MIMBAR-RAKYAT.Com (Jakarta) – Wakil Presiden Maruf Amin menyatakan jika lingkungan pendidikan pesantren lebih aman dibuka saat tatanan hidup baru atau New Normal ketimbang sekolah. Namun dengan catatan, setiap pesantren mesti menerapkan protokol kesehatan yang ketat agar tidak menjadi kluster baru penyebaran Virus Corona atau Covid-19.
Maruf menjelaskan, sekolah lebih rentan dibuka di tengah New Normal karena para murid, guru ataupun pegawai tidak hanya mengunjungi satu tempat saja.
Dia mencontohkan, siswa akan pergi ke sekolah dari rumahnya menggunakan transportasi pribadi ataupun umum. Pasti mereka akan bertemu dengan orang lain. Kemudian sampai di sekolah mereka pun akan bertemu dengan siswa lainnya yang juga berasal dari daerah berbeda.
Aktivitas seperti itu dikhawatirkan akan mengancam anak ketika sekolah dibuka saat ini. Berbeda lagi dengan pesantren yang menjalankan sistem sekolah dengan tinggal di asrama.
Lebih lanjut, Maruf mengemukakan protokol kesehatannya sudah ditata dengan baik, maka siswa atau santri harus menjalani tes kesehatan terlebih dahulu sebelum masuk pesantren untuk waktu yang cukup lama. Setelah itu kunjungan dari luar pun harus dibatasi.
“Sebenarnya pesantren lebih aman. Tetapi memang harus disiapkan. Jangan begitu datang tanpa ada pemeriksaan, ada tamu masuk. Itu yang harus dijaga,” kata Maruf dalam konferensi pers yang diselenggarakan secara virtual pada Senin (8/6/2020).
Berbicara soal sekolah, Maruf menyebut kalau pemerintah masih menggodok kapan dan bagaimana apabila sekolah dibuka usai ditutup hampir tiga bulan lebih karena adanya pandemi Covid-19.
Maruf tidak memungkiri apabila belajar dari rumah tidak berjalan begitu mulus dengan berbagai kendala, khususnya karena akses internet yang belum merata di seluruh daerah di Indonesia.
Seandainya sekolah dibuka, maka harus dipertimbangkan sesuai dengan masing-masing zona di daerah. Zona yang paling memungkinkan ialah zona hijau karena anak-anak akan dinyatakan aman untuk bersekolah.
Ini masih digodok ya. Karena belajar online tidak optimal, semua daerah kita juga belum hijau padahal yang disepakati yang paling aman untuk dibuka itu daerah hijau saja,” ujarnya.
“Yang kuning dan oranye, apalagi merah itu tak dipertimbangkan untuk dibuka. Itulah perbedaan karakter di sekolah dan pesantren.” (S/d)