Mimbar-Rakyat.com (Jakarta) – Radhitya Alvaro mungkin tak pernah menyangka malam pertengahan November lalu menjelma malam yang menakutkan sepanjang hidupnya.
Dia menjadi korban yang lolos dari maut dari tabrakan beruntun di kawasan Parung Panjang, Kabupaten Bogor, Jawa Barat. Ada enam kendaraan yang ringsek akibat kecelakaan tersebut. Sopir yang membawa truk malam itu, tewas seketika.
“Sopir itu kelahiran 2004, masih 19 tahun,” kata Radhitya. “Saat kecelakaan dia terjepit. Saya ikut membantu evakuasi.”
Radhitya merupakan pemuda asal Parung Panjang. Malam itu, dia beserta keluarganya baru saja pulang ziarah dari Cirebon, Jawa Barat. Dia ingat benar kejadian itu bermula pada jam 23.40 WIB di jalan Mohamad Thoha, saat mobilnya hampir sampai di tikungan yang menanjak.
Imbas kecelakaan malam itu, antrean truk hingga mobil pribadi langsung mengular sampai lewat tengah malam.
Sejumlah pengendara mematikan mesin mobilnya karena terlalu lama menunggu. Sebagian mereka menanti hingga dua jam lebih untuk melintasi jalan Mohamad Thoha hingga Sudamanik di Parung Panjang.
Cerita korban tewas akibat tabrakan bukan hal baru di Parung Panjang. Juga soal truk-truk –sebagian besar bertonase raksasa pengangkut batu andesit dan pasir– yang tak pernah absen melintas di kawasan itu.
Gara-gara mereka pula, jalan jadi rusak dan bikin lubang-lubang besar menganga.
Belum lagi soal sopir di bawah umur ugal-ugalan yang belum bisa dituntaskan hingga hari ini. Musim hujan bahkan lebih horor. Jalanan licin dan lubang jalan yang tertutup genangan bikin pengendara sepeda motor ekstra waspada kalau tak mau celaka.
Masalah yang dihadapi Radhitya juga sama seperti kejadian empat tahun sebelumnya: sopir tembak di bawah umur yang nekat mengemudikan truk hingga ‘Transformer’. Nama terakhir adalah sebutan warga lokal bagi truk pengangkut batu dan pasir skala besar.
Pada 2019, anggota Polres Bogor menilang sopir anak berusia 15 tahun saat melewati jalanan Desa Lumpang, Parung Panjang. Saat itu polisi memutuskan untuk menahan truk di kantor Polsek. Aparat mengidentifikasi sopir ‘bocil’ itu nekat membawa truk akibat putus sekolah dan tak punya aktivitas apa-apa.
Namun, masalah ini juga tak sekadar soal kemacetan dan tetek bengeknya.
Ledakan pembangunan perumahan dan kawasan bisnis di Kabupaten Tangerang hingga Kabupaten Bogor dinilai jadi salah satu pemicu lonjakan kebutuhan material.
Rumahdotcom misalnya, mencatat indeks suplai properti di Kabupaten Tangerang mencapai angka 260,6 pada Kuartal III/2022, naik 12,6 persen dibanding Kuartal II/2022 yakni 231,4.
Sementara untuk Kabupaten Bogor, indeksnya naik sebesar 1,1 persen pada Kuartal IV/ 2022 yakni menjadi 129,8 dari sebelumnya 128,4.
Perumahan baru muncul di sejumlah kawasan macam Sepatan, Cisauk, Cikupa hingga Curug, Sementara di Kabupaten Bogor, pembangunan terbentang dari Cibinong, Cilengsi dan Parung Panjang. Intinya, sepanjang pasokan dan permintaan perumahan meningkat, maka relatif meningkat pula kebutuhan bahan material, macam batu andesit.
“Permintaan terhadap rumah di bawah Rp500 juta masih tinggi,” demikian pernyataan Rumahdotcom. “Pengembang percaya diri terhadap daya beli konsumen.”
Bupati Bogor terpilih 2018-2023 Ade Yasin sebelumnya mengatakan pihaknya punya solusi jangka pendek dan panjang untuk masalah truk tronton.
