Monday, September 16, 2024
Home > Featured > Tulisan dan gambar kok dilombakan di Porwanas?, Catatan A.R. Loebis

Tulisan dan gambar kok dilombakan di Porwanas?, Catatan A.R. Loebis

Pengumuman karya tulis pada penutupan Porwanas XIV Banjarmasin, 25 Aggustus 2024, (arl)

Seorang teman merasa heran dan bertanya: Kok ada lomba tulisan, foto dan video di Pekan Olahraga Wartawan Nasional (Porwanas)?

Dalam benaknya mungkin terbayang kata “olahraga”, sehingga yang ditandingkan hanya lah cabang olahraga, seperti halnya yang diadakan di PON dan olahraga multi-event besar lainnya.

Pada Porwanas XIV di Banjarmasin, Kalsel, 19-25 Agutus 2024, ditandingkan 12 cabang olahraga, diikuti 1000 lebih wartawan atlet dari semua Siwo PWI se-Tanah Air. Cabang baru yang dilombakan ya lomba jurnalistik videografi dan radio, sedangkan foto dan tulis pernah dilangsungkan pada Porwanas sebelumnya di Malang, Jawa Timur.

Lomba jurnalistik ini terasa istimewa, karena para juaranya diumumkan bertepatan dengan acara penutupan, sehingga semua anggota kontingen yang mengikuti lomba menantikan dengan serius dan berdebar.

Acara ini meriah, karena panitia menyediakan obyek lomba, yaitu Geopark Meratus – yang dikunjungi seluruh peserta lomba dan meliput langsung apa yang disaksikan mereka, baik berupa alam dan aneka ragam budaya lokal dan seni budayanya.

Semua para peserta lomba berangkat bersama panitia dari satu titik tertentu dan dari sinilah para wartawan mulai bekerja: menulis, memotret, mengambil gambar video dan mengisi suara rekaman radio.

Mereka melewati jalan darat, naik perahu bermotor atau kelotok, turun ke darat dan dibonceng naik sepeda motor menuju berbagai lokasi, sembari menyaksikan alam, tradisi makan bersama di pedasaan, cara penduduk membatik menggunakan dedaunan, dan berbagai hal lain termasuk semacam balai tempat makhluk halus bertemu di masa laloe.

Giat sehari penuh ke Geopark Meratus, yang sedang diusahakan dengan serius masuk salah satu geopark yang diakui Unesco itu, tentu membawa kesan mendalam bagi semua peserta lomba. Geopark Meratus merupakan geopark nasional pertama di Kalimantan, memiliki 67 geosite yang tersebar di 10 kabupaten / kota.

Di sinilah kepiawainan para peserta sebagai jurnalis dilombakan. Bagaimana cara mereka memindahkan keindahan alam, budaya, tradisi lokal, dari sudut pandang masing-masing ke dalam karya jurnalistik.

Kepekaan sebagai wartawan, yang ditunjukkan lewat unsur skill (kemahiran) , knowledge (pengetahuan) dan awareness (kesadaran) dan yang tak kalah pentingnya “the sense of news”, amat berperan dalam proses lahirnya karya jurnalistik dan produk akhir dari semua unsur inilah yang kelak akan dinilai.

Perebutan medali

Perlombaan jurnalistik Porwanas XIV merebutkan medali untuk tiap kategori, jadi setiap peserta yang mengikuti lomba adalah jurnalis pilihan pada bidangnya masing-masing.

Jangankan para peserta lomba, para juri yang menilai tiap kategori pun harus bekerja keras melakukan tugasnya – mengeluarkan ilmu dan kemampuan masing-masing sesuai latar belakang dan pengalaman di masing-masing bidang.

Penunjukan juri dengan SK dari PWI Pusat mencerminkan keberadaan para juri di tiap kategori – berasal dari kalangan wartawan senior dan para profesional.

Pada lomba videografi , misalnya, karena penulis ada di tim ini, berlangsung ketat. Pada hari pertama dari pagi hingga malam melakukan verifikasi kriteria, Pada hari kedua melakukan penilaian produk jurnalistik para peserta, yang sudah disiarkan di media masing-masing.

Karena ketatnya kriteria, tambahan yang kami nilai, bukanlah sejenis laporan perjalanan, melainkan videografi feature, maka untuk satu peserta saja harus diputar berulang-ulang.

