan. Hanya karena DNF di Le Mans yang memiliki double poin lah yang menyebabkan kita gagal mendapatkan gelar juara dunia,” kata Ricardo.
“Tapi itulah balapan. Mobil bagus, driver juga kompetitif, tapi Dewi Fortuna belum berpihak pada kita. Jadi dua tahun berturut-turut kita hanya jadi vice champion,” tambah Ricardo.
“Semoga tahun depan mendapatkan gelar juara dunia, Pak. Apa rencana tahun depan, apakah kira-kira masih bersama tim WRT dan tetap di kelas LMP2?,” demikian ditanyakan.
Ricardo menjawab, “Iya, Sean akan berlaga atas nama BMW WRT pada 2023.” (arl)