Dia mengakui lalu-lalang kendaraan itu bikin banyak masalah, mulai dari macet hingga korban tewas. Selain berkoordinasi dengan Pemerintah Kabupaten Tangerang, Ade menuturkan, pemerintah kabupaten juga menyiapkan jalur khusus tambang sepanjang 18,5 kilometer.
“Truk tronton satu dari banyak faktor terjadinya kecelakaan lalu lintas,” kata Ade seperti dilansir Antara pada Desember 2018. “Bagaimana kalau ada yang mau ke rumah sakit?”
Namun sejak janji Ade pada 2018 hingga peristiwa kecelakaan yang menimpa Radhitya November lalu, jalur khusus tambang tak jua ada.
Gubernur terpilih 2018-2023 Ridwan Kamil juga awalnya mengatakan hal serupa ketika melantik Ade lima tahun lalu. Dia menuturkan pemerintah kabupaten sudah punya ‘kekuasaan penuh’ untuk menuntaskan masalah Parung Panjang.
“Kita lihat, nanti setelah dilantik punya full power, untuk menyelesaikan masalah Parung Panjang,” kata Ridwan kala itu. “Kebetulan bupatinya baru, saya titipkan dulu.”
Pada 2021, Pemerintah Kabupaten Bogor menerbitkan aturan bupati nomor 120 tentang pembatasan waktu operasional truk angkutan barang. Aturan itu menegaskan truk hanya bisa beroperasi pada jam 20.00-05.00 WIB.
Namun, peraturan ini hanya jadi macan kertas.
Truk-truk raksasa itu tetap saja melintasi jalan Mohamad Thoha hingga Sudamanik sejak pagi hingga sore hari. Malam biasanya lebih mengerikan: truk-truk tersebut parkir di kedua sisi jalan hingga mengular puluhan kilometer. Ini yang akhirnya menyebabkan kemacetan berjam-jam di malam hari.
“Kemana para petugas ketika dibutuhkan?” protes salah seorang warga.
“Puluhan ton truk itu sudah bertahun-tahun kok enggak ditindak?” kata Ule Sulaiman, Ketua Parung Panjang Bersatu. “Harus punya integritas dong, jangan bohong melulu.”
Peristiwa demi peristiwa pun terjadi silih berganti; truk terjengkang, as roda kendaraan berat yang patah, truk yang terperosok ke sawah, ‘Transformer’ yang menubruk dinding sekolah serta rumah warga, korban tertabrak, bahkan terlindas hingga tewas.
Lantas, mengapa tambang batu andesit tetap diburu?
Bisa jadi hal ini terkait ‘harta karun’ yang dimiliki Jabar, khususnya Kabupaten Bogor. Wilayah itu memiliki jumlah cadangan bahan galian tambang bebatuan miliaran ton dan bisa digunakan hingga sekitar 43 tahun mendatang.
Bisa jadi, ini pula yang membuat pengusaha berbondong-bondong ingin mengantongi izin tambang. Dan batuan andesit, memang terkenal sempurna untuk bahan bangunan.
Berdasarkan data Dinas Bina Marga dan Penataan Ruang (DBMPR) Jabar, ada sedikitnya 58 pemegang izin usaha tambang galian bebatuan yang aktif.
“Jumlah cadangan bahan galian tambang batuan mencapai 1,96 miliar ton,” demikian data DBMPR. “Untuk memenuhi kebutuhan pembangunan di Provinsi Banten, DKI Jakarta dan Jawa Barat.”
Celakanya, Ade Yasin dicokok Komisi Pemberantasan Korupsi (KPK) pada April 2022.
Dia akhirnya terbukti bersalah dan dihukum empat tahun penjara karena menyuap pegawai Badan Pemeriksa Keuangan (BPK) untuk laporan keuangan Kabupaten Bogor. Tapi nasib Ade yang mendekam di penjara, mungkin lebih jelas dibandingkan janjinya membangun jalur khusus tambang.
Dia menegaskan proses peletakan batu pertama jalur tambang dimulai pada Desember 2022 dan nantinya berbentuk tol berbayar sepanjang 13-15 kilometer. Kang Emil, demikian dia disapa, menjanjikan jalan selesai pada 2023 sehingga tak ada lagi masalah antara truk dan kendaraan pribadi.
