Siapa yang memohon, Aku akan memenuhi permohonannya.
Siapa yang kembali kepada-Ku (Taa-ibin, taubat) maka Aku akan menerimanya.
Siapa yang memohon ampunan (maghfirah) atas dosa-dosanya, maka Aku akan mengampuninya.
Pada malam yang ditetapkan Allah sebagai Lailatul Qadr
Allah memerintahkan Jibril dan rombongan besar malaikat turun ke bumi.
Jibril turun dengan membawa panji hijau yang kemudian diletakkan di punggung Ka’bah.
Ia mempunyai 600 sayap, dua di antaranya tidak pernah dipergunakan kecuali pada Lailatul Qadr, yang bentangan dua sayapnya itu meliputi timur dan barat.
Jibril memerintahkan para malaikat untuk mendatangi umat Nabi Muhammad SAW.
Mereka mengucapkan salam pada setiap orang yang beribadah dengan duduk
berdiri dan berbaring, yang sedang shalat dan berdzikir
dan berbagai macam ibadah lainnya pada malam itu.
Mereka menjabat tangan
mengaminkan doa umat Nabi Muhammad SAW hingga terbit fajar.
Ketika fajar telah muncul di ufuk timur
Jibril berkata, “Wahai para malaikat, kembali, kembali!!”
Para malaikat enggan beranjak dari kaum muslimin yang sedang beribadah kepada Allah.
Ada kekaguman dan keasyikan berada di tengah-tengah umat Nabi Muhammad SAW.
yang di antara berbagai kelemahan dan keterbatasannya
berbagai dosa dan kelalaiannya
mereka tetap beribadah mendekatkan diri kepada Allah
tidak pernah berputus asa dari rahmat Allah.
Mendengar seruan Jibril untuk kembali, mereka berkata, “Wahai Jibril, apa yang diperbuat Allah untuk memenuhi permintaan (kebutuhan) orang-orang yang mukmin dari umat Nabi Muhammad ini?’
Jibril berkata,
Sesungguhnya Allah melihat mereka dengan pandangan penuh kasih saying
memaafkan dan mengampuni mereka, kecuali empat macam manusia …!”
Mereka berkata,
“Siapakah empat macam orang itu?”
Jibril berkata,
“Orang-orang yang suka minum minuman keras (khamr, alkohol, narkoba dan sejenisnya)
orang yang durhaka kepada orang tuanya
orang yang suka memutuskan hubungan silaturahmi, dan kaum musyahin!!”
Para malaikat puas dengan penjelasan Jibril
mereka kembali naik ke langit
ke tempat dan cara ibadahnya masing-masing seperti semula.
Ketika Nabi SAW menceritakan hal ini kepada para sahabat
salah seorang dari mereka berkata, “Wahai Rasulullah, siapakah kaum musyahin itu?”
Nabi SAW bersabda
“Orang yang suka memutuskan persaudaraan
orang yang tidak mau berbicara karena perasaan marah
dendam dan sejenisnya kepada saudaranya lebih dari tiga hari!!”
Malam berakhirnya Ramadhan
saat buka puasa terakhir dan memasuki malam Idul Fitri
Allah menamakannya dengan Malam Hadiah (Lailatul Jaa-izah)
Ketika fajar menyingsing
Allah memerintahkan para malaikat untuk turun
menyebar ke seluruh penjuru negeri-negeri
yang di dalamnya ada orang-orang yang berpuasa.
Mereka berdiri di jalan-jalan dan berseru
dengan seruan yang didengar oleh seluruh mahluk kecuali jin dan manusia
“Wahai umat Muhammad, keluarlah kamu kepada Tuhan Yang Maha Pemurah, yang memberikan rahmat begitu banyak dan mengampuni dosa yang besar!!”
Ketika kaum muslimin keluar menuju tempat-tempat shalat Idul Fitri
Allah berfirman kepada para malaikat
“Wahai para malaikat-Ku
apakah balasan bagi pekerja jika ia telah menyelesaikan pekerjaannya??”
Mereka berkata,
“Ya Allah, balasannya adalah dibayarkan upah-upahnya!!”
Wahai para malaikat
Aku persaksikan kepada kalian semua
balasan bagi mereka yang berpuasa di Bulan Ramadhan, dan shalat malam mereka
adalah keridhaan dan ampunan-Ku!!”
Wolohualam.
***
(Disarikan dari Fadhilah Amal – Oleh Maulana Muhammad Zakariyya Al-Kandahlawi, Rah. A / update mimbar-rakyat.com, 2015 – 2021 oleh A.R. Loebis)