“Jangan sampai pemirsa dibuat bertanya-tanya. Narasinyan harus jelas, penggalan kata-kata harus mencerminkan gambar. Ngomong pohon tinggi harus dilihatkan ketinggian pohon itu dari bawah hingga atas,” itu kira-kira salah satu pandangan dalam rapat penilaian juri.

Mengamati dan membicarakan tayangan videografi dari pagi hingga siang dan petang sampai malam, bukannya menurun tensi dan intensitasnya, melainkan semakin tajam.

Tim juri karya jurnalistik jenis videografi sedang melakukan penilaian untuk delapan produk yang masuk pada panitia. (arl)

Penilaian memasuki sisi kualitas konten tayangan serta kualitas video (8 judul) yang masuk ke panitia. Di dalamnya t ermaktub penilaian alur dan skenario, judul, kelengkapan berita, keselarasan tema, ketajaman gambar, kreativitas, sekuens editing, inter-cut dan beberapa lainnya.

Dari penilaian sisi narasi dan visual ini adalah : seberapa jauh pesan (message) yang disampaikan dapat ditangkap pemirsa. Seberapa jauh pesona dan eksistensi Geopark Meratus dapat diketahui penonton.

“Syukurlah kita dapat menyelesaikan tugas kita ini dalam waktu yang sudah ditentukan,” kata rekan juri video, Jimmy S Harriyanto. Rekan lainnya, Suhendar, menyatakan kerja keras ini amat bermanfaat, utamanya untuk lomba dan penilaian pada Porwanas XV yang direncanakan di Sumatera Utara pada 2027.

Jimmy dan koordinator juri video, Syamsul Alam S, dengan senada mengatakan jurnalistik video merupakan jurnalistik masa depan yang amat digandrungi kalangan generasi muda (milenial). “Mereka tidak suka lagi membaca. Mereka suka menyaksikan video dan membuat video. Jurnalistik video ini amat perlu dan menjadi jurnalistik masa depan,”: kata Jimmy.

Koordinator im juri videografi, Syamsul Alam pun akhirnya juga menarik nafas lega, karena kerja selama dua hari itu berlangsung sesuai rencana. “Kita bahkan sudah bekerja jauh hari sebelumnya dan syukur acara kita ini sukses,” kata Syam. Dapat dibayangkan situasi lebih seru pasti terjadi pada penilaian kategori lain, karya tulis, karya foto dan siaran radio.

Pemenang karya jurnalistik jenis videografi itu adalah Donny Rahmad dari TVRI Yogyakarta, Salsanabila CP dari Kompas TV mndapat medali perak dan Novi Balga dari media online Lampung berhak atas medali perunggu,

Dengan demikian, tidak salah bila disimpulkan lomba karya jurnalistik di Porwanas, merupakan inti dari perlombaan yang sesungguhnya.

Pekerjaan wartawan sehari-hari adalah menulis, memotret, mengambil gambar video, bersuara untuk radio. Inilah roh dalam profesi jurnalistik dan ini pantas dilombakan.

“Ya benar, kita kan bukan atlet sungguhan. Tidak pula untuk mencetak atlet. Lomba itu hanya ajang pertemuan silaturahim wartawan. Lomba karya jurnalistik lah yang pantas untuk kita. Lomba 5W 1 H dengan berbagai unsur lainnya,” kata seorang teman.

Ketua Dewan Juri Jurnalistik Porwanas XIV, Raja Pane, pada pertemuan teknis menjelang lomba menyatakan ia yakin cabang jurnalistik ini akan menjadi primadona pada Porwanas berikutnya.

“Setelah Porwanas berlangsung untuk ke-14 kalinya, baru kali inilah lomba karya jurnalistik dilombakan. Selain tanding cabang lain untuk silaturahim kita, cabang karya jurnalistik inilah sebenarnya lomba nyata dari kita untuk kita, sesuai dengan profesi kita,” kata Raja.

Ini lah semacam jawaban atas pertanyaan teman seperti terantum pada judul artikel ini. Karya jurnalistik..ya karya jurnalistik. Olah fisik dan olah pikir dan keterampilan.  . .

Selamat berlomba karya jurnalistik kepada para jurnalis se-Indonesia pada Porwanas 2027.  (arl)

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *

Hallo kawan, silahkan klik tombol Like / Follow untuk mendapatkan berita dan tulisan terbaru