“Jika selesai, Insya Allah tak ada lagi konflik antar kendaraan umum/pribadi dengan truk-truk batu,” kata dia dalam Instagram pada September 2022.
Namun setahun kemudian, Kang Emil resmi berhenti jadi gubernur Jawa Barat dan digantikan oleh pejabat sementara, Bey Machmuddin. Pada 17 November 2023 atau tepat tiga hari setelah kecelakaan maut enam kendaraan beruntun di Parung Panjang, Emil diumumkan menjadi Ketua Tim Kampanye Daerah pasangan Prabowo Subianto-Gibran Rakabuming untuk wilayah Jawa Barat.
Posisi Kang Emil mungkin terus menjulang seiring dengan perjalanan Pilpres 2024, tapi belum tentu bagi nasib warga Parung Panjang. Hingga hari ini, jalur khusus tambang tak jua selesai seperti yang ditegaskan setahun sebelumnya. Atau seperti janji lima tahun lalu, oleh mantan Bupati Bogor Ade Yasin yang kini masih meringkuk di penjara.
Sementara itu Kementerian PUPR pun angkat tangan.
Juru Bicara Kementerian PUPR Endra S Atmawidjaja menyebut jalan rusak yang dimaksud merupakan jalan provinsi sehingga jadi kewenangan pemerintah daerah.
“Itu kan memang banyak kecelakaan, kita juga monitor dari media. Tapi kan secara kewenangan kita nggak bisa masuk ke situ,” kata Endra di kompleks DPR RI, Senin lalu.
Ia menyarankan Pemerintah Provinsi dan Pemerintah Kabupaten terkait segera menyelesaikan persoalan jalan khusus tambang itu, kemudian mengusulkannya kepada PUPR untuk ditangani dengan Inpres Jalan Daerah (IJD).
Di Parung Panjang, motor harus berebut jalan dengan truk-truk tambang. (CNN Indonesia/Andry Novelino)
Data resmi mencatat proses jalur khusus tambang senilai Rp600 miliar itu baru memasuki pembebasan lahan sebesar 90 persen. Jalan itu diproyeksikan akan melayani sedikitnya 3.340 truk yang kini bolak-balik di kawasan Parung Panjang.
Namun tampaknya proyek itu masih jauh dari kata selesai.
Skema pembiayaan dari konsorsium pengusaha tambang masih maju mundur. Belum lagi proses konstruksi jalan dan jembatan Segmen I; lahan segmen I, konstruksi jalan Segmen II, lahan segmen II, overpass, interchange dan kebutuhan lahan lainnya hingga Segmen IV. Tak lupa, biaya pemeliharaan dan operasional juga masuk hitungan.
Senin 21 November ratusan warga demonstrasi di depan Kantor Kecamatan Parung Panjang.
“Tuntutan kita satu,” teriak salah satu orator. “Tuntutan jalur tambang.”
“Jalur tambang harga mati.”
“Takbirrr!”
Aksi itu akhirnya menghasilkan tiga poin kesepakatan. Ini terdiri dari waktu operasional truk jam 22.00-05.00 WIB dengan penjagaan portal 24 jam; perbaikan jalan yang rusak; dan terakhir adalah pelaksanaan janji membangun jalur khusus tambang.
Namun sepertinya, kompromi tinggal kompromi. Pada Senin siang selepas demo bubar, antrean truk ‘Transformer’ tetap mengular di pinggir jalan. Satu demi satu mesin mereka mulai menderu, melintas di Parung Panjang seolah tak terjadi apa-apa.
Dan Radhitya Alvaro pun masih mengenang malam pertengahan November lalu sebagai malam yang menakutkan.
Dia juga mengingat-ingat macam tak ada perubahan penting di Parung Panjang sejak tabrakan beruntun itu menimpa dirinya. Truk-truk bebas berkeliaran pagi dan siang. Jalan rusak dan lobang menganga dibiarkan. Kecelakaan pun mengintai bak malaikat pencabut nyawa. (ds/sumber CNNIndonesia.com)