Mimbar-Rakyat.com (Jakarta) – Calon presiden (capres) nomor urut 2 Prabowo Subianto menyinggung capres nomor urut 3 Ganjar Pranowo soal keberadaan pupuk yang langka di Jawa Tengah, saat debat pertama di kantor KPU, pada Selasa lalu.
Wakil Ketua Tim Kampanye Nasional (TKN) Prabowo Subianto-Gibran Rakabuming Raka, Habiburokhman menilai jawaban Ganjar saat itu seolah sedang cuci tangan dengan mengatakan jika masalah tersebut tidak hanya terjadi di Jawa Tengah.
“Apa yang disampaikan Pak Prabowo merupakan masukan dari petani di akar rumput di wilayah Jawa Tengah. Mereka rasa sekali karena memang sangat sulit mendapatkan pupuk selama Pak Ganjar menjadi gubernur. Jawaban Pak Ganjar itu untuk cuci tangan, dia tidak bisa membantah pertanyaan yang disampaikan Pak Prabowo, tapi dia menuju daerah daerah lain yang dianggap juga susah pupuk,” kata Habiburokhman kepada awak media, Jumat, 15 Desember 2023.
Menurut Politikus Gerindra itu, justru banyak daerah lain yang tak punya masalah serupa seperti di Jawa Tengah. Baca Juga : Gibran akan ke Kalimantan, Ikuti Jejak Ganjar Kunjungi IKN?
“Padahal banyak daerah lain yang jauh lebih baik dari Jawa Tengah, seperti halnya di Sumatera Selatan, Sumatera Barat, Jawa Barat,” kata Habiburokhman.
Wakil Ketua Komisi III DPR RI itu meyakini jika gaya berpolitik Ganjar tetap seperti itu, justru akan terus menurunkan elektabilitasnya.
“Sebenarnya saya kasihan dengan Pak Ganjar, gaya berpolitik seperti dia akan semakin menenggelamkan elektabilitasnya,” imbuhnya.
Sebelumnya, Ganjar mengatakan kesulitan pupuk tidak hanya terjadi di Jawa Tengah. Ganjar berdalih, Prabowo seharusnya mengunjungi tempat-tempat lain, hal ini untuk mengetahui permasalahan-permasalahan yang terjadi di tengah masyarakat di berbagai daerah.
“Pupuk sampai saya ditanyai sama Pak Prabowo di debat kemarin, sayangnya beliau pikniknya saja kurang jauh. Dikiranya itu terjadi di kampung saya saja, tidak. Untungnya saya berkeliling ke seluruh Indonesia. Saya berkeliling dan mendengarkan langsung dari pelaku yang ada di paling bawah,” kata Ganjar saat dialog dengan Ikatan Nasional Konsultan Indonesia (Inkindo), Kamis kemarin.
Ganjar juga mengklaim, mendengar aspirasi dan permasalahan yang terjadi di masyarakat, adalah anugerah yang diterima sejak dahulu. Ganjar mengaku lahir dari keluarga yang biasa-biasa saja, sehingga mendengarkan kesusahan pedagang pasar maupun petani di sawah, sudah biasa.
“Saya berada dari seperti orang kebanyakan. Susah sudah biasa mendengarkan langsung di pasar, di sawah sudah biasa. Maka kita salah membaca data, dan data sains tidak kita olah akan terjadi salah kaprah,” kata mantan Gubernur Jateng tersebut. (ds/sumber Viva.co